Menuju konten utama

Derasnya Aliran Uang di Serial Televisi

Serial televisi sering dianggap sebelah mata. Padahal, dari sisi bisnis serial televisi lebih menguntungkan daripada sebuah film layar lebar. Banyak faktor yang membuat serial televisi bisa berkibar.

Derasnya Aliran Uang di Serial Televisi
Serial TV Friends [Foto/cimg.tvgcdn.net]

tirto.id - “Ari, gimana kalau mereka membatalkan acaraku?"

"Drama, mereka dari TV NBC yang bahkan memberikan Joey 46 episode. They don't cancel shit. Trust me!"

Serial Entourage berkisah tentang kehidupan Vincent Chase, aktor yang sedang naik daun di Hollywood, beserta para rombongannya: sang kakak Johnny Drama, sahabat sekaligus manajer Eric Murphy, dan Turtle kawan sedari kecil yang sekaligus jadi supir. Karakter lain adalah agen artis yang bermulut tajam, Ari Gold.

Ada hal yang lucu sekaligus ironis ketika serial televisi ini menggambarkan bahwa acara televisi adalah ampas dunia hiburan. Kantor departemen TV di perusahaan milik Ari, terletak di lantai bawah dan seperti tak tersentuh matahari. Departemen ini menyumbangkan pendapatan paling kecil dan berisi orang-orang yang, "...tak punya visi dan ambisi." Ari selalu menghindari pertemuan dengan orang TV yang dia sebut, "...membosankan." Bahkan saat Drama, mantan aktor yang tak laku, senang karena mendapat peran di serial televisi, Turtle mengejeknya.

"Serial televisi itu cuma untuk pecundang."

Bahkan, kata Ari, Joey yang ceritanya buruk tapi dibintangi Matt Le Blanc itu bisa tahan sampai 46 episode kok.

Tapi jika melihat kondisi sekarang, Ari Gold pasti berubah pikiran. Industri serial televisi kini menjelma jadi raksasa yang ambisius dan berdompet tebal. Gelontoran uang yang berputar di sana pun semakin besar.

"Aku ingat saat klien internasional harus kami paksa supaya mau menerima produk televisi, karena mereka hanya mau film layar lebar. Sekarang kebalikannya," ujar Jeff Sagansky, mantan Presiden CBS Entertainment dan mantan petinggi Sony, seperti dikutip The Wrap.

Pada 2011, perusahaan film dan televisi seperti Viacom, News Corp, Time Warner, dan beberapa lainnya mengeluarkan laporan tahunan. Hasilnya nyaris sama: acara televisi, termasuk serial, memberi pemasukan dan keuntungan lebih besar ketimbang film layar lebar. Viacom, induk yang membawahi Paramount, misalkan. Pada 2011, sekitar 91 persen pemasukannya berasal dari acara televisi. Begitu pula News Corp yang mengandalkan 60 persen pemasukan dari TV. Sedangkan Time Warner mendapatkan 70 persen pemasukan juga dari acara televisi.

Dari 5 perusahaan film dan televisi yang mengeluarkan laporan tahunan, mereka mendapatkan untung total 2,5 miliar dolar dari film. Sedangkan dari televisi mereka mendapatkan untung sekitar 22 miliar dolar. Nyaris sepuluh kali lipat lebih besar ketimbang untung dari film. Dengan pemasukan yang besar, tak heran kalau produsen jor-joran dalam mengeluarkan dana bagi serial televisi.

Pada 1994 hingga 2009, dunia televisi dilanda demam serial ER. Tokoh utamanya adalah George Clooney yang memerankan Dr. Doug Ross. Perusahaan televisi NBC yang jadi rumah bagi serial ini, berani jor-joran memberikan bujet 13 juta dolar per episode. Apalagi setelah medio 1996-1997 serial ini memecahkan rekor penonton terbanyak kala itu, ditonton oleh 30 juta orang.

Bujet besar juga digelontorkan untuk serial-serial lain. Serial legendaris Friends, misalkan. Pada musim pertama serial, para aktor hanya dibayar masing-masing 20 ribu dolar. Maklum, masih aktor muda dan NBC juga tidak tahu apakah serial ini akan sukses atau tidak. Ternyata Friends laris manis dan jadi salah satu serial TV paling sukses sepanjang masa. Pada episode terakhir yang ditayangkan pada Mei 2004, penontonnya mencapai 52 juta orang.

Karena laris itu, sextuple yang terdiri dari Jennifer Aniston, Courteney Cox, Lisa Kudrow, Matt LeBlanc, Matthew Perry, dan David Schwimmer ini masing-masing minta bayaran yang sama sejak musim ketiga: 1 juta dolar per episode. Membuat ongkos produksi serial ini membengkak jadi 10 juta dolar per episode. Jika dihitung, sejak musim ketiga hingga sepuluh, ada 188 episode Friends. Jika dikali 10 juta dolar per episode, maka total bujet yang dikeluarkan NBC adalah 1,8 miliar dolar!

Serial televisi juga tidak kalah ambisius dengan film layar lebar. Banyak serial yang mengambil setting di masa lampau, atau bahkan dalam dunia fantasi. Film berlatar masa lalu ini antara lain Rome (HBO), Marco Polo (Netflix), Camelot (Starz), Boardwalk Empire (HBO), hingga Game of Thrones (HBO). Untuk film dengan latar seperti itu, pengeluaran terbesar tentu disedot untuk segala macam detail: kostum, kendaraan, hingga bangunan.

Rome dan Marco Polo menyedot anggaran 9 juta dolar per episode. Camelot memerlukan 7 juta dolar per episode. HBO bersedia mengeluarkan cek 6 juta dolar untuk tiap episode Game of Thrones, dan 5 juta dolar untuk Boardwalk Empire.

Kenapa serial televisi bisa sukses, meraup penggemar fanatik, dan menjadi tumpuan baru industri? Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskannya. Pertama, serial televisi punya kelenturan untuk dikembangkan. Tidak seperti film layar lebar yang terbatas 2 hingga 3 jam, serial televisi biasanya terdiri dari banyak episode. Jumlah episode ini tentu bisa bertambah jika serial tersebut sukses. Hal ini membuat penulis naskah bisa mengembangkan karakter dan plot cerita dengan lebih luwes.

Karena perkembangan karakter ini, lahirlah alasan kedua: penonton jadi merasa punya ikatan dengan karakter favorit. Serial populer seperti Breaking Bad, Better Call Saul, Modern Family, Friends, The Walking Dead, hingga Game of Thrones, membuat kita menyaksikan perkembangan karakter para tokoh. Baik yang kita suka, maupun kita benci. Episode demi episode. Para penggemar bersorak ketika Joffrey Baratheon tewas mengenaskan. Juga meratap sekaligus merutuk saat Jon Snow ditusuk anak buahnya sendiri.

Alasan lain adalah: serial televisi di Amerika digarap dengan serius. Akting, penulisan naskah, efek spesial, hingga sinematografi, dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Jangan samakan dengan penggarapan ala sinetron Indonesia yang ruwet dan bikin tekanan darah meninggi.

Karena tingkat keseriusan itu, ditambah dengan bujet yang tak kalah besar, banyak aktor dan aktris yang dikenal lewat film layar lebar kini turut bermain di serial. Sebut saja Collin Farrel dan Vince Vaughn (True Detective), Charlie Seen (Anger Management dan Two and a Half Men), Steve Buscemi (Boardwalk Empire), Don Cheadle (House of Lies), hingga aktor peraih Oscar seperti Kevin Spacey yang bermain untuk serial House of Cards. Sutradara sekelas Martin Scorsese dan Steven Soderbergh pun dengan senang hati menjadi sutradara di beberapa serial televisi.

Bayaran untuk para pemain di serial televisi pun tak kalah besar dengan mereka yang bermain di layar lebar. Charlie Seen, misalkan. Pada 2010 dia menjadi aktor dengan bayaran tertinggi saat membintangi Two and Half a Men. Honornya adalah 1,8 juta dolar per episode. Rekor itu ia pecahkan sendiri saat menerima honor 2 juta dolar per episode untuk serial Anger Management.

Menurut Forbes, selain Sheen, aktor-aktor yang kaya berkat serial televisi adalah Jim Parsons (The Big Bang Theory) yang mendapatkan sekitar 29 juta selama bermain di serial populer itu. Kemudian ada pula rekan Parson, Johnny Galecki yang mengumpulkan pundi sekitar 27 juta dolar. Sementara Mark Harmon dari serial populer NCIS, sudah mendapatkan bayaran total sekitar 20 juta dolar.

Pemain utama di serial Game of Thrones, seperti Kit Harrington, Emilia Clarke, dan Peter Dinklage mendapat bayaran sekitar 300 ribu dolar per episode. Alias 3 juta dolar per musim. Di musim ketujuh yang akan tayang tahun depan, bayaran mereka akan meningkat jadi 500 ribu dolar per episode.

Pengeluaran besar ini dianggap sepadan dengan pendapatannya. Banyak serial laris yang meraup untung besar dari penayangan iklan. Serial Two and a Half Men mendapatkan iklan senilai 3,24 juta dolar tiap 30 menit. Sedangkan Glee mendapatkan 2,8 juta dolar. Serial Grey's Anatomy dan The Big Bang Theory masing-masing mendapatkan 2,75 juta dolar tiap 30 menit. Modern Family, yang sudah berjalan 7 musim, mendapatkan 2,13 juta dolar per 30 menit.

Tapi ada pula yang tidak mengandalkan pemasukan iklan. Terutama untuk serial yang ditayangkan streaming, atau yang memang tidak memberi slot iklan, seperti Game of Thrones. Mereka biasanya mengandalkan uang dari berlangganan. Untuk kasus Game of Thrones, serial ini membantu HBO mendapatkan banyak sekali pelanggan baru. Kini total pelanggan mereka adalah 40 juta orang. HBO mendapatkan uang sekitar 10 dolar per pelanggan, yang kebanyakan adalah fans serial itu. Jadi dari biaya berlangganan saja, HBO bisa mendapatkan 400 juta per bulan. Lebih dari cukup untuk memproduksi beberapa musim serial televisi.

"Serial itu memang tidak mengandalkan uang iklan," ujar Jon Lafayette, editor bisnis di media Broadcasting & Cable. "Selain biaya berlangganan, HBO juga meraup uang dari penjualan merchandise dan DVD."

Tentu tidak semua serial berhasil. Beberapa serial berbujet besar seperti Terra Nova (4 juta dolar per episode), Bionic Woman (6 juta dolar per episode, plus bujet promosi 15 juta dolar), hingga Camelot, harus tersuruk-suruk kemudian dihentikan karena sedikitnya penonton berbanding lurus dengan banyaknya caci maki. Merugi, jelas. Tapi industri televisi selalu punya cara untuk menambal kerugian. Dengan semakin banyaknya pilihan film televisi dan cara menonton (tv kabel atau streaming), booming serial televisi sepertinya masih akan terus berlanjut. Bujet besar pun akan terus digelontorkan, terutama untuk serial yang sudah popular dan punya banyak fans fanatik.

Hal ini melahirkan pertanyaan baru: masihkah Ari Gold mengabaikan orang-orang dari departemen TV?

Baca juga artikel terkait FILM atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Film
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti