tirto.id - Polri masih mengejar satu orang yang tergabung dalam jaringan Sibolga, yakni Syaefuddin Hidayat yang berperan mengunggah video ancaman terhadap anggota Polri di media sosial.
“Densus 88 masih mengejar dia,” ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (15/3/2019).
Syaefuddin mengunggah video karena disuruh oleh terduga teroris, Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah yang diringkus polisi, Kamis (14/3/2019, sekitar pukul 16.00 WIB di Klaten, Jawa Tengah.
Yuliati juga berperan sebagai inisiator untuk melakukan aksi teror di Pulau Jawa, ia mengajak Syaefuddin, Abu Hamzah, dan Putera Syuhada.
Dedi menambahkan, jaringan Sibolga ini menggunakan bom rakitan untuk melakukan amaliyah. “Mereka beraksi menggunakan bom dan siap melakukan jika ada kesempatan. Aparat kepolisian menjadi sasaran teror mereka,” jelas dia.
Usai kejadian bom Surabaya dan Sibolga, lanjut Dedi, ada satu fenomena baru yaitu mulai melibatkan perempuan untuk menjadi lone wolf (pelaku tunggal).
“Di Indonesia fenomena ini sudah mulai terbaca oleh Densus 88. Seperti kejadian di Sibolga, perempuan ini memiliki militansi yang lebih kuat pemahaman radikal dibanding laki-laki,” ucap Dedi.
Beda dengan beberapa negara lain yang sudah terpapar paham radikalisme ISIS, perempuan sudah menjadi lone wolf di Afghanistan, Irak, Suriah dan beberapa wilayah lainnya di Timur Tengah.
Bahkan, terduga teroris di Sibolga, Medan, Abu Hamzah hendak menjadikan Roslina alias Syuhama sebagai calon istri kedua dan ‘calon pengantin’ alias pelaku aksi teror.
Roslina merupakan mantan istri terduga teroris yaitu Andre yang telah meninggal dunia. Andre ditembak mati oleh Densus 88 di Kelurahan Kapias Pulau Buaya, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai, Kamis (18/10/2018), lantaran melawan petugas.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Alexander Haryanto