tirto.id - Hari Raya Nyepi 2025 jatuh pada Sabtu, 29 Maret. Hari Raya Nyepi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu. Berikut sejarah, makan Nyepi bagi umat Hindu dan jumlah tahun Saka pada 2025.
Hari Raya Nyepi 2025 dirayakan berdasarkan kalender Saka yang diperkenalkan pada tahun 78 Masehi. Sistem penanggalan Hindu tersebut berbeda dengan sistem penanggalan Masehi.
Dalam perkembangannya, umat Hindu di Indonesia mengadopsi kalender Saka sebagai acuan menentukan perayaan keagamaan. Pergantian tahun dalam kelender Saka menjadi momen penting bagi umat Hindu.
Hari Raya Nyepi 2025 Tahun Baru Berapa Saka?
Kalender Saka pertama kali diperkenalkan oleh Raja Kaniskha I dari Dinasti Kushan sebagai kalender resmi India. Kalender Saka berdasar pada solar-lunar, yaitu menggabungkan siklus bulan dan matahari dalam menentukan pergantian bulan dan tahun.
Pergantian hari pada sistem penanggalan lunisolar dimulai ketika matahari terbenam, sementara awal bulan ditentukan saat konjungsi.
Kalender Saka atau Era Saka berawal pada 78 Masehi. Sistem kelender ini juga disebut dengan penanggalan Saliwahana. Kalender Saka menggunakan penyesuaian sistem penanggalan agar tetap selaras dengan siklu musim.
Sebagai informasi, satu bulan dalam kelender Saka berjumlah antara 29 hingga 30 hari. Dalam satu tahun, kelender Saka terdiri dari 12 bulan.
Perayaan Nyepi digelar pada Tilem Kesanga, yaitu bulan ke sembilan dalam kalender Saka. Pada hari tersebut, masyarakat Hindu meyakini para dewa sedang melakukan penyucian di di tengah samudera.
Dalam kalender Saka, Hari Sepi Nyepi 2025 bertepatan dengan 1 Saka 1947, yaitu tahun baru Saka 1947.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Hari raya Nyepi dianggap sebagai tahun baru umat Hindu menurut kalender Saka yang memiliki akar kuat di India. Dalam sejarahnya, zaman India kuno digambarkan sering terjadi konflik yang berkepanjangan dari berbagai suku.
Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Buleleng, beberapa suku yang terlibat konflik berkepanjangan tersebut seperti Saka (Scythia), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani), Malava (India), dan Pahlava (Parthta). Mereka memperebutkan wilayah-wilayah subur untuk menunjang kehidupan.
Ditengah konflik tersebut, ada masa damai atau gencatan senjata. Hal tersebut dimanfaatkan untuk menimbulkan akulturasi dan sinkretisme, yang berujung pada perdamaian.
Bangsa Saka berhasil menduduki wilayah tersebut dan mengupayan kedamaian. Kemudian, bangsa Saka menobatkan Chashtana sebagai raja. Tahun Saka pertama dimulai pada 78 Masehi. Penetapan awal tahun tersebut berada di bulan pertama tahun Saka, yaitu bulan Caitra.
Kemudian, pada masa Raja Kaniskha 1 dari Dinasti Kushan berkuasa, ia terinspirasi kisah perjuangan bangsa Saka dan mengadopsi kelender Saka dalam sistem kerajaannya.
Raja Kaniskha 1 berperan besar dalam penggunaan kalender Saka di penjuru dunia. Sistem kalender Saka juga masuk ke dalam Kitab Nagarakertagama, yang kemudian tahun Saka resmi dipakai di Indonesia.
Makna Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu
Hari Raya Nyepi menjadi momen melakukan penyucian diri dan menjaga keseimbangan alam semesta. Umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan utama.
Pantangan tersebut meliputi tidak menyalakan api atau cahaya (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), tidak bekerja (amati karya), dan tidak menikmati hiburan (amati lelanguan).
Nyepi juga menjadi waktu refleksi untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan. Selain itu, Nyepi juga menjadi sarana bagi umat Hindu untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widi Wasa melalui ketenangan dan refleksi spiritual.
Dalam merayakan Nyepi, umat Hindu menggelar serangkaian upacara keagamaan. Salah satunya adalah Melasti (simbol penyucian diri dan pembersihan alam semesta).
Kemudian Tawur Kesanga (pesembahan kepada para Bhuta agar keseimbangan alam terjaga), Hari Raya Nyepi, dan Ngembak Geni (saling memaafkan).
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo