Menuju konten utama

Gus Mus Minta Masyarakat Tak Berlebihan Sikapi Pilkada 2018

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengimbau masyarakat agar menyikapi pilkada serentak 2018 secara tidak berlebihan.

Gus Mus Minta Masyarakat Tak Berlebihan Sikapi Pilkada 2018
Ulama yang juga budayawan, KH Ahmad Mustofa Bisri menyampaikan paparan dalam Sarasehan Nasional Melawan Hoax, Mengembalikan Jatidiri Bangsa, di Wisma Perdamaian, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/4). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahap ketiga masih tahun 2018, namun hiruk-pikuk pesta demokrasi lima tahunan tersebut sudah terlihat di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Menyikapi pilkada serentak 2018 itu, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengimbau masyarakat agar menyikapi secara tidak berlebihan. Ia meminta, khususnya masyarakat Jawa Tengah yang akan menggelar pilkada serentak belajar dari pengalaman daerah lain.

“Masalah pilkada itu masalah lima tahunan, tetapi disikapi secara berlebih-lebihan seolah-olah sampai hari kiamat,” ujarnya, di sela Haul ke-23 KH. Asrori Ahmad dan khataman di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Kabupaten Magelang, Sabtu (6/5/2017) malam, seperti dikutip Antara.

Gus Mus mengatakan, masyarakat Jawa Tengah harus belajar dari pengalaman pilkada yang sudah berlangsung di daerah lain sehingga mempunyai bekal untuk menyikapinya.

“Kalau masyarakat Jateng juga menyikapi secara berlebihan berarti kita tidak belajar dari pengalaman. Jadi jangan berlebihan menyikapinya,” ujarnya.

Gus Mus mengatakan dalam kehidupan ini sebaiknya kembali pada "wejangan" para sesepuh dulu, yaitu hidup itu sederhana saja. “Dalam bersikap apa saja, semuanya bersikap sederhana. Makan, minum, termasuk senang dan benci jangan berlebihan,” kata dia.

Menurut Gus Mus, yang menyebabkan sesuatu akan menjadi masalah itu kalau disikapi secara berlebih-lebihan, terutama kalau berlebihan dalam membenci atau menyukai. Ia mencontohkan dalam menyukai partai, kalau berlebih-lebihan justru tidak bisa berpikir dengan jernih.

“Apalagi kalau kita membenci. Memang sedapat mungkin kita tidak membenci, tetapi yang namanya manusia itu mesti ada senang dan benci. Kalau berlebih-lebihan terutama dalam menyukai atau membenci pasti kita tidak bisa adil, tidak bisa berpikir lurus, tidak bisa objektif,” katanya.

Ia mengatakan manusia mempunyai emosi, padahal emosi itu sudah mempunyai karakter berlebihan, jadi kalau berlebihan akan emosi sekali. Gus Mus berpendapat bahwa adil, objektif akan sulit dicapai kalau bersikap berlebihan.

“Bagi orang Islam di Alquran sudah banyak sekali anjuran untuk bersikap tegak, tidak berlebih-lebihan. Dalam beragama pun agama Islam juga melarang yang berlebih-lebihan, karena kalau semua berlebihan akan menjadi keras," katanya.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Politik
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz