Menuju konten utama

Film Jepang Shoplifters: Menang di Cannes, Tayang di JAFF 2018

"Ini adalah drama keluarga yang rumit. Menghadirkan nuansa gaya Jepang klasik, Kore-eda telah menjadikan dirinya seorang tuan [pembuat film] yang modern."

Film Jepang Shoplifters: Menang di Cannes, Tayang di JAFF 2018
Film Shoplifters. FOTO/wikipedia

tirto.id - Film Jepang Shoplifters karya sutradara Hirokazu Koreeda yang kemarin mendapatkan penghargaan surprise winner dari Palme d'Or Festival Film Cannes 2018 ditayangkan kembali di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-13.

“Dalam puncak karir panjang yang luar biasa, Hirokazu Kore-eda telah melahirkan salah satu karya terbaiknya. Shoplifter adalah kisah luar biasa yang berhubungan dengan ikatan keluarga dengan cara penarasian yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Eamon Bowles, presiden Magnolia Films, dilansir Variety.

Film Shoplifters bercerita tentang relasi keluarga yang subtil sekaligus rumit. Berlatar di pinggiran kota Tokyo, film berdurasi 121 ini akan menarasikan orang-orang yang dikucilkan dan dianggap disfungsional oleh masyarakat dan malah disatukan oleh tali kesetiaan serta kegemaran untuk mencuri maupun menipu.

Hingga kemudian, salah satu anak laki-laki di dalam komunitas tersebut masuk penjara, rahasia demi rahasia mulai terkuak untuk menguji kepercayaan mereka bahwa keluarga bukanlah tentang hubungan darah, melainkan rasa cinta.

Peter Bradshaw di The Guardian menuliskan, sutradara film Shoplifters Hirokazu Kore-eda telah mambu menciptakan film yang rumit, halus, dan misterius dengan twist akhir yang luar biasa.

“Sebuah twist dengan ketegangan film psikologis noir. Ini adalah drama keluarga yang rumit dan bernuansa dalam gaya Jepang klasik, di mana Kore-eda telah menjadikan dirinya seorang tuan [pembuat film] yang modern,” tulisnya.

Menariknya, pergeseran plot Shoplifters yang signifikan terjadi secara tidak mencolok, hampir tidak terlihat, kecuali keajaiban besar yang menyayat hati di bagian akhirnya.

Hirokazu Koreeda dalam wawancaranya bersama Vulture menjelaskan sedikit tentang isi filmnya. Menurut Koreeda, kemiskinan telah meningkat di Jepang, sementara banyak masyarakat yang menua, semakin banyak orang yang tidak bekerja karena mereka sudah pensiun.

“Semua ini memberatkan sistem kesejahteraan sosial. Saya merasa bahwa ini berkaitan dengan pemerintahan saat ini, yang berjanji untuk memberikan lebih banyak uang ke program bantuan sosial, tetapi malah membeli banyak senjata dari Amerika Serikat,” tandas Koreeda.

Namun begitu, Koreeda juga menjelaskan film ini sama sekali bukan kritik terhadap pemerintah atau sistem sosial tertentu.

“Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan apa yang terjadi. Itu adalah realitas sosio-ekonomi, tetapi filmnya bukan tentang itu,” tambahnya.

Koreeda adalah sutradara yang karyanya dekat dengan relasi dalam sebuah keluarga, seperti film-film sebelumnya: Nobody Knows, Still Walking, After the Storm, dan Like Father Like Son.

Shoplifters mendedah tentang relasi keluarga juga, yang berbeda adalah relasi yang menyatukan orang-orang yang dibahas subtil di film ini.

“[Film-film saya] sebelumnya, relasi keluarga terikat oleh kebaikan atau cinta atau semacam koneksi semacam itu. Khusus untuk Shoplifter, relasi justru terikat oleh uang dan kejahatan mereka. Ini seperti elemen besar yang mengikat mereka,” lanjut Koreeda.

Film yang mempunyai judul asli Manbiki Kazoku ini ditulis sendiri oleh Koreeda, dan menghadirkan sejumlah pemain, di antaranya Lily Franky, Sakura Ando, Mayu Matsuoka, Kairi Jo, Miyu Sasaki, dan Kirin Kiki.

Shoplifters tayang pertama pada 13 Maret 2018 di Festival Cannes dan 8 Juni 2018 di Jepang. Sementara di Indonesia, film Shoplifters ditayangkan di JAFF 2018 yang semula dijadwalkan tayang Rabu 28 November, namun ditunda penayangannya, diganti dengan hari ini, Kamis (29/11/2018) di Empire XXI pukul 21.00 WIB.

Program JAFF 2018 Respect Japan, yang merupakan hasil kerjasama dengan Japan Foundation, menghadirkan film “Shoplifters” karya sutradara pemenang penghargaan di Cannes Film Festival, Hirokazu Kore-Eda dan “Tokyo Story,” film dari tahun 1953 karya Yasujiro Ozu. Selain itu, ada juga program Shanghai International Film Festival yang menyajikan sejumlah sinema dari China seperti “Birds in Mire” dan “The Road Not Taken.”

Baca juga artikel terkait JAFF 2018 atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Film
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani