Menuju konten utama

Demi Visi 2030, Raja Salman Belajar dari Negara Asia

Sejumlah pakar dalam negeri Arab Saudi mengemukakan pendapatnya soal kunjungan Raja Salman ke Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya. Menurut mereka, lawatan tersebut merupakan strategi Arab Saudi mengambil manfaat dari Asia yang sukses menumbuhkan perekonomiannya.

Demi Visi 2030, Raja Salman Belajar dari Negara Asia
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud (kedua kanan), Menko PMK Puan Maharani (kiri) dan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh (kedua kiri) menghadiri pertemuan dan dialog dengan 28 tokoh agama di Jakarta, Jumat (3/3). Raja Salman mengapresiasi kerukunan antar umat beragama di Indonesia. ANTARA FOTO/Biropers-Setpres/Laily Rachev.

tirto.id - Hubungan persahabatan yang ditunjukkan Raja Salman ke Indonesia dan negara-negara Asia dalam kunjungannya untuk memanfaatkan peluang besar investasi di kawasan tersebut sehingga membantu Arab Saudi mencapai tujuan-tujuan Visi 2030.

Hal tersebut merupakan pendapat para pakar di dalam negeri Arab Saudi, yang dikutip media terkemuka berbahasa Inggris di negara itu, Arab News.

Para pakar Saudi mengatakan penguatan hubungan dengan negara-negara Asia Timur tepi barat Pasifik akan membuat Kerajaan Arab Saudi menarik manfaat dari lokasi perdagangan dan pengalaman negara-negara di kawasan ini.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Kawasan Timur, Abdulrahman Al-Otaishan, mengungkapkan membuka diri kepada kekuatan-kekuatan ekonomi bertumbuh di Asia Timur akan membuat Saudi bisa mendiversifikasi sumber pendapatan dan sekaligus menarik keahlian baru yang dimiliki negara-negara Asia Timur, termasuk Indonesia.

Sementara itu, Nasir Al-Hajri, pengusaha Saudi, berkata bahwa kunjungan Raja Salman itu mencerminkan pendekatan yang benar dari para pemimpin Saudi dalam membaca perkembangan ekonomi.

"Membuka diri ke timur akan memperkuat perekonomian Saudi dan menautkannnya dengan kekuatan-kekuatan mega-ekonomi yang menjadi kelas berat dalam pasar global," kata Al-Hajri.

Pengusahan lainnya, Abdullah Al-Majdouie menyebut pembukaan akses ke Timur itu adalah kecenderungan pada era modern dan menjadi sangat penting demi mendapatkan pengalaman serta manfaat dari negara-negara Asia yang dalam berbagai hal sukses menumbuhkan perekonomiannya. Hal itu menurutnya akan membantu mewujudkan tujuan-tujuan strategis Saudi dalam jangka panjang.

Atif Sukkar, profesor ilmu politik pada Universitas King Abdul Aziz, menyebut lawatan raja ke Asia tidak hanya penting bagi Saudi, namun juga sama pentingnya bagi reputasi internasional Saudi.

Suha Allawi, asisten profesor kepemerintahan dan investasi pada Universitas King Abdul Aziz, memandang kunjungan raja bertujuan mendiversifikasi kemitraan strategis Saudi dan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara Asia timur.

Anggota Majelis Syuro dan profesor sejarah pada Universitas King Saud, Ahmed Al-Zailai, menyebut kesepakatan-kesepakatan yang dibuat raja selama berkunjung ke Asia adalah produk-produk hebat dari lawatan itu.

Ketua Komisi Ekonomi dan Energi Majelis Syuro, Abdulrahman Al-Rashid, menyebut kesepakatan energi dengan Indonesia akan meningkatkan hubungan dengan negara-negara Asia secara umum dan mitra strategis Saudi dalam sektor minyak dan petrokimia secara khusus.

Abdulbari Al-Nuwaihi, profesor ekonomi pada Universitas Al-Faisal di Jeddah, menilai lawatan raja ke Indonesia dan Asia sangat penting dilakukan karena akan meningkatkan kerja sama politik, militer dan ekonomi antara Saudi dengan negara-negara Asia.

"Lawatan itu juga membuat terbukanya pasar baru dan terbangunnya aliansi yang kuat," demikian jelasnya seperti yang dilansir dari Antara, Rabu (8/3/2017).

Baca juga artikel terkait KUNJUNGAN RAJA SALMAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari