tirto.id - Saling memasangkan cincin kawin menjadi salah satu prosesi yang tak pernah terlewatkan saat melangsungkan acara pernikahan. Biasanya prosesi pengantin yang saling memasangkan cincin kawin terjadi saat usai ijab kabul atau usai pemberkatan nikah.
Pada momen tersebut, cincin sering sekali digunakan sebagai simbol suci untuk menyatukan ikatan sah pernikahan. Selain sebagai mahar atau syarat dalam pernikahan, cincin kawin juga berfungsi sebagai simbol status seseorang telah memiliki pasangan.
Namun, apakah Anda tahu bahwa ternyata cincin kawin juga memiliki sejarah dan filosofinya sendiri. Dilansir dari laman Siap Nikah milik BKKBN, sejarah cincin kawin sebenarnya telah ada sejak zaman Romawi, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa cincin kawin menjadi simbol keabadian dalam pernikahan di era Mesir Kuno.
Ragam sejarah dan asal usul cincin kawin
Menurut laman Siap Nikah milik BKKBN, sebelum mengenal emas, bangsa Romawi dulunya mulai menggunakan besi untuk menggunakan cincin yang diberi nama ‘Anulus Pronubus’, yang artinya ‘Cincin Pengantin’. Dahulu para pria Romawi memberikan cincin bukan sebagai simbol cinta, melainkan simbol kepemilikan. Saat seorang perempuan mendapatkan cincin, pria Romawi akan mengklaim perempuan tersebut menjadi miliknya.
Tak hanya itu, orang Romawi juga menjadi yang pertama membuat ukiran pada cincin. Fede rings, yang menampilkan ukiran dua tangan saling menggenggam, menjadi ukiran yang paling populer pada saat itu.
Tradisi kekaisaran Romawi yang masih sangat kental juga membuat cincin kawin digunakan dalam ritual perkawinan agama Kristen. Bahkan, para gereja juga mulai memasukkan tradisi penyematan cincin kawin dalam tata pernikahan.
Sementara itu, ada pula yang meyakini bahwa pertukaran cincin dalam momen pernikahan yang berasal dari Mesir Kuno diyakini terjadi sejak tahun 4.000 sebelum masehi. Kala itu, bangsa Mesir Kuno telah bertukar cincin yang terbuat dari alang-alang atau semak. Bahan-bahan tersebut dibuat dengan bentuk lingkaran dan disematkan menjadi cincin oleh para perempuan Mesir Kuno.
Adapun bentuk lingkaran pada cincin juga memiliki filosofi yang mendalam. Bangsa Mesir Kuno menganggap lingkaran sebagai simbol tanpa awal atau akhir, mewakili persatuan pernikahan yang tak pernah berakhir.
Selain itu, lubang di tengah cincin juga memiliki arti penting sebagai gerbang atau pintu terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu, memberi seorang wanita cincin merupakan simbol cinta yang tak kenal akhir dan abadi.
Seiring berjalannya waktu, bahan pembuatan cincin berganti menjadi kulit, tulang atau gading. Semakin mahal bahan utama cincin maka semakin banyak cinta yang ditunjukkan, bahkan nilai cincin juga menunjukkan kekayaan si pemberi cincin.
Cincin kawin pun terus berkembang. Sekarang emas sering sekali menjadi bahan dasar cincin kawin. Banyak orang yang juga mulai memadukan cincin kawin dengan berlian, permata, atau ruby. Hal ini dilakukan untuk memperindah cincin.
Cara menggunakan cincin kawin yang benar ditaruh di jari tangan mana?
Mayoritas orang memakai cincin kawin mereka di tangan kiri, terutama pada orang-orang Inggris. Dilansir dari lamanHitched menggunakan cincin kawin di jari manis kiri disebut sudah ada sejak zaman Romawi. Mereka percaya cincin kawin dipasang di jari manis karena berisi urat nadi khusus yang mengalir langsung ke jantung. Sehingga sampai saat ini tak heran jika saat ini cincin kawin sering sekali disematkan di jari manis.
Orang Romawi menamai pembuluh darah ini sebagai "urat cinta", dan meletakkan cincin di atasnya untuk menandakan cinta yang dibagikan oleh pasangan yang baru menikah.
Sementara itu, dilansir dari laman Laingsuk orang-orang Mesir Kuno juga menempatkan cincin kawin ini di jari keempat tangan kiri karena mereka juga percaya bahwa ada 'urat cinta' yang mengalir dari jari ini langsung ke hati Anda.
Selain cincin kawin, cincin pertunangan pada beberapa pasangan juga diletakkan di jari keempat tangan kiri untuk alasan yang sama.
Namun, kebiasaan ini tidak sama di setiap budaya atau negara. Di Kolombia dan Brasil misalnya, siapa pun yang bertunangan memakai cincin pertunangan mereka di tangan kanan mereka dan kemudian memindahkannya ke tangan kiri setelah mengucapkan ijab kabul ataupun janji nikah. Selain itu, di Jerman dan Belanda, mereka juga mengenakan cincin pertunangan di tangan kiri dan kemudian cincin kawin di sebelah kanan.
Editor: Iswara N Raditya