tirto.id - Sejak Oktober lalu, pemberitaan terkait resesi dunia yang akan semakin parah di tahun 2023 santer terdengar.
Namun, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, pada perhelatan IMF Annual Meeting 2022 mengatakan prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik. Ekonom Indonesia, Faisal Basri, juga menguatkan pendapat ini dengan mengatakan bahwa ekonomi Indonesia masih aman dari guncangan resesi yang terjadi di dunia, karena menurutnya keterkaitan Indonesia dengan ekonomi dunia cenderung kecil.
Namun, proyeksi ekonomi yang melegakan ini tidak membuat pelaku bisnis daring berpangku tangan. Geliat memanfaatkan peluang di bisnis daring terus dilakukan untuk menghasilkan cuan.
Menurut catatan Bank Indonesia, transaksi daring di Indonesia memang masih terus mengalami peningkatan. Sepanjang semester I/2022, transaksi e-commerce secara nominal tercatat meningkat sebesar 22,1% secara tahunan hingga mencapai Rp227,8 triliun. “Secara volume, transaksi e-commerce meningkat sebesar 39,9 persen secara tahunan hingga mencapai 1,74 juta transaksi,” tulis BI seperti dikutip Bisnis.
Dan sebagian transaksi yang berhasil terjadi dalam lokapasar ini adalah hasil rekomendasi para affiliate marketers yang bertugas untuk mempromosikan untuk membeli atau sekedar mengunjungi tautan produk yang dijual dalam sebuah lokapasar.
Tokopedia, salah satu lokapasar di Indonesia mencatatkan jumlah anggota aktif afiliasi yang meningkat 5 kali lipat di kuartal III/2022, dibandingkan dengan jumlah di kuartal I/2022. Lokapasar yang kental dengan warna hijau ini juga mengatakan, transaksi yang berhasil terjadi karena adanya program afiliasi ini meningkat sebanyak 4 kali lipat.
Pemasaran afiliasi merupakan sebuah proses promosi dari produk maupun jasa yang melibatkan penjual, afiliasi, serta konsumen. Sistem pemasaran ini dilakukan dengan membayar jasa orang lain, ketika orang tersebut berhasil menjual produk maupun jasa yang dimiliki.
Aih Kusmariyadi, bergabung menjadi anggota afiliasi sejak bulan September 2021. Berawal dari pindahan rumah, Aih sering merekomendasikan barang-barang keperluan rumah tangga dan homedecor yang ia beli untuk pengikutnya di Instagram.
“Tadinya belum tahu affiliate itu apa, bagaimana sistemnya, hanya sekadar membagi tautan produk-produk yang aku beli kepada para followers-ku. Itu juga mereka yang minta tautannya,” ungkapnya.
Ia mengaku hanya memberikan foto produk dan tautan menuju lokapasar yang menjual barang tersebut di Instastory saja. Ternyata, respon followernya luar biasa.
Karena banyak followers yang beli dan puas dengan produk yang ia bagikan, followers-nya pun meningkat dari yang ribuan hingga kini mencapai puluhan ribu. “Justru follower yang bilang ke saya untuk gabung jadi affiliate agar dapat komisi, dan ternyata cuma bagi-bagi link saja hasilnya lumayan.”
Meski hanya membagi gambar screenshot produk melalui Instagram saja, bukan video, nyatanya banyak followers yang tertarik kemudian membeli produk yang ditawarkan Aih. Karena banyak pesanan, saat ini Aih sudah menjadi Partner Affiliate, yang terikat kontrak selama 6 bulan dan tidak boleh bergabung dengan lokapasar yang lain. “Komisi lebih besar, jumlah pesanan tiap bulan juga ada minimalnya,” ujar Aih.
Hampir sama dengan Aih, Trifosa Dewi, juga bergabung menjadi anggota afiliasi karena diminta beberapa teman untuk membagi tautan produk peralatan dapur dan pakaian yang ia gunakan. “Lalu saya pikir untuk join affiliate saja. Cara mendaftarnya mudah, prosesnya beberapa hari kerja saja yang penting ada KTP, nomer rekening dan mempunyai NPWP,” ujar Fosa yang saat ini bekerja di bidang asuransi ini.
Cukup Menjanjikan
Meski tergolong mudah dari sisi pekerjaannya - membagikan foto atau video berikut tautan produk di media sosial - namun ternyata jika dilakukan dengan sungguh-sunggu, pekerjaan ini dapat menghasilkan komisi yang cukup menjanjikan.
Aih bercerita, 2 bulan menjelang puasa tahun ini, ia membuat kampanye promosi untuk menggiring pengikutnya membeli baju lebaran.
“Dan ternyata pas bulan puasa momen orang belanja itu setinggi-tingginya. Komisiku hampir 100 juta saat itu!”
Ia cukup kaget dengan banyaknya komisi yang ia dapatkan. Namun, karena saat ini komisi sudah semakin turun, saat ini dia mengaku hanya bisa mencapai kurang lebih Rp 6 juta per minggunya.
Meski begitu, ia tetap bersyukur karena mendapatkan cuan tambahan yang lebih dari penghasilan tetapnya saat ini.
“Komisi yang dihasikan adalah 5% dari harga produk, namun jika harga lebih dari Rp 1 juta maka mendapatkan maksimal Rp 50.000. Komisi akan ada ekstra saat momen tertentu misalnya hari belanja online 11:11 atau 12:12,” jelas pria yang sehari-hari bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil ini.
Aih mengatakan, ia memiliki banyak waktu luang sepulang kerja untuk membuat konten, apalagi tahun kemarin masih WFH.
“Namun, bikin konten itu tidak sulit dan tidak perlu ketrampilan khusus, cukup 1 menit bisa jadi konten, tinggal screenshot, bagi link, tidak makan waktu, jadi tidak akan mengganggu pekerjaan utama,” jelasnya.
Berbeda dengan Aih yang sudah disebut partner, Fosa yang memiliki followers lebih dari 3000 ini masih menjadi anggota afiliasi yang membuatnya bebas untuk bergabung di lokapasar yang berbeda. Untuk membuat konten, dia tidak merasa kesulitan sama sekali karena bebas menentukan produk apa saja yang akan diiklankan dan sama seperti membuat video atau reels di media sosial.
“Semua konten murni dari aku sendiri berdasarkan permintaan followers atau aku punya barang baru yang lucu, ya, kontenin saja.”
Menurutnya, kesulitan yang rasakan adalah bagaimana menemukan barang yang tepat sesuai kebutuhan followers. “Karakter dan kebutuhan tiap followers berbeda, jadi harus benar-benar jeli apa yang cocok untuk mereka,” ungkapnya.
Dari segi pendapatan, Fosa menilai hasilnya cukup lumayan meski tidak menyebut nominal yang ia dapatkan tiap bulan. “Kalau untuk menutup bujet ngopi-ngopi cantik di kafe sih masih sisa,” jelasnya, sambil tertawa.
Fosa bercerita, ia bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak jika menemukan produk yang lucu dan disukai pengikutnya. “Ada satu scene di Hometown Cha Cha Cha, Yoon Hye Jin sedang minum dan tekonya lucu. Saat itu aku post teko yang mirip, langsung deh banyak yang beli teko itu,” ungkapnya.
Metta Anggriani, financial planner dan founder @dayauang berpendapat, side hustle apapun termasuk menjadi anggota afiliasi lokapasar, tetap bisa menjanjikan pendapatan yang besar asal dilakukan dengan tekun.
“Artinya, Anda perlu disiplin meluangkan waktu untuk melakukan pekerjaan sebagai affiliate lokapasar tersebut. Modal lainnya bisa dibilang cukup minim.”
Ia menambahkan, menjadi affiliate marketing memerlukan banyak riset produk-produk dan membuat konten laman atau media sosial yang menarik, sehingga memerlukan banyak waktu di belakang layar untuk memproduksi konten kreatif. Selain rajin membagikan link promosi produk, pekerjaan ini harus rajin memonitor tautan yang dibagikan, apakah cukup produktif atau tidak untuk menghasilkan komisi.
Mengelola Komisi
Menurut pengalaman Aih, jumlah followers sama sekali tidak menentukan tingkat komisi yang dihasilkan.
Meski ia hanya puluhan ribu saja, namun penghasilannya lebih banyak dari content creator centang biru.
“Paling menentukan adalah daya beli pengikutnya. Folllowers saya, 80% adalah ibu-ibu dengan ekonomi menengah yang sanggup membeli barang, jadi jika followers banyak tapi sedikit yang mampu beli juga komisi tidak akan besar,” jelasnya.
Saat ini, meski penghasilan dari pemasaran afiliasi ini lebih besar dari gaji pekerjaan utamanya, namun Aih tidak serta merta meninggalkan pekerjaan utamanya.
“Tetap kerja biasa ya ini sebagai sampingan saja. Dengan banyak penghasilan tentu pengeluaran juga meningkat, selain ditabung, uang dari komisi banyak saya pakai untuk nonton konser,” ujar Aih.
Metta berpendapat, menjadikan affiliate marketing sebagai profesi utama tidak semata-mata berdasarkan besaran penghasilan. “Jika menjadi sumber penghasilan yang mumpuni sebaiknya dipertahankan, sehingga bisa memiliki lebih dari 1 sumber penghasilan atau memiliki passive income,” jelasnya.
“Namun apabila usaha yang Anda keluarkan makin besar, misalnya waktu atau modal makin besar, maka Anda harus menentukan prioritas, mana yang paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Anda,” tambahnya.
Menurut Metta, bila seseorang berpikir untuk meninggalkan pekerjaan tetap yang memberikan gaji tetap dan berganti ke pemasaran afiliasi yang penghasilannya berfluktuasi, sebaiknya perlu memastikan kebutuhan-kebutuhan utama & rutin dapat tetap terpenuhi.
Meningkatnya tren belanja daring memunculkan pekerjaan baru seperti afiliasi lokapasar. Sebagaimana tren, keberlangsungan pekerjaan ini pun belum pasti selalu ada di masa depan, karena perubahan yang cepat di era digital. Meski demikian, ini adalah peluang baru untuk mereka yang tekun mencari cuan tambahan.
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Lilin Rosa Santi