tirto.id - Pada Sabtu (28/4) kemarin sekitar pukul tiga sore, para pengunjung dan staf perpustakaan di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) panik setengah mati. Penyebabnya: bau gas menyengat tercium di seluruh ruangan perpustakaan.
Langkah cepat kudu ditempuh sebelum terjadi hal-hal mengerikan seperti kebakaran hebat. Maka, lebih dari 500 mahasiswa dan dosen dievakuasi keluar gedung oleh Polisi Victoria. Tim pemadam kebakaran datang ke lokasi. Mereka segera ambil alih tempat untuk menyelidiki titik sumber bau.
“Gedung itu dikenal menyimpan bahan kimia yang berpotensi berbahaya,” kata petugas pemadam kebakaran dilansir dari The Washington Post.
Para petugas yang menyisir lokasi kemudian menemukan sumber bau yang diduga gas kimia itu berpusat di sebuah lemari. Apa yang tersimpan di dalam lemari itu mengakhiri drama perburuan gas kimia berbahaya.
“Setelah pencarian yang menyeluruh, petugas pemadam mengidentifikasi bau bukan berasal dari gas kimia. Tapi dari gas yang dihasilkan durian busuk. Buah yang sangat tajam baunya itu dibiarkan membusuk di sebuah lemari,” ujar petugas.
Bau durian busuk itu telah membuat ratusan orang panik. Petugas juga mengatakan bahwa sistem AC di ruangan perpustakaan membuat bau busuk tersebut makin menyebar dan menambah kekacauan.
Bukan kali ini saja durian bikin heboh publik Australia. Dilansir dari South China Morning Post, pada 2014 lalu, para pasien di sebuah bangsal rumah sakit di pinggiran Kota Melbourne dievakuasi ke ruangan lain karena mencium bau gas menyengat. Persis seperti kasus akhir pekan kemarin, biang keroknya adalah buah durian yang dibawa oleh penjenguk kepada pasien.
Durian memang satu-satunya buah yang memecah belah umat, memunculkan kubu penggemar dan pembenci. Sebagai salah satu produk buah dari negara beriklim tropis, durian memang amat familiar dan digemari orang-orang Asia Tenggara, meskipun ada saja yang tidak menyukainya karena urusan selera.
Sedangkan bagi orang-orang yang hidup dalam kultur Euro-Amerika, durian bukanlah buah familiar. Baunya yang menyengat menyebabkan tak sedikit orang menghindarinya. Ditambah lagi, sejumlah praktisi kuliner dunia turut menganggap aneh rasa durian.
“Rasanya seperti bawang lembek yang busuk,” kata Andrew Zimmern, tuan rumah Bizzare Foods.
“Baunya kayak kotoran babi, terpentin dan bawang yang dibalut kaos kaki kotor bekas gym,” kata Richard Sterling seorang penulis makanan.
Anda juga bisa melihat sendiri di video-video YouTube betapa aneh dan berlebihan reaksi orang-orang Eropa dan Amerika disuruh mencicipi durian.
Sementara itu di kafe Mao Shan Wang, distrik Chinatown Singapura malah punya menu khas durian di semua hidangan makanannya. Pelanggan dimanjakan dengan menu seperti chicken nugget dan kentang goreng dengan saus durian, pizza dengan daging buah durian, bahkan kopi durian pun ada. Dilansir dari South China Morning Post, kafe itu ramai dijejali para pelanggan.
Di Indonesia, dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar daerah mulai panen durian. Tak heran bila banyak dijumpai penjual durian di berbagai daerah. Bermacam kedai yang menyajikan santapan olahan dari durian juga sudah berdiri. Sangking populernya, durian kerap menjadi ajang festival skala besar di banyak kota.
Alasan benci durian bisa ditelusuri dari asal-usul buah berduri itu sendiri. Sebabnya sepele: budidaya durian ternyata tak sukses di benua Amerika karena faktor suhu udara dan curah hujan.
Khas Asia Tenggara
Menurut J.F. Morton dalam bukunya berjudul Fruits of Warm Climates(1987, PDF), durian diyakini berasal dari daerah Asia Tenggara seperti Kalimantan dan Sumatera. Pohon durian tumbuh liar di daerah Pegunungan Tanintharyi, wilayah Myanmar yang berbatasan dengan Thailand, dan di sekitar desa-desa di Semenanjung Malaya. Durian juga dijumpai di daerah tenggara India, Sri Lanka hingga Papua.
Pada pertengahan abad ke-15, durian sudah jadi komoditas perdagangan di Myanmar dan dihidangkan di istana kerajaan sebagai hidangan istimewa. Muncul pula istilah durian sebagai “raja dari segala buah.”
Namun, durian yang punya nama latin Durio zibethinus menjadi tanaman langka di daratan Amerika. Pada 1920, benih-benih durian dari Jawa pernah ditanam di Federal Experiment Station, Mayaguez, Puerto Rico. Pohon durian baru sempat mekar hebat pada Februari dan Maret 1944, namun hanya satu saja yang benar-benar matang pada Juni. Di daerah Dominika, Jamaika dan Trinidad pohon durian juga sukses berbuah.
Pada 1926 dan 1927, pohon dan biji durian dari Jawa mulai ditanam di Honduras. Pohonnya memang tumbuh subur, tapi buahnya jelek. Sementara di daerah Florida selatan, bibit durian hanya tumbuh sebentar.
Iklim cuaca yang berbeda dari daerah Asia Tenggara jadi penyebabnya. Dalam "Economic Impact of Phytophthora Diseases in Southeast Asia" (2004), André Drenth dan Barbara Sendall menyebut karena durian berasal dari daerah hutan hujan tropis seperti Kalimantan, Malaysia dan sekitarnya, maka konsekuensinya pohon durian bisa tumbuh dan berbuah maksimal di daerah tropis yang lembab. Dengan suhu rata-rata maksimal 33˚C dan minimal 22˚C. Plus ditambah dengan diguyur curah hujan tinggi berkisar 2.000-3.000 mm per tahun.
Sebuah situs pecinta durian di Amerika bernama Year of the Durian pada September 2016 lalu sempat mengunggah keluhan mengenai kualitas durian yang diimpor dari Thailand. Durian-durian ini datang dalam keadaan beku sehingga cita rasanya diyakini telah berkurang. Oleh sebab itu mereka mencoba mendatangkan durian dari perkebunan di Hawaii ke San Fransisco. Bagaimana rasanya? Tak terlalu buruk, ujar mereka.
Sejauh ini kebutuhan durian dunia banyak dipasok dari negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.
Data dari Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Pulau Kalimantan merupakan salah satu pusat asal dan keragaman kerabat durian. Menurut data yang dirilis pada September 2017 lalu, terdapat 22 spesies durian di Kalimantan. Spesies terakhir yang ditemukan adalah Durio connatus yang dikenal dengan nama lokal mandong (Kaltim), apun (Kalbar), dan mantoala/mantuala/barabah (Kalsel).
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf