tirto.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi mendeklarasikan sikap untuk mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, dalam acara bertajuk ‘Konser Pilpres Santuy: Ojo Rungkad’ di Jakarta, Selasa (24/10/2023) malam.
“Kami Partai Solidaritas Indonesia, siap mendukung Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka,” ucap Kaesang.
Kaesang berpendapat, pasangan Prabowo-Gibran merupakan representasi yang cocok bagi PSI. Jika dirata-ratakan, kata Kaesang, umur kedua paslon tersebut merupakan yang termuda di antara yang lainnya.
“Kami kan anak muda, berjiwa muda, kami yakin beliau-beliau ini mampu melanjutkan pembangunan dan program yang sesuai dengan arah generasi penerus bangsa,” tutur Kaesang.
Dengan begini, Prabowo menggandeng dua putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran dan Kaesang, dalam gerbong koalisi pengusungnya. Prabowo-Gibran diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari Partai Gerindra, PAN, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Gelora, Partai Garuda, PBB, dan PSI.
Hingga berita ini ditulis, Gibran masih berstatus sebagai kader PDIP meskipun resmi mendampingi Prabowo sebagai cawapresnya. Jalan putra sulung Jokowi ini terbuka ketika Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan batas usia capres-cawapres minimal 40 tahun, kecuali pernah atau sedang menjadi kepala daerah. Gibran merupakan Wali Kota Surakarta dengan usia 36 tahun saat ini.
Keputusan PSI mendukung Prabowo-Gibran tidak mengagetkan. Belakangan, partai berlogo mawar itu semakin menunjukkan kedekatan dengan Prabowo. Pada Agustus 2023, petinggi PSI menerima kunjungan Prabowo ke kantor DPP PSI di Jakarta.
Dalam kunjungan itu, PSI juga mempersembahkan hadiah berupa foto berbingkai dengan potret Prabowo dengan Jokowi di dalamnya. Tulisan “Indonesia Solid” menjadi latar foto yang menampilkan momen berpelukan antara Prabowo dan Jokowi. Di bagian atas foto juga terdapat logo Partai Gerindra dan PSI.
Sikap PSI Terdahulu
Sebelum memutuskan sikap mendukung Prabowo dalam Pilpres 2024, hubungan antara PSI dan Prabowo punya rekam jejak yang kurang mulus. Pada Pilpres 2019, PSI merupakan rival politik Prabowo karena berada di barisan pendukung Jokowi.
Kala itu, PSI merupakan partai yang lantang mengkritik Prabowo. PSI bahkan pernah memberikan sematan “Kebohongan Award” untuk Prabowo. Polemik ini dilatar belakangi sikap Prabowo yang dianggap telah melontarkan kebohongan soal selang cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sikap Prabowo yang saat itu kerap melontarkan narasi ‘bahaya asing’ juga tak ketinggalan dikritik tajam oleh politikus PSI.
Begitupun soal arah dukungan Pilpres 2024, sikap PSI saat ini jauh berbeda dengan arah dukungan PSI sebelumnya. Pada 2022, berdasarkan hasil Rembuk Rakyat PSI, mereka sepakat mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden untuk Pilpres 2024. Selain itu, PSI juga mendukung Zannuba Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid sebagai pendamping Ganjar.
PSI bahkan sempat memajang baliho besar untuk mendorong Ganjar sebagai presiden 2024. Hal ini dilakukan sebelum PDIP, partai yang menaungi Ganjar, mendeklarasikan secara resmi mantan Gubernur Jawa Tengah itu sebagai capres mereka. Sikap PSI kala itu yang mendahului PDIP, memancing reaksi kurang sedap dari partai banteng moncong putih tersebut.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto bahkan sempat menyentil PSI soal komunikasi dan etika politik yang baik. PSI pun akhirnya meminta maaf karena telah mendahului mekanisme internal PDIP.
Kini, Ganjar Pranowo memang merupakan capres resmi yang diusung PDIP. Didukung oleh partai lain seperti PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo, mereka sepakat memilih Mahfud MD sebagai pendamping Ganjar dalam kontestasi Pilpres 2024.
Analis politik dari SMRC, Saidiman Ahmad menilai, komunikasi yang kurang mulus dengan PDIP sebelumnya, menjadi salah satu penyebab PSI pindah haluan mendukung Prabowo.
“Arus bawah PSI sebenarnya ke Ganjar. Tapi terlihat ada komunikasi yang kurang lancar sebelumnya dengan PDIP. Karena itu mereka membuka peluang bagi calon lain,” kata Saidiman dihubungi reporter Tirto, Rabu (25/10/2023).
Selain itu, PSI melihat kedekatan antara Presiden Jokowi dan Prabowo makin intens belakangan ini. Sebaliknya, Prabowo juga terlihat semakin aktif mencari dukungan dari relawan-relawan pendukung Jokowi.
“Dukungan PSI pada Prabowo sekarang adalah muara dari pergerakan politik sebelumnya,” terang Saidiman.
Seiring waktu, PSI memang tidak terlihat lagi menunjukan sikap terbuka dalam mendukung Ganjar setelah sentilan datang dari PDIP. PSI beralih sikap dengan melihat arah dukungan Jokowi sembari menegaskan diri sebagai partai yang ‘tegak lurus bersama Jokowi.’ Sikap ini makin kentara ketika putra Jokowi, Kaesang Pangarep, bergabung ke PSI dan menjadi ketua umum mereka.
PSI, Jokowi, dan Politik Dinasti
Pemerhati politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo menilai, arah dukungan PSI untuk Prabowo memang berkaitan dengan hadirnya Kaesang sebagai ketua umum mereka. Selain itu, Gibran alias abang dari Kaesang, juga telah resmi menjadi cawapres Prabowo.
“Jadi enggak mungkin lah kalau si adik ini malah mendukung yang lain kan, gitu. Jadi menurut saya ya jelas ada pengaruhnya dengan keluarganya Pak Jokowi,” ujar Kunto dihubungi reporter Tirto, Rabu (25/10/2023).
Kunto menambahkan, PSI memang cenderung mengikuti orientasi politik Jokowi. Hal ini semakin tegas dengan pernyataan PSI sebagai partai yang tegak lurus bersama Jokowi dan menggagas ‘Jokowisme.’
“Jelas karena Jokowisme itu tadi, dan mereka berharap mendapatkan coat-tail effect, apalagi kan adik dari cawapres (Gibran), ketumnya PSI,” terang Kunto.
Ketua Badan Pengurus Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Julius Ibrani, berpendapat serupa. Ijul, sapaan akrabnya, melihat PSI cenderung mengikuti arah dan dukungan Jokowi.
Sebagai partai politik, kata Ijul, PSI memang berhak menentukan pilihan dukungannya. Namun menilik arah dan kebijakan PSI yang manut dengan Jokowi, Ijul menilai sikap PSI bukan merupakan keputusan mandiri.
“Kita lihat bahwa apa yang terjadi di PSI, baik kemarin maupun hari ini, mataharinya adalah Joko Widodo. Ketika dia bilang terang, dia terang. Ketika dia bilang gelap, dia gelap,” ujar Ijul dihubungi reporter Tirto, Rabu (25/10/2023).
Ia menambahkan, ini makin terlihat ketika sebelumnya gencar mengusung Ganjar di PDIP sebagai presiden, PSI juga masih menyatakan diri sebagai pengusung Ganjar. Namun sikap PSI ikut berubah ketika Gibran akhirnya merapat ke kubu Prabowo.
“Dengan demikian juga kita menyimpulkan bahwa Presiden Jokowi melakukan manifestasi terhadap istilah cawe-cawenya pada Pilpres 2024 ini, salah satunya adalah dengan menempatkan PSI sebagai pendukung Prabowo,” tegas Ijul.
Bergabungnya PSI ke kubu Prabowo juga seiring ramainya sematan ‘dinasti politik’ terhadap keluarga Presiden Jokowi. Majunya Gibran sebagai cawapres Prabowo, dilantiknya Kaesang sebagai Ketum PSI, dan arah politik mereka yang kini seirama, banyak dikritik publik sebagai bentuk kepentingan kekuasaan keluarga Jokowi.
Capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto, memberikan pembelaan dengan menegaskan bahwa dinasti merupakan sesuatu yang wajar dalam politik. Hal ini kembali Prabowo tegaskan seusai PSI mendeklarasikan bergabung ke gerbong koalisinya.
“Dinasti politik itu adalah sesuatu yang wajar, kalau kita jujur, Anda lihat di semua partai ada dinasti politik, bahkan PDIP dan itu tidak negatif,” kata Prabowo dalam konferensi pers, Selasa (24/10/2023).
Prabowo mengartikan dinasti sebagai keluarga yang patriotik dan ingin berbakti kepada negara dan bangsa. “Masalahnya apa? Jangan dipolitisasi,” ungkap dia.
Alasan PSI Mendukung Prabowo
Juru Bicara DPP PSI, Sigit Widodo tidak menampik bahwa sikap perubahan dukungan mereka saat ini dipengaruhi faktor dukungan sebelumnya untuk Ganjar yang tidak disambut baik oleh PDIP.
“Kami sudah mencoba mensosialisasikan pasangan Mas Ganjar Pranowo dan Mbak Yenny Wahid, namun tidak mendapat respons yang baik,” ujar Sigit dihubungi reporter Tirto, Rabu (25/10/2023).
Kendati demikian, PSI juga melihat faktor dukungan masyarakat pada Prabowo yang semakin menguat. Terlebih, kata Sigit, cawapres yang dipinang adalah Gibran.
“Sebagai partai yang selalu sejalan dengan Jokowi, kami melihat pasangan Prabowo-Gibran paling cocok untuk meneruskan program-program Pak Jokowi,” tambah Sigit.
Soal hubungan buruk dengan Prabowo di pilpres sebelumnya, Sigit menilai, hal ini sudah tidak menjadi persoalan. Terlebih, Prabowo kini sudah masuk dalam pemerintahan Jokowi.
“Kami sepakat untuk tidak lagi mempersoalkan perbedaan yang pernah ada di masa lalu,” jelas Sigit.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud Md, Sunanto mengatakan, PDIP tidak pernah bersikap menolak gagasan dan dukungan terhadap kadernya. Menjadikan sikap PDIP sebagai alasan dukungan, kata dia, merupakan sikap yang kurang baik.
“PDIP terbuka dan selalu berkomunikasi enggak ada yang begitu. Saling menghargai saja, jangan bolak-balik fakta jangan, enggak elok,” kata Cak Nanto, sapaanya, ketika dihubungi reporter Tirto, Rabu (25/10/2023).
Pihaknya, kata Cak Nanto, menghargai keputusan PSI untuk mendukung Prabowo-Gibran. Ia menilai itu sebagai hak PSI dalam berdemokrasi dan berpolitik.
“Ya ini dinamika politik, tak bisa dipungkiri kami berharap hanya konstelasi politik kita berjalan damai,” ujar mantan ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah ini.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz