tirto.id - Suatu malam di Nanjing University tahun 1993, empat mahasiswa senior alias tua berkumpul di salah satu kamar asrama. Mereka menyebut malam itu sebagai “malam berbaring”. Tentu saja sambil bercerita tentang macam-macam hal.
Salah satu yang didiskusikan malam itu adalah tentang apa yang bisa dilakukan untuk membebaskan diri dari kesepian dan kehidupan yang monoton karena tak punya kekasih. Salah seorang lalu mencetuskan ide untuk merayakan kesendirian pada 11 November. Karena ada banyak angka satu dalam 11.11, maka ia dipercaya sebagai waktu yang tepat untuk merancang berbagai aktivitas bagi sekumpulan jomblo.
Kesepakatan antara empat pemuda jomblo itu pun menjadi budaya kampus yang kemudian melebar menjadi budaya warga Cina. Singles Day awalnya hanya dirayakan lelaki, lambat laun perempuan juga ikut merayakan. Benang merahnya hanya satu, jomblo.
Ada beberapa cerita berbeda tentang asal mula Single Day. Namun, cerita tentang mahasiswa Nanjing University inilah yang lebih dipercaya masyarakat Cina.
Hari merayakan kesendirian yang biasanya diisi dengan melakukan berbagai hal seru bersama teman sesama jomblo itu berubah menjadi hari belanja online gila-gilaan di Cina sejak 2009. Ia bermula ketika Alibaba, e-commerce terbesar di Cina mulai memanfaatkan 11.11 dengan memberi diskon besar-besaran.
Tahun 2010, hal yang sama juga dilakukan Alibaba. Saat itu, sebagai e-commerce, Alibaba tumbuh lebih besar. Ia menjual lebih banyak merek dan memberi diskon lebih besar. Pesaingnya, JD.com Inc juga ikut menggelar promo pada Singles Day tahun 2010 itu.
Tahun-tahun berikutnya, Singles Day menjadi seperti Hari Belanja Online Nasional di Indonesia yang digelar tiap 12 Desember setiap tahun. Pada 2011, Alibaba meraup pendapatan $820 juta dalam 24 Jam Singles Day.
Pendapatan yang diperoleh Alibaba terus bertambah rata-rata dua kali lipat setiap tahunnya. Tahun lalu, ia mengantongi $14,3 miliar hanya dalam sehari. Ini setara dengan Rp190 triliun. Angka ini cukup fantastis jika dibandingkan dengan total penjualan pada Harbolnas di Indonesia tahun lalu yang hanya Rp2,1 triliun. Itupun sudah mencakup seluruh e-commerce yang ada.
Pada Single Day tahun ini, Alibaba telah mencatatkan penjualan $1 miliar di lima menit pertama Singles Day. Dalam dua jam pertama, pendapatan tahun ini sudah mencapai separuh dari pendapatan tahun lalu. Selama 12 jam, pendapatannya telah melampaui pendapatan tahun lalu, yakni $12 miliar. Tahun ini, Alibaba menargetkan mencetak penjualan hingga $20 miliar.
Produk-produk yang paling banyak dibeli antara lain produk keluaran Apple, khususnya iPhone. Dalam blog perusahaan, Alibaba mengatakan merek-merek terkenal seperti Nike dan Adidas juga tercatat paling banyak dibeli. Sekitar 85 persen pembelian dilakukan lewat ponsel.
Singles Day hari ini tak hanya ada di dunia maya. Ia dibuka dengan gala event yang juga ditayangkan di televisi di Cina. Sejumlah bintang dari Inggris dan Amerika ikut meramaikan, ada One Republic, atlet basket legendaris Kobe Bryant, pesepakbola David Beckham dan istrinya Victoria Beckham.
Tahun ini, Alibaba juga membuat gebrakan baru. Mereka yang menggunakan perangkat virtual reality (VR), bisa mengeksplorasi replika virtual dari toko-toko terkenal di Cina. Jadi tak perlu membuka halaman demi halaman untuk mencari produk yang ingin dibeli. Mereka bisa berjalan, lalu mengarahkan ponselnya ke barang yang ingin mereka beli untuk kemudian melakukan pembayaran dan menyelesaikan proses pembelian.
Selain menghadirkan pengalaman berbelanja yang berbeda, Alibaba juga menggelar kontes bernama “red packets”. Ini sangat cocok bagi para penggila game. Sebab untuk memenangkan kontes, para pengguna ponsel pintar harus bermain game yang ada di aplikasi Tmall.
Cara mainnya persis seperti cara kerja Pokemon Go. Pengguna berjalan di dunia nyata, mencari maskot Tmall yang berbentuk kucing di beberapa sudut kota, termasuk di cafe-cafe dan tempat belanja. Mereka yang berhasil mendapatkan maskot Tmall akan memenangkan “red packets”. Jadi, mereka yang sedang tak punya uang untuk berbelanja online pun bisa ikut menikmati kemeriahan Singles Day yang perayaannya sudah jauh berbeda dengan tujuan hari itu dicanangkan.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti