tirto.id - Sejumlah kuburan di empat pemakaman di Kota Magelang, Jawa Tengah, dirusak oleh "orang tak dikenal" secara berturut-turut di antara saat malam Natal hingga malam Tahun Baru 2019. Ujungnya, puluhan nisan yang menandakan makam Kristen maupun muslim hancur.
Salah satu kompleks pemakaman yang dirusak adalah TPU Giriloyo, tempat artis Suzanna dikebumikan. [Pantauan reporter Tirto pada Kamis, 3 Januari, makam Suzanna di blok J I--blok khusus makam Kristen--dalam kondisi baik.)
Bagaimana detail kejadiannya?
Mulyadi adalah satu dari sekian pekerja pembersih kuburan. Ia sehari-hari bekerja di Tempat Pemakaman Umum Giriloyo. Di pemakaman umum terbesar di Kota Magelang, berisi 41 blok dengan total luas sekitar 16 hektare itu, ia biasa bekerja dari pagi hingga siang.
Selepas hari Natal, Mulyadi datang ke pemakaman seperti biasa. Pada Rabu (26/12) sekitar pukul 07.00, ia berjalan menuju gubuk tempatnya istirahat di antara Blok B II, B I, C II, dan C I.
Dalam langkahnya yang tak lagi tegap, pria 76 tahun ini melihat hal janggal. Di samping kanan, tepatnya di Blok B II, ia melihat nisan di salah satu kuburan tercerabut. Nisan dari semen itu hancur berkeping-keping, tepat di samping kuburan.
Melihat satu nisan rusak, Mulyadi semula tak terlalu menghiraukan. Kemudian, seorang kawan satu profesi memberitahunya ada sejumlah nisan lain di beberapa blok yang hancur. Kejadian itu lalu ia laporkan ke petugas TPU.
Dalam benak Mulyadi saat itu, perusakan nisan hanya mungkin dilakukan oleh orang tidak waras, yang malam-malam merusak kuburan tanpa sebab.
Siang itu seorang peziarah datang ke kuburan familinya. Dan kebetulan makam yang dituju si peziarah itu adalah satu makam yang nisannya dirusak.
“[Dia] nangis melihat makam bapaknya rusak. Dia bilang, 'Keterlaluan ... makam tidak apa-apa kok dirusak?'” kata Mulyadi, yang sudah bekerja sebagai pembersih makam sejak 26 tahun silam kepada reporter Tirto.
Seorang pembersih makam lain bernama Wantinah (50 tahun) berkata kaget melihat sejumlah nisan kuburan hancur. Padahal, ketika Natal, ia tak melihat ada yang janggal; belum ada satu pun nisan yang hancur.
“Saya tidak tahu kapan kejadiannya, mungkin pas malam,” katanya.
Selang lima hari setelah itu, kejadian serupa terjadi di Pemakaman Segadoeng di Kampung Tidar Krajan, Tidar Utara, Kota Magelang. Makam ini biasa digunakan untuk warga muslim maupun Kristen.
Wahyu Lestari (43 tahun), yang tinggal di seberang pemakaman tersebut, mengisahkan bahwa pada Minggu dini hari, 30 Desember 2018, mendengar "suara mencurigakan" dari arah pemakaman. Berkali-kali ia mendengar orang mematahkan kayu. Ia lalu menghentikan salat malam.
Putra bungsunya menengok dari jendela rumah ke arah sumber suara.
Wahyu keluar. Setiba di depan rumah, ia menyimak sumber suara. Dari penglihatannya, lewat celah pagar tembok makam, seorang membelalak ke arahnya. Dalam remang malam sekitar pukul 00.10, pandangan orang dari pemakaman membuatnya horor.
“Saya takut, satu orang melihat saya. Saya langsung masuk [ke rumah] begitu saja,” kata Wahyu.
Cahaya remang dan diliputi rasa takut membuatnya gugup. Ia hanya melihat "orang asing" memandang ke arahnya dan mengenakan baju putih tanpa penutup wajah.
Keesokan hari, Wahyu menuntaskan rasa penasaran. Tepat di tempat ia melihat orang asing memelototinya, ia menemukan satu kuburan dirusak. Makam ini atas nama F. Sriyati, yang meninggal 5 Desember 2018.
Bagian yang dirusak adalah nisan berbentuk salib kayu. Kayu salib itu terbelah dan patah.
Berjarak sekitar 500 meter dari Pemakaman Segadoeng, kejadian serupa terulang. Di Pemakaman Kampung Kiringan, Tidar Utara, beberapa nisan juga dirusak. Perusakan diketahui warga pada Selasa pagi, 1 Januari lalu.
Mursidi, seorang tokoh masyarakat Kampung Kiringan, menduga kejadian perusakan saat malam Tahun Baru atau Senin malam, awal pekan ini.
Di pemakaman Kampung Kiringan ada delapan nisan yang dirusak, terdiri atas enam nisan Kristen dan dua nisan muslim. Pola perusakan terlihat sama dengan kejadian di pemakaman lain. Mursidi menunjukkan sejumlah nisan yang dirusak kepada reporter Tirto.
Kejadian di pemakaman Kampung Kiringan bukan yang terakhir.
Terbaru, pada Rabu malam, 2 Januari, perusakan terjadi pada Pemakaman Malangan, bersebelahan dengan kompleks Pemakaman Kampung Kiringan.
Menurut Mursidi kejadian terakhir sempat dipergoki warga. Pelaku kabur setelah merusak satu nisan salib.
“Warga yang melihat sudah dimintai keterangan oleh polisi,” kata Mursidi.
Berdasarkan penelusuran reporter Tirto, total ada 22 nisan yang dirusak di empat pemakaman yang berbeda.
Masing-masing di TPU Giriloyo ada 12 nisan (11 makam Kristen dan 1 makam muslim; di Pemakaman Segadoeng ada 1 makam Kristen; di Makam Kampung Kiringan ada 8 makam (6 makam Kristen dan 2 makam muslim); dan di Pemakaman Malangan ada 1 makam Kristen.
Rata-rata ke-19 makam Kristen yang dirusak adalah nisan salib. Tidak hanya dipatahkan, tapi dihancurkan berkeping-keping.
Sementara makam muslim yang dirusak adalah nisan yang dipatahkan.
Penelusuran reporter Tirto dibenarkan Kapolresta Magelang AKBP Kristanto Yoga Darmawan saat dihubungi Kamis (3/1). Namun, untuk di Pemakaman Segadong, polisi belum melakukan pendataan.
“Nanti akan kami lakukan pendataan lagi,” kata Kristanto.
Polisi: Ciri-Ciri Pelaku Perusakan Makam Sudah Dikantongi
Kapolresta Magelang AKBP Kristanto Yoga Darmawan mengungkapkan dari hasil olah tempat kejadian perkara oleh Tim Inafis Polresta Magelang menemukan ada pola tindakan yang sama atas perusakan nisan di tiga pemakaman.
"Ketika [kejadian] paling terakhir di [Pemakaman] Malangan itu beberapa saksi melihat ciri-ciri pelaku. [Warga] dibangunkan suara berisik suara dentuman palu," katanya.
"Ciri-cirinya sudah disebutkan kepada kami dan sudah kami kantongi ciri-ciri [pelakunya],” kata dia.
Kristanto mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, pelaku hanya satu orang meski institusinya belum bisa menyimpulkan secara bulat.
“Tapi menurut hemat kami [pelaku] lebih dari satu. Walaupun masing-masing pola perusakannya sama,” kata Kristanto.
Setelah mengantongi ciri-ciri pelaku, saat ini Polresta Magelang berupaya melakukan pengejaran, ujar Kristanto.
Salah satu upaya itu memerintahkan seluruh Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) serta pihak terkait untuk melakukan pendataan setiap orang baru di Magelang.
Hal ini, kata Kristanto, untuk mengantisipasi jika memang pelaku perusakan bukan warga Magelang. Selain itu, operasi yustisi dilakukan bersama pihak terkait untuk mengantisipasi hal sama.
Perusakan Makam: 'Baru Pertama Kali di Kota Magelang'
Agung Putrasih, Sekretaris II Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Magelang, meminta masyarakat tidak terprovokasi soal kejadian perusakan makam.
"Intinya, serahkan semua kepada aparat,” kata Agung.
Menurut Agung, peristiwa perusakan makam ini baru pertama kali di Kota Magelang. Ia beranggapan peristiwa ini hanya dilakukan oleh orang yang iseng.
Hal sama diungkapkan Ketua Wilayah Selatan Paroki Santo Ignasius Kota Magelang Yohanes Muji Slamet saat meninjau ke TPU Giriloyo pada Kamis, (3/1). Ia mengaku tidak menyangka ada peristiwa ini.
“Magelang itu baik sekali, kondusif untuk umat beragama. Baru sekali ini terjadi,” kata Muji.
Yohanes Muji berkata kedatangan dia ke TPU Giriloyo untuk memastikan informasi ada perusakan sejumlah nisan makam Kristen.
“Saya tadi hanya memastikan,” katanya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz