tirto.id - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali erupsi selama sekitar tiga menit pada Minggu (30/12/2018) pukul 04.09 WITA.
BPBD Kabupaten Karangasem Rupusdalops PB dalam rilisnya yang diterima Tirto Minggu (30/12/2018) menyatakan terdapat delapan wilayah yang terkena paparan hujan abu.
Berikut 8 wilayah yang terkena paparan hujan abu dari erupsi gunung Agung:
1. Banjar Dinas Uma Anyar Ababi bagian barat terpapar hujan abu ringan
2. Wilayah Kota Amlapura terpapar hujan abu sedang
3. Desa Seraya Barat terpapar hujan abu ringan
4. Desa Seraya Tengah terpapar hujan abu ringan
5. Banjar Dinas Ujung Pesisi terpapar hujan abu ringan
6. Lingkungan Pesagi dan lingkungan pebukit hujan abu ringan
7. Desa Tenggalinggah hujan abu ringan
8. Kantor BPBD terdapat hujan abu ringan.
Ia juga menyatakan, desa Ban dan desa Dukuh Gunung Agung terpantau cerah dan tidak terpantau ada asap keluar dan hujan abu. Sementara itu, desa Jungutan tertutup mendung tebal.
"Kolom abu erupsi tidak teramati karena tertutup kabut," kata Kepala Pos Pantau Gunung Agung Dewa Made Merthe Yasa dihubungi Antara dari Denpasar, Minggu (30/12/2018).
Menurut dia, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dengan durasi sekitar 3 menit 8 detik.
Erupsi sesaat pada penghujung tahun 2018 itu menunjukkan gunung api dengan tinggi 3.142 meter di atas permukaan laut tersebut masih belum sepenuhnya kondusif.
Sementara itu dari pengamatan visual gunung yang disucikan umat Hindu tersebut hingga pukul 06.00 Wita, asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dengan tinggi 700 meter di atas puncak kawah.
Saat ini PVMBG masih menetapkan gunung api itu dalam status siaga atau level III.
Untuk itu, PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki atau wisatawan agar tidak berada atau tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu seluruh area di dalam radius 4 km dari kawah puncak gunung.
Zona perkiraan bahaya itu, kata dia, bersifaf dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru.
Selain itu, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.
Aliran lahar hujan itu dapat terjadi terutama pada musim hujan jika material erupsi masih terpapar di area puncak dan area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Editor: Yulaika Ramadhani