tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi sebesar 8,56 persen secara year to date (ytd) hingga 21 Desember 2022 kemarin. Depresiasi tersebut diklaim relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara lain.
"Depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Cina 8,96 persen (ytd) dan India 10,24 persen (ytd)," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, di Jakarta, Kamis (22/12/2022).
Perry mengatakan, stabilitas nilai tukar Rupiah terjaga di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Ke depan, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan nilai fundamentalnya.
"Ini dilakukan untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," katanya.
Di sisi lain, Perry melihat tekanan nilai tukar Rupiah pada November-Desember 2022 berkurang. Hal ini dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing yang terjadi di pasar SBN serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Perkembangan nilai tukar Rupiah tersebut menurutnya cukup positif di tengah dolar AS yang masih kuat dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Adapun indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat masih tinggi di level 104,16 pada 21 Desember 2022.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang