Menuju konten utama

Digitalisasi Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi

Digitalisasi membuka kesempatan baru untuk pelaku bisnis. Khususnya seiring banyak pengguna kanal digital selama pandemi.

Digitalisasi Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi
Ilustrasi media sosial. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menuturkan, salah satu kunci masa depan ekonomi tanah air ada pada digitalisasi yang membuka kesempatan baru untuk pelaku bisnis. Hal itu seiring ledakan penggunaan kanal-kanal digital selama pandemi.

"Digitalisasi saat ini berkembang amat cepat di Indonesia. Sehingga pemanfaatan digitalisasi penting untuk pengembangan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan di masa depan," katanya dalam pernyataannya, Jumat (17/6/2022).

Perry berencana membawa digitalisasi Indonesia ke ASEAN hingga ranah global, pada G20 di Indonesia. Terlebih Indonesia dan negara ASEAN saat ini sedang bersiap mengembangkan inisiatif sistem pembayaran lintas batas negara.

Di sisi lain, Perry menjelaskan adanya digitalisasi di era pasca pandemi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak bisa ketinggalan. Terlebih saat ini ada 18 juta UMKM yang telah terdigitalisasi di Indonesia.

"18 juta adalah angka yang besar, tapi sebetulnya kecil, karena kami memiliki 65 juta UMKM yang perlu dihubungkan [secara digital]," ungkapnya.

Menurut penelitian yang dilakukan Bain & Company dan Facebook, 8 dari 10 konsumen di Asia Tenggara telah beralih ke digital. Jumlah konsumen digital baru dalam kurun waktu setahun di Filipina, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam, setara dengan seluruh populasi Inggris.

Hal ini diamini CEO dan co-founder Blibli, Kusumo Martanto mengatakan para konsumen di Indonesia menggunakan platform e-commerce untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mulai dari UMKM maupun perusahaan-perusahaan besar selama pandemi COVID-19.

“Selama pandemi, bagaimana orang-orang mendapatkan sanitizer, masker, obat-obatan—di situlah kami memainkan peran besar,” katanya.

Selama pandemi, UMKM yang beralih ke kanal online bisa bertahan. Berdasarkan penelitian tahun 2021 yang dilakukan oleh Blibli dengan Boston Consulting Group dan Kompas,

UMKM yang online bisa memiliki pendapatan 1,1 kali lebih tinggi dari UMKM yang hanya beroperasi offline.

Sementara UMKM yang online juga 2,1 kali lebih mungkin untuk menjual berbagai produk dalam skala nasional dan 4,6 kali lebih mungkin untuk mengekspor produknya ke luar negeri. Tapi, di era pasca pandemi, beralih ke online saja tidak cukup untuk peritel.

Berdasarkan studi Sirclo, 74,5 persen konsumen masih berbelanja baik offline dan online selama pandemi. Senada, Kusumo menambahkan bahwa ia melihat masa depan ritel di era pasca pandemi sebagai integrasi antara kanal online dan offline, atau omnichannel.

Blibli terus memperkuat ekosistem omnichannel-nya diantaranya melalui Blibli InStore, click and collect, dan Blibli Mitra, yang menghubungkan operasi bisnis online dan offline dalam ekosistem yang terintegrasi bagi mitra ritel Blibli.

"Belanja omnichannel telah menjadi norma yang baru. Kita harus bisa siap untuk memberikan layanan omnichannel yang cepat dan tanpa cela," bebernya.

Namun, proses digitalisasi di Indonesia memiliki tantangan. CEO Tiket.com, George Hendrata menyatakan, pelatihan untuk sumber daya manusia masih diperlukan untuk merealisasikan potensi digitalisasi.

"Ini menjadi tantangan untuk kita semua, bagaimana untuk berfokus untuk reskilling dan upskilling populasi pekerja kita sementara kita bersiap untuk berpartisipasi di internet economy," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI DIGITAL SELAMA PANDEMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin