Menuju konten utama

Gubernur BI Paparkan 3 Faktor Ketahanan Ekonomi Indonesia

Gubernur BI yakin Indonesia dapat menghadapi dinamika ekonomi global.

Gubernur BI Paparkan 3 Faktor Ketahanan Ekonomi Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan ucapan selamat kepada Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo usai pengucapan sumpah jabatan pelantikan di Mahkamah Agung, Kamis (24/5/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Bank Indonesia (BI) yakin ketahanan ekonomi Indonesia masih kuat dalam menghadapi tekanan eksternal. Pasalnya, kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Indonesia memiliki sejarah dalam melewati berbagai tekanan ekonomi global, mulai dari krisis Yunani, hingga Britania Exit (Brexit).

"Saya merasa yakin bahwa ketahanan ekonomi Indonesia itu cukup kuat terhadap tekanan eksternal apakah pada saat ini, maupun episode tekanan sebelumnya pada krisis Yunani Oktober 2011, Taper Tantrum Mei 2013, revisi growth China 2015, dan juga Brexit,” kata Perry di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta pada Senin (28/5/2018).

“Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat, itu yang menunjukkan koreksi harga di nilai tukar, yield obligasi dan saham year to date (saat) Indonesia sebetulnya cukup baik," lanjut dia.

Selain itu, Perry juga menilai ada tiga faktor yang menyebabkan ekonomi di Indonesia cukup kuat. Pertama, kondisi fundamental ekonomi yang masih cukup baik.

Menurut Perry, hal itu tercermin dari inflasi yang jauh lebih rendah dari periode sama di tahun 2017, yakni sebesar 4,17 persen. Sementara pada April 2018 inflasi sebesar 3,41 persen (year on year/yoy).

"[inflasi] Jauh lebih rendah apalagi pada periode Taper Tantrum yang 8,3 persen," ucap Perry.

Kemudian, defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) pada triwulan I/2018 juga masih sebesar 5,5 miliar dolar AS atau 2,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Ia juga memperkirakan, defisit transaksi berjalan pada 2018 sebesar 2,5 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada triwulan I/2013 saat terjadi Taper Tantrum yang sebesar 4,3 persen.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi triwulan I/2018 sebesar 5,06 persen, lebih tinggi dibandingkan pada triwulan I/2017 5,01 persen.

"Pertumbuhan ekonomi sedang dalam proses recovery. Faktor itu menunjukkan kondisi fundamental kita cukup baik dan lebih baik dari tekanan sebelumnya," ucapnya.

Faktor kedua, kata Perry, adanya koordinasi yang cukup berani antar kementerian/lembaga untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi. Ketiga, adanya cadangan devisa yang cukup sebesar 124,862 miliar juta dolar AS sebagai penopang stabilitas keuangan.

"Kita mempunyai bantalan yang cukup kuat dalam mengatasi sejumlah tekanan eksternal. Buffer-nya itu cadangan devisa yang cukup terakhir USD 124 miliar dan lebih dari cukup untuk pembayaran impor, ULN [utang luar negeri], atau antisipasi capital revearsal. Cadangan devisa lebih dari cukup," ungkapnya.

Menurut Perry, faktor tersebut juga diperkuat dengan adanya UU No.9/2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Sehingga, ia yakin bahwa Indonesia dapat menghadapi dinamika ekonomi global.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto