Menuju konten utama

Adaptasi: Kunci Perempuan Indonesia Bangkit dari Pandemi

Dua dari tiga UMKM milik perempuan terpaksa tutup permanen atau sementara selama pandemi.

Adaptasi: Kunci Perempuan Indonesia Bangkit dari Pandemi
Ilustrasi women empowerment. foto/IStockphoto

tirto.id - Saat kehidupan dan pekerjaan banyak orang terkena imbas dari pandemi, pekerjaan dan mata pencarian perempuanlah yang paling rentan terdampak.

Hasil studi McKinsey mengungkap kemungkinan pekerja perempuan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), dalam laporanberjudul Building Forward Fairer: Women’s rights to work and at work at the core of the COVID-19 recovery, juga mengungkap bahwa pekerja perempuan di Asia-Pasifik terkena dampak krisis secara tak proporsional—lebih banyak kehilangan pekerjaan ketimbang laki-laki. Ini tak lain karena mayoritas pekerjaan mereka berada di sektor yang terpengaruh krisis, misal jasa dan manufaktur.

Bagaimana nasib pekerja perempuan di negara kita? Kementerian Sosial merilis jumlah pekerja formal perempuan yang mengalami dampak buruk pandemi sebesar 40 persen. Tidak hanya itu, “Dua dari tiga UMKM yang dimiliki perempuan terpaksa tutup permanen atau sementara selama pandemi,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki pada bulan Oktober 2021.

Belajar dari Pandemi

“Perempuan adalah tulang punggung perekonomian kita. Memberdayakan UMKM berarti juga memberdayakan perempuan Indonesia,” papar Teten. Apalagi, dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia, 34% usaha menengah dijalankan oleh perempuan, sementara 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro pun dimiliki oleh perempuan.

Dalam semangat menginspirasi para perempuan di Indonesia untuk menangkap peluang yang ada dan bangkit pasca-pandemi, menjelang Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret nanti, Alibaba Group meluncurkan e-handbook pengembangan diri dengan judul “Titik Mulai Perempuan Indonesia Bangkit Pasca-Covid”. Buku elektronik ini bisa diunduh secara gratis melalui portal berita lokal Alibaba Group, yaitu AlibabaNews Bahasa Indonesia.

Women CSR Handbook Alibaba

Women CSR Handbook dari Alibaba Group. foto/IStimewa

Kumpulan tulisan inspiratif untuk perempuan ini adalah e-handbook pertama dari Alibaba Group yang didedikasikan untuk komunitas perempuan di Indonesia. Buku ini disusun dengan bantuan sembilan kontributor, yakni: Daisy Jin, Kepala Alibaba Global Initiatives 2020–2021; Evelyn Yonathan, Chief People Officer Lazada Indonesia; Hanna Suhardi, Lazada Seller dan Founder Lemontree; Susanty Widjaya, CEO Bakmi Naga Resto dan Ketua Asosiasi Lisensi Indonesia (ASENSI); Viviyanti Tolgay, Founder PT Ratu Pertiwi Group; Carline Darjanto, Co-Founder COTTON INK; Diana Tanu, Co-Founder Top Karir; Agustina Samara, Chief of People & Corporate Strategy DANA Indonesia; serta Prita Ghozie, Financial Consultant dan CEO Zap Finance.

E-handbook Alibaba mengompilasikan pengalaman dan pengetahuan praktis para kontributor perempuan ini, baik yang berkarya di dalam maupun di luar ekosistem Alibaba. Harapannya, pembaca bisa terinspirasi untuk menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan di bidang karier dan keuangan, juga tergerak untuk mewujudkan impian wirausaha lewat saluran digital.

Mengapa digital? “Ketika menghadapi krisis tidak terduga seperti pandemi ini, sebagai pemilik usaha, kita harus berani untuk berubah dan bertransformasi,” kata Susanty berbagi tips. “Bersyukur atas keputusan saya yang tepat untuk menjalankan seluruh bisnis F&B saya, Bakmi Naga Resto dan Batavia Cafe, secara online di tengah krisis akibat dampak Covid-19. Semoga dengan terbitnya e-handbook Alibaba ini, para perempuan Indonesia bisa mengambil inspirasi dari pengalaman saya dan berkembang di era digital.”

Adaptasi adalah Kunci

Digitalisasi memang menjadi perhatian serius Alibaba Group, sesuai dengan misi perusahaan: memudahkan setiap orang untuk menjalankan bisnis di mana saja. Apalagi pandemi juga telah mengakselerasi pertumbuhan dan adopsi teknologi digital.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat jumlah UMKM di Indonesia yang terdigitalisasi sepanjang pandemi mencapai 16,4 juta atau tumbuh dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Lazada Indonesia bahkan mencatatkan pertumbuhan penjual online sampai hampir tiga kali lipat pada Oktober 2021 dibandingkan saat awal pandemi (Maret 2020). Ini menjadi bukti bahwa masyarakat mempercayai peluang ekonomi digital.

“Sebagai bagian dari ekosistem Alibaba, Lazada berkomitmen untuk membuka peluang di ekonomi digital bagi siapa saja, termasuk kaum perempuan. Kami telah menyiapkan berbagai program, fitur serta inisiatif pemberdayaan di platform kami, terutama untuk penjual perempuan yang ingin mulai berusaha dan bertumbuh bersama Lazada. Kami senang bisa berkontribusi dalam penerbitan e-handbook pertama Alibaba untuk perempuan Indonesia, dan turut mendorong mereka untuk mengoptimalkan peluang karier dan usaha baru, serta pengembangan diri melalui saluran digital. Kami percaya bahwa pemberdayaan perempuan dapat menjadi bagian krusial dari upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi,” kata Evelyn, Chief People Officer Lazada Indonesia.

Kini, saluran digital menjadi jalan bagi semua orang dengan berbagai latar belakang untuk menemukan karier, pengembangan diri, maupun peluang usaha. “Jangan pernah ragu untuk mencoba peluang baru dan mengerahkan seluruh energi untuk tetap bertahan. Kesungguhan dari hati yang terdalam, tentu akan membuahkan hasil yang optimal pula,” tutupnya. []

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis