tirto.id - Industri e-commerce tumbuh subur di berbagai belahan dunia. Telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari, industri ini tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat, namun juga industri yang bergerak di sekelilingnya, termasuk industri logistik.
Di Indonesia, nilai transaksi e-commerce dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif. Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim riset Tirto.id dari Statista, nilai transaksi e-commerce (B2C) di Indonesia dalam periode 2011 hingga 2015 telah tumbuh lebih dari 500 persen, mencapai angka $3,56 miliar.
Seiring dengan pertumbuhan tingkat penetrasi internet masyarakat Indonesia yang diprediksi akan terus naik hingga dua kali lipat pada tahun 2020 dari posisi saat ini, yakni 30 persen, maka prospek cerah industri ini menjadi tampak semakin tidak terbantahkan.
Di Indonesia, e-commerce diprediksi pula akan menjadi salah satu industri raksasa di masa depan. Menurut riset dari Macquarie, pasar e-commerce Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga 80 persen (y-o-y) menjadi $7 miliar pada tahun 2016.
Sementara berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Google bekerja sama dengan perusahaan investasi asal Singapura, Temasek, Indonesia diprediksi akan memegang peranan signifikan dengan penguasaan sekitar 52 persen pasar e-commerce di Asia Tenggara, dengan nilai sebesar $46 miliar pada tahun 2025.
Hal positif tersebut kemudian berimbas pada industri-industri pendukungnya, termasuk industri logistik. Berdasarkan data yang diolah oleh tim riset Tirto dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terkait logistik – yakni pergudangan dan jasa penunjang angkutan, Pos dan Kurir – dalam lima tahun terakhir hampir selalu menunjukkan tren positif.
Pada 2011, nilai PDB terkait logistik berada pada posisi sekitar $5 miliar dalam kurs tahun berjalan. Sempat sedikit turun pada tahun 2013, angka itu terus menanjak naik menjadi $6,77 miliar pada tahun 2015. Sebuah angka yang cukup menjanjikan.
Apa yang dialami oleh PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) mungkin dapat menjadi gambaran bagaimana dampak positif industri e-dagang pada industri logistik. Meski tidak menyebutkan angka yang spesifik, Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi mengatakan bahwa jumlah transaksi pengiriman perusahaan tersebut selalu tumbuh konstan sejak e-dagang mulai marak di Indonesia.
"Sejak tahun 2010 di mana e-commerce mulai tumbuh di Indonesia, jumlah transaksi pengiriman JNE pun meningkat 30-40 persen setiap tahun secara konsisten hingga saat ini," kata Eri, sembari menambahkan bahwa jumlah pengiriman paket JNE dari e-commerce dapat mencapai hingga 60-70 persen dari total pengiriman perusahaan.
Ia mengatakan, tren perkembangan teknologi tersebut kemudian membuat perusahaan yakin untuk melakukan ekspansi bisnis dalam upayanya untuk menunjang operasional perusahaan, tidak hanya di bidang IT, tetapi juga infrastruktur dan jaringan. Sebagai catatan, seperti dilaporkan oleh kantor berita Antara, dana investasi yang digunakan JNE untuk pengembangan layanan tersebut mencapai Rp455 miliar.
"Tahun ini infrastruktur baru sebagai titik layanan mau pun penunjang operasional telah dibangun di Medan, Batam, Bandung, Wangon [Jawa Tengah], Semarang dan Surabaya," katanya kepada Tirto.id.
Pada tahun ini pula, lanjutnya, JNE menjalin kerja sama dengan Shopee. Marketplace itu bergabung dengan sejumlah nama seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada yang telah lebih dahulu menjalin kerja sama dengan perusahaan ini.
Berlian yang belum Diasah
Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, industri e-commerce tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat, tetapi juga industri logistik secara keseluruhan.
Setidaknya, lanjut Yukki, terdapat dua hal mendasar yang dirasakan oleh industri logistik sejak menggeliatnya industri e-commerce, yakni perubahan pola distribusi dan peningkatan pergerakan angkutan udara.
Ia mengatakan, hal yang paling dirasakan dalam hal pola distribusi adalah penyesuaian angkutan darat untuk mengantarkan barang-barang pesanan para pelanggan perbelanjaan daring. "Yang digunakan berubah, karena ini kan jadi pengirimannya langsung ke rumah dan lain-lain. Dulu orang mempergunakan banyak mobil besar untuk melakukan pengiriman sekarang ini kan disesuaikan sampai dengan tempat tujuan akhirnya seperti apa," katanya kepada Tirto.id.
Sementara jika dilihat dari sisi volume sendiri, karena kecepatan pengiriman kemudian menjadi prioritas, banyak pelaku industri logistik yang kemudian mempergunakan angkutan udara. "Cukup signifikan kenaikan angkutan udara ini dibandingkan dengan angkutan lain yang dikaitkan dengan kegiatan e-commerce," jelasnya.
Dalam konteks pengiriman barang dalam negeri, lalu lintas angkutan udara bisa mencapai angka pertumbuhan sekitar 5-6 persen untuk tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Prospek industri logistik cukup cerah, apalagi pemainnya juga masih sedikit yang bermain di bidang e-commerce. Dari total anggota ALFI, jumlah pelaku logistik yang bermain di bidang e-commerce kurang dari 10 persen. Hal ini karena industri e-commerce dalam penilaiannya masih dalam tahap perkembangan.
"Kita belum masuk ke kebutuhan sehari-hari. Tapi itu hanya tinggal tunggu waktu. Yang menggunakan e-commerce kan mostly di bawah 50 tahun," katanya.
Ia yakin, pada saat generasi yang berumur di bawah 50 tahun mulai naik ke rentang umur tersebut, maka akan ada kenaikan secara persentase, tidak hanya pada nilai transaksi e-commerce, tetapi juga pada statistik dalam industri logistik sendiri.
"E-commerce ini mungkin tidak lebih dari 3 persen lah ya dari semua kegiatan logistik di Indonesia. Masih sangat kecil kok. Mungkin sih belum cepat. Namun saya yakin pada suatu titik tertentu akan mengalami loncatan," jelas Yukki.
Baginya, saat ini yang diperlukan adalah dukungan pemerintah di sektor regulasi. Sebab hal itu akan memegang peranan sentral dalam mendukung pertumbuhan di kedua sektor industri ini. Ia meyakinkan pemerintah bahwa dengan potensi pasar yang diprediksi akan terus naik, para pelaku industri logistik siap mendukung terciptanya regulasi yang dapat menyokong sektor ini.
"Kita dorong untuk regulasi itu. [...] Kita tunggu regulasi dari pemerintah seperti apa. Kalau regulasi nya sudah jelas, kami perusahaan logistik dan transportasi siap melakukan itu," katanya.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti