Menuju konten utama

Sejarah Erupsi Gunung Dukono, Apakah Saat Ini Masih Aktif?

Profil Gunung Dukono, gunung api yang masih aktif di Maluku Utara. Cek tipe gunung, lokasi, bentuk, dan sejarah erupsi.

Sejarah Erupsi Gunung Dukono, Apakah Saat Ini Masih Aktif?
Kolom abu vulkanik membumbung keluar dari kawah Gunung Dukono di Pulau Halmahera, Maluku Utara, Senin (18/3/2024). FOTO/PVMBG

tirto.id - Gunung Dukono termasuk salah satu gunung api di Indonesia yang terletak di wilayah Maluku Utara. Lalu, Gunung Dukono apakah masih aktif hingga sekarang?

Gunung Dukono adalah gunung api yang masih aktif dan telah mengalami beberapa kali erupsi. Bahkan, baru-baru ini Gunung Dukono dikabarkan kembali erupsi pada Sabtu, 17 Agustus 2024.

Sejak 15 Juni 2008, status aktivitas Gunung Dukono ditetapkan berada di level II (waspada). Masyarakat di sekitar Gunung Dukono diimbau untuk selalu berhati-hati dan mengikuti arahan petugas.

Tak hanya itu, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas apa pun, termasuk wisata dan pendakian dalam radius 2 km dari Kawah Malupang Warirang yang merupakan kawah paling aktif di Komplek Gunung Dukono.

Lokasi Gunung Dukono

Di manakah lokasi Gunung Api Dukono? Lokasi Gunung Dukono terletak di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Posisinya berada di koordinat 1°42' LU, dan 127°52' BT.

Gunung Dukono memiliki ketinggian 1.087 meter di atas permukaan laut dan terletak 14 km di sebelah barat daya Kota Tobelo, kota paling padat penduduk di Halmahera Utara.

Seluruh aktivitas Gunung Dukono diamati melalui pos pengamatan gunung api yang berada di Desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara.

Berdasarkan informasi laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), puncak Gunung Api Dukono dapat dicapai dengan menggunakan perahu cepat dari Kota Ternate ke Sopipi. Perjalanan diperkirakan memakan waktu sekitar 45 menit.

Kemudian melanjutkan perjalanan dengan kendaraan roda empat menuju Desa Mamuya dalam waktu sekitar 4 jam. Kendaraan roda empat dapat terus melaju hingga pemberhentian terakhir.

Langkah berikutnya adalah mulai melakukan pendakian dengan jalan kaki ke arah selatan. Diperlukan waktu sekitar 7 jam bagi para pendaki untuk sampai ke puncak Gunung Dukono.

Tipikal Gunung Dukono

Gunung Dukono termasuk gunung api bertipe strato atau berbentuk kerucut. Struktur geologi yang berkembang di sekitar gunung berupa sesar dan kawah. Terdapat beberapa kawah yang ada di sekitar puncak Gunung Dukono, tapi beberapa di antaranya sudah padam atau tidak aktif.

Kawah-kawah tersebut antara lain Kawah Tanah Lapang, Dilekene (A dan B), Malupang Magiwe (C), Telori (D), Heneowara (G ), dan Malupang-Warirang. Kawah Malupang-Warirang merupakan kawah paling aktif di Gunung Dukono.

Terkait kegempaan, aktivitas gempa yang terekam di Gunung Dukono secara umum berupa gempa vulkanik dalam (VA), vulkanik-dangkal (VB), tektonik-lokal (TL), tektonik-jauh (TJ), serta gempa hembusan/letusan.

Gempa yang mendominasi atau sering terjadi di Gunung Dukono adalah tipe gempa hembusan/letusan. Dari data penyelidikan kegempaan tahun 2007, gempa hembusan/letusan Gunung Dukono memiliki frekuensi sekitar 1.3 - 1.6 Hz. Sedangkan gempa vulkanik memiliki frekuensi sekitar 5.67 - 10.4 Hz.

Gunung Dukono memang termasuk gunung yang sering mengalami erupsi, tapi dampak letusan relatif rendah bagi masyarakat di daratan. Meski demikian, letusan Gunung Dukono justru sangat berbahaya untuk keselamatan transportasi udara.

Abu vulkanik hasil erupsi Gunung Dukono berisiko mengganggu penerbangan dan bisa mematikan mesin pesawat sehingga berpotensi terjadi kecelakaan.

Erupsi Gunung Dukono

Tangkapan layar CCTV yang memperlihatkan erupsi material baru yang keluar dari kawah Gunung Dukono di Pulau Halmahera, Maluku Utara, Kamis (9/11/2023). FOTO/PVMBG

Sejarah Erupsi Gunung Dukono: Kapan Terakhir Kali Meletus?

Gunung Dukono meletus berkali-kali sejak ratusan tahun silam. Mengutip laman PVMBG, Gunung Dukono pernah mengalami erupsi dahsyat yang merusak Kota Tolo pada tahun 1550. Aliran lava letusan menghubungkan Gunung Mamuya dengan Pulau Halmahera yang sebelumnya dipisahkan oleh laut.

Setelah itu, letusan kembali terjadi pada tahun 1861-1869 dan 1901. Pada 13 Agustus 1933, terjadi letusan hebat dengan pusat kegiatan di bawah Kawah Malupang-Warirang. Aliran lava dari letusan melimpah ke arah utara dan merusak banyak wilayah.

Gunung Dukono kembali mengalami peningkatan aktivitas yang disertai letusan beberapa kali pada tahun 1941-1942, 1945, 1946, 1952, 1969, 1971, 1991, 1992, 1993, dan 1995.

Pada 2 Maret 2003, terjadi letusan abu dengan ketinggian 200 meter di atas puncak. Suara gemuruh terus terdengar setelahnya, hingga kembali terjadi letusan abu pada 5 Maret 2003.

Saat itu, material abu mencapai Tobelo yang berjarak sekitar 15 km. Letusan abu masih terus terjadi hingga 11 Maret 2003 meski jumlahnya semakin berkurang.

Namun, pada Juni tahun yang sama, aktivitas Gunung Dukono kembali meningkat dan mengalami letusan abu dengan interval 10-15 menit sekali. Hal ini berlangsung secara terus-menerus hingga akhir tahun 2003.

Pada tahun 2008, aktivitas Gunung Dukono masih cukup tinggi. Tanggal 17-30 Maret 2008, terlihat peningkatan ketinggian asap kawah. Sementara tanggal 31 Maret -24 April 2008, sinar api terlihat samar-samar di sekitar puncak Gunung Dukono.

Tepat pada 25 April 2008, muncul lontaran material pijar setinggi 25 meter. Pada 30 April - 2 Mei 2008, terekam gempa letusan hingga 280 kali per hari. 29 Mei 2008 tercatat ada 137 gempa letusan yang terekam oleh pos pengamatan Gunung Dukono di Mamuya.

Selama itu pula terdengar suara gemuruh dan dentuman yang terdengar hingga pos pengamatan, bahkan sempat terlihat semburan abu tebal dengan ketinggian 1.000 meter di atas puncak.

Baca juga artikel terkait ERUPSI atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani