tirto.id - Jokowi masih mewarnai percaturan politik lokal di tengah kontestasi pilkada di sejumlah daerah yang semakin menghangat. Ia beberapa kali menemui calon kepala daerah. Belakangan, Jokowi kerap didatangi calon kepala daerah yang disokong Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Dua calon kepala daerah yang baru-baru ini menemui Jokowi adalah Calon Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, serta Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil.
Di Pilkada Jateng, Jokowi bahkan sempat disebut-sebut akan turun gunung sebagai juru kampanye Luthfi dan Taj Yasin Maimoen. Hal ini menandakan efek Jokowi sebagai endorsement elektabilitas dari paslon yang berlaga di pilkada masih diandalkan.
Teranyar, Minggu (3/11/2024), Ahmad Luthfi dan Taj Yasin terlihat berada di lokasi yang sama ketika Jokowi bertemu dengan Presiden Prabowo di Wedangan Omah Semar, Solo, Jawa Tengah. Paslon Cagub Jateng, Luthfi-Taj Yasin, makan malam di lantai dua bersama Paslon Wali Kota-Wakil Wali Kota Solo, Respati Ardi dan Astrid Widayani.
Usai makan malam di tempat yang sama dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo, Ahmad Luthfi-Taj Yasin memilih bungkam dan langsung menuju mobil yang mereka tumpangi saat dicegat oleh awak media. Sedangkan Respati Ardi dan Astrid Widayani mengaku memang sengaja bertemu dengan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin di lokasi makan malam Prabowo dan Jokowi.
Menurut Respati, mereka belum sempat berbincang-bincang dengan Jokowi dan Prabowo di lokasi tersebut.
"Wedangan sama Pak Luthfi aja. Kami mau nyusul biar kami segera bertemu ke bandara. Nderekke kan Bapak Presiden," kata Respati.
Momen bersama antara Paslon Cagub Jateng, Luthfi-Taj Yasin dan Jokowi juga berlangsung sebelum debat perdana Pilkada Jateng. Lewat unggahan di akun Instagram pribadi Ahmad Luthfi, Jokowi terlihat memberikan wejangan terhadap paslon tersebut.
Momen pertemuan itu diunggah akun Instagram @ahmadluthfi_official, Selasa (29/10/2024). Mantan Kapolda Jateng itu menulis terkait Jokowi yang menyampaikan arahan: “wejangan soal percepatan ekonomi.”
Rival Luthfi-Taj Yasin di Pilgub Jateng, yakni Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi (Hendi), juga tidak tinggal diam melihat Jokowi mulai merapat menyokong kubu lawan. PDIP sebagai parpol satu-satunya pengusung Andika-Hendi, tampak serius mengamankan titel “Kandang Banteng” untuk wilayah Jateng.
Hal ini terbaca dari kehadiran sosok sentral PDIP, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang turun langsung memimpin konsolidasi pemenangan Pilkada Jateng di Kantor DPD PDIP Jateng, Jumat (25/10/2024).
Selain dihadiri Megawati, beberapa pimpinan pusat PDIP juga hadir. Di antaranya Ketua DPP PDIP, Puan Maharani; Ketua DPP PDIP Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Ganjar Pranowo; hingga Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Adian Napitupulu. Pengurus DPD PDIP dan pengurus Dewan Pimpinan Cabang PDIP wilayah Jateng juga turut hadir dalam rapat yang digelar tertutup tersebut.
Puan Maharani sempat membantah bahwa kehadiran Megawati di Jateng adalah sebagai bentuk respons bahwa Jokowi akan cawe-cawe di Pilkada Jateng. Hubungan antara PDIP, terutama Megawati dengan Jokowi memang merenggang sejak Pilpres 2024.
”Ya enggak, enggak ada hubungannya [dengan Jokowi],” ungkap Puan kepada awak media usai konsolidasi internal PDIP.
Perang Kedua Jokowi vs Megawati
Sejumlah pengamat politik justru membaca bahwa momen turun gunung antara Jokowi dan Megawati di Pilgub Jateng merupakan penegasan pertarungan pengaruh keduanya. Kedua Paslon Pilgub Jateng, Luthfi-Taj Yasin dan Andika-Hendi, tak hanya bertarung memperebutkan Jateng 1 dan 2, tapi juga menjaga gengsi dan kekuatan pengaruh dari mesin parpol pengusung. Bagi PDIP, ini menjadi ajang pembalasan atas kekalahan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dari Prabowo-Gibran di Jateng saat Pilpres 2024 lalu.
Analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, melihat PDIP bakal sangat totalitas memanaskan mesin pemenangan untuk Pilkada Jateng. Hadirnya Jokowi di belakang paslon Luthfi-Taj Yasin menurutnya akan memantik PDIP melakukan konsolidasi yang yang kuat.
“PDIP dipastikan akan totalitas mengingat mereka dibayangi Jokowi yang membelok dari koridor PDIP,” kata Dedi dihubungi reporter Tirto, Senin (4/11/2024).
Dedi menilai paslon pilkada yang disokong KIM Plus memang cenderung punya pedoman untuk memanfaatkan pengaruh Jokowi dan Presiden Prabowo. Hal ini terlihat dari pertemuan Luthfi ataupun Ridwan Kamil yang terlihat mengkapitalisasi efek ekor jas dari dua tokoh nasional itu. Kendati demikian, Dedi memandang kerja-kerja parpol KIM Plus di Pilgub Jateng kurang maksimal dalam menandingi keseriusan PDIP.
“Akan sulit membangun soliditas seperti PDIP. [Faktor] ketokohan yang mungkin akan bisa memengaruhi suara Luthfi,” lanjutnya.
Analisis Dedi sejalan dengan hasil survei teranyar elektabilitas Pilkada Jateng. Pada Senin (4/11/2024), hasil survei Litbang Kompas menampilkan bahwa paslon Andika-Hendi unggul tipis dari Luthfi-Taj Yasin. Paslon nomor urut 1, Andika-Hendi, mendapatkan elektabilitas 28,8 persen. Sementara paslon nomor urut 2, Luthfi-Taj Yasin, meraup elektabilitas 28,1 persen.
Survei Litbang Kompas ini dilakukan pada 15-20 Oktober 2024 lewat pertanyaan model tertutup, dengan jawaban terbatas yang dibacakan kepada 1.000 responden pemilih Jateng. Margin of error survei ini sebesar kurang-lebih 3,1 persen.
Belum optimalnya koalisi gemuk KIM Plus mendukung Luthfi-Taj Yasin juga terlihat dari hasil pilihan berdasarkan latar belakang partai politik responden. Mayoritas responden, yakni sekitar 40-45 persen, pemilih PDIP, Nasdem, dan Demokrat memilih paslon Andika-Hendi. Sementara pemilih Luthfi-Taj Yasin didominasi pemilih Gerindra dan PKB.
Sebanyak 41 persen responden juga percaya bahwa relasi antara Jokowi dan PDIP tengah memburuk. Namun, hasil survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa pengaruh dukungan Jokowi masih cukup mendominasi di Jateng.
“Dukungan dari mantan Presiden Jokowi merupakan pengaruh yang besar bagi pemilih (43,9 persen). Pengaruh ini lebih tinggi daripada dukungan oleh Ganjar Pranowo (34,7 persen) maupun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (26,5 persen),” tulis Litbang Kompas.
Menurut Dedi, gerbong koalisi KIM Plus di elite sebetulnya solid. Namun, koalisi gemuk ini gagal melakukan konsolidasi di tingkat pemilih. Berbeda dengan Andika-Hendi yang diusung PDIP di Jateng yang terbukti solid hingga di tingkat bawah. Hal ini menjelaskan mengapa pemilih Nasdem dan Partai Demokrat justru menyeberang dengan memilih Andika-Hendi.
“Ini membuat mesin parpol sering kali tidak terlihat linier dengan suara dan elektabilitas,” ujar Dedi.
Hasil sigi survei elektabilitas lembaga lain juga menampilkan persaingan yang masih begitu rapat antara Andika-Hendi dan Luthfi-Taj Yasin. Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mencatat Andika-Hendi unggul tipis dari Luthfi-Taj Yasin dengan selisih 0,6 persen. Andika-Hendi meraih 48,1 persen, sementara Luthfi-Taj Yasin memperoleh 47,5 persen suara.
Survei SMRC dilakukan pada 17-22 Oktober dengan 1.210 responden warga Jawa Tengah berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Sampel dipilih dengan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Analis sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, memandang ada kemungkinan mesin KIM Plus belum maksimal di Jateng. Sebabnya, kata dia, kekuatan KIM Plus terbagi di berbagai pilgub kunci. Di Pilgub Jakarta misalnya, ternyata elektabilitas Ridwan Kamil tidak semoncer yang dibayangkan.
Di Pilkada Jawa Timur, hal yang mengejutkan KIM Plus adalah Khofifah Indar Parawansa ternyata mendapat saingan berarti dari Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah. Belum lagi di Banten, Andra Soni harus berjibaku melawan Airin. Musfi memandang, KIM Plus saat ini masih sedikit unggul di Pilkada Jawa Barat sebab Dedi Mulyadi terlihat mendominasi.
“Sementara di Jawa Tengah, KIM Plus harus melawan PDIP di kandangnya. Bisa dikatakan ini adalah pertarungan yang berat,” kata Musfi kepada reporter Tirto, Senin (4/11).
Dengan demikian, pertemuan Luthfi-Taj Yasin dengan Jokowi dan Prabowo adalah bentuk show of power. Hal ini adalah taktik perang yang menunjukkan pesan mereka dibeking oleh penguasa. Di sisi lain, PDIP menangkap pesan simbolik itu.
Megawati turun gunung memberikan pesan politik balasan. Menurut Musfi, jarang sekali Megawati turun gunung langsung dalam palagan pilkada. Langkah ini membawa pesan bahwa PDIP akan mati-matian memenangkan Andika-Hendi.
“Melihat pesan dan simbol politik yang terjadi, dengan jelas ini menunjukkan pertarungan antara Jokowi dan Megawati. Apalagi Luthfi selalu dikaitkan sebagai orangnya Jokowi,” ucap Musfi.
PDIP memandang momen Pilgub Jateng sebagai momen pembalasan. PDIP dikalahkan di kandang sendiri saat Pilpres 2024. Sejauh ini, dalam kacamata Musfi, Jokowi Effect belum terlihat signifikan bagi Luthfi-Taj Yasin.
Buktinya survei elektabilitas teranyar Lutfhi-Taj Yasin belum juga moncer. Namun, momen pertemuan Jokowi dengan Prabowo yang turut dihadiri Luthfi-Taj Yasin kemungkinan bisa jadi titik balik ke depan. Pertemuan itu juga menjadi sinyal untuk memanaskan mesin-mesin KIM Plus yang belum maksimal.
“Bagaimana pun caranya, [bagi PDIP] kemenangan Andika-Hendi harga mati di Jawa Tengah,” kata Musfi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menyatakan ada peluang paslon Luthfi-Taj Yasin melesat mengungguli Andika-Hendi. Cara itu adalah dengan memanfaatkan ceruk pemilih religius tradisional yang dapat dikapitalisasi dari pemilih PKB. Pasalnya, Ketua DPW PKB Jateng, Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf, sudah mulai keliling ke sejumlah ponpes untuk mengkampanyekan Luthfi-Taj Yasin.
“Lewat Gus Yusuf ini bisa menjadi game changer. PDIP kita tahu menduetkan pasangan nasionalis, sementara di KIM Plus Ahmad Luthfi dari kepolisian dan Pak Taj Yasin sebagai kiai dan pengasuh ponpes,” ucap Agung kepada reporter Tirto, Senin (4/11).
Menurut Agung, suara Nahdliyin akan cukup berpengaruh menambah elektabilitas Lutfhi-Taj Yasin. Meski demikian, kata dia, fatsun politik kontestasi Pilkada adalah kecakapan dan ketokohan dari paslon yang bertarung. Artinya, semua kembali kepada personalitas dan upaya kedua paslon merebut suara dan hati rakyat Jawa Tengah.
“Terlepas ada endorse yang mengalir dari Prabowo dan Jokowi atau Megawati, yang paling utama adalah sosok paslon. Koalisi harus memaksimalkan manajemen kampanye yang mereka miliki seperti kekuatan parpol, relawan, konsultan, hingga simpatisan,” jelas Agung.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Irfan Teguh Pribadi