tirto.id - Debat kedua Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) berlangsung Minggu (10/11/2024) malam. Debat kedua ini mengusung tema Membangun Infrastruktur dan Ketahanan Pangan Jawa Tengah dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat.
Dalam debat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng ini, Pasangan Nomor Urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, beradu gagasan dengan Pasangan Nomor Urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
Salah satu yang menjadi bahasan adalah mengenai bagaimana mewujudkan ketahanan pangan. Andika Perkasa mengaku bahwa indeks ketahanan pangan di Jateng telah menunjukkan hal positif selama lima tahun terakhir.
"Kami secara umum akan selalu menyertakan pembangunan infrastruktur dan pembangunan ketahanan pangan dengan upaya untuk memitigasi kerusakan lingkungan sedemikian rupa," kata Andika Perkasa saat memaparkan visi dan misi yang berkaitan dengan tema debat kedua seperti disiarkan dalam tayangan YouTube KPU Jateng, Minggu (10/11/2024).
Di sisi lain, Ahmad Luthfi, membuka debat dengan menceritakan berbagai keluhan kalangan petani, pelaku UMK, hingga nelayan yang ditemuinya. Luthfi menegaskan bahwa bersama Gus Yasin nanti, mereka akan benar-benar ngopeni persoalan-persoalan yang masih dirasakan masyarakat.
"Tidak ada lagi petani menanyakan pupuk, tidak ada lagi nelayan menanyakan solar, tidak ada lagi ibu yang merasakan kesulitan sekolah," ungkap Luthfi.
Adu Cara Mitigasi Bencana
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disebutkan dalam debat kedua ini menunjukkan bahwa Jateng menjadi provinsi cukup tinggi bencana. Kedua paslon pun diminta memaparkan bagaimana memitigasi bencana yang masih menghantui masyarakat Jateng.
Andika Perkasa mengatakan, bencana alam tak dipungkiri bukan hanya terjadi secara alamiah, tetapi juga ada campur tangan manusia. Salah satu yang disorotinya adalah banjir karena turunnya permukaan air.
"Misalnya turunnya permukaan tanah karena penggunaan air tanah yang berlebihan dan itu bisa saja terjadi, contohnya di Sayung Demak dan di Kendal. Permukaan tanah ini tiap tahun turunnya bisa sampai 10-12 cm dan ini akibat dari penggunaan air tanah berlebihan," kata Andika.
Dia mengaku, mitigasi yang nantinya akan dilakukan untuk mengatasi penggunaan air tanah berlebih adalah dengan pengenaan pajak tinggi kepada masyarakat. Dengan begitu, diharapkan masyarakat hanya menggunakan air di pemukaan, bukan air tanahnya.
Mantan Panglima TNI itu juga menyoroti mengenai gundulnya hutan di sejumlah kota di Jateng yang mengakibatkan banjir. Baginya, pelibatan pihak swasta bisa menjadi cara untuk mencegah penggundulan hutan.
"Banjir karena gundulnya hutan bisa kita berikan insentif bagi usaha-usaha atau perusahaan-perusahaan yang bisa membuktikan bahwa mereka bisa menghijaukan kembali sektor atau properti, atau usaha sekitar, sehingga kita bisa memberikan insentif kepada mereka atau juga usaha memitigasi dilakukan oleh swasta," tutur Andika.
Pandangan lain diutarakan oleh Luthfi mengenai cara mengatasi penggunaan air tanah berlebih. Bagi mantan Kapolda Jateng itu, evaluasi peraturan daerah yang ada saat ini lebih efektif dibanding pemberian pajak tinggi kepada masyarakat.
"Yang paling utama terkait penurunan air tanah, harus dilakukan penegakan Perda sehingga tidak ada lagi penggunaan air tanah semena-mena. Perda itu diatur dan dilakukan evaluasi 1 tahun sekali. Kalau saya jadi dengan Gus Yasin, saya akan revisi dan akan evaluasi 3 bulan sekali," ucap Luthfi.
Desalisasi yang telah menjadi program dari Universitas Diponegoro, kata Luthfi, juga sangat efektif mencegah penggunaan air tanah berlebih. Metode itu adalah bentuk mengubah air asin menjadi air tawar dengan alat dan berkoordinasi bersama BUMD untuk memasifkannya.
Hapus Kartu Tani
Persoalan ketersediaan pupuk bagi petani menjadi salah satu bahasan yang diutarakan dalam debat kedua Pilgub Jateng ini. Calon Gubernur Nomor Urut 2 Ahmad Luthfi dengan tegas menyatakan bahwa kartu tani akan dihapuskan jika dia dan Gus Yasin terpilih nanti.
Luthfi menilai, kartu tani menjadikan keterbatasan para petani mendapatkan pupuk. Padahal, stok pupuk di Jateng selalu dipastikan cukup.
"Misalnya, dalam Kartu Tani itu seseorang hanya bisa ngambil di suatu PKL. Ternyata di PKL itu ureanya habis, tetapi Kartu Tani ngga bisa dipakai untuk ke PKL yang lain, akhirnya pak tani bilang pupuknya di sana habis, padahal PKL-nya tidak di sini, ini yang butuh dibetulin,” ucap Luthfi.
Menurut Luthfi, Kementerian Pertanian telah menyiapkan 40 juta ton pupuk bagi petani. Oleh karenanya, distribusi yang kurang tepat sasaran adalah persoalan saat ini.
Hal itu diamini oleh Andika Perkasa, meskipun wakilnya Hendrar Prihadi memiliki pandangan lain. Pria yang akrab disapa Hendi itu mengaku bahwa penggunaan alat bagi petani lebih bisa mengatur penggunaan pupuk dengan baik bagi petani.
"Ke depan mimpi kami, Andika dan Hendi, harus diberikan bantuan alat-alat pertanian yang modern. Kita biasa sering lihat alat-alat drone di atas lahan pertanian, dia bisa kemudian menebarkan pupuk atau pestisida untuk memerangi hama-hama," tutur Hendi.
Adu Ide Atasi Kemiskinan
Perbedaan cara mengatasi kemiskinan di Jateng terlihat dari debat kedua antara Andika dengan Luthfi. Keduanya memiliki fokus masing-masing untuk membawa masyarakat Jateng keluar dari kemiskinan yang masih cukup memprihatinkan.
Andika menyampaikan, akan membenahi infrastruktur demi membawa masyarakat Jateng keluar dari lorong kemiskinan. Sebab, dengan infrastruktur yang sudah memadai, akses akan semakin mudah dan kepercayaan investor semakin meningkat untuk mendorong ekonomi masyarakat.
"Jalan provinsi minimal punya lebar 7 meter. Ini penting agar produksi dari hasil pertanian dan lain sebagainya bisa didistribusikan dengan baik," ujar Andika.
Sementara, Ahmad Luthfi mengaku, program pendidikan dan kesehatan gratislah solusi mengeluarkan masyarakat dari lubang kemiskinan. Sebab, 160 ribu masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, kata dia, putus sekolah dan termasuk ke dalam kategori miskin ekstrem.
"Berikan sekolah gratis, kemudian berikan kesehatan gratis. Sekolah gratis digunakan bagi warga SMA yang mempunyai putus sekolah," ucap Luthfi.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Anggun P Situmorang