Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Daftar Dalil Tentang Perintah Ikhlas Beramal: Lafal dan Artinya

Ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah seorang muslim.

Daftar Dalil Tentang Perintah Ikhlas Beramal: Lafal dan Artinya
Ilustrasi. foto/IStockphoto

tirto.id - Amalan sebaik apa pun jika tidak diiringi dengan keikhlasan, maka tak akan ada nilainya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.

Perintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya terdapat dalam QS Al-Bayyinah ayat 5.

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar),” (QS. Al-Bayyinah: 5).

Setiap muslim tentunya tidak ingin jika amal ibadah yang telah dilaksanakan justru tidak diterima oleh Allah.

Hanya saja jika amal ibadah yang dilakukan karena mengharap manfaat duniawi atau dikerjakan tidak sesuai dengan petunjuk Rasululah SAW, maka tidak akan diterima dan menjadi sia-sia.

Daftar Dalil Tentang Perintah Ikhlas Beramal

Disebutkan dalam kitab At-Ta’rîfât karya Ali Al-Jurjani, seperti dikutip dari laman NU Online: ikhlas adalah engkau tidak mencari orang yang menyaksikan amalmu selain Allah. Ikhlas juga diartikan membersihkan amal dari berbagai kotoran (Ali Al-Jurjani, At-Ta’rîfât, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1983], hal. 14).

Dilansir dari laman SuaraMuhammadiyah, para ulama pun sepakat bahwa secara umum ibadah akan diterima oleh Allah Ta’ala apabila memenuhi 2 syarat mutlak yaitu ikhlas dan mutaba’ah ar-Rasul (mengikuti petunjuk Rasululullah SAW).

Jika dua syarat tidak dipenuhi, maka ibadahnya ditolak.

Berikut ini merupakan berbagai dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah berkaitan dengan amal ibadah dan perintah ikhlas dalam beramal:

1. QS. Al-Kahfi: 110

ۚ فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا.....

....faman kaana yarjuu liqooa'a Rabbihii falya'mal 'amalan saalihanw wa laa yushrik bi'ibaadati Rabbihiii ahadaa

“....Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhan-Nya,” (Al-Kahfi: 110).

2. QS. Al-Hajj: 37

هَ لُحُـوۡمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰـكِنۡ يَّنَالُهُ التَّقۡوٰى مِنۡكُمۡ‌ؕ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَـكُمۡ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ‌ؕ وَبَشِّرِ الۡمُحۡسِنِيۡنَ

Lany yanaalal laaha luhuu muhaa wa laa dimaaa'uhaa wa laakiny yanaaluhut taqwaa minkum; kazaalika sakhkharhaa lakum litukabbirul laaha 'alaa ma hadaakum; wa bashshirul muhsiniin

Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demi-kianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-Hajj: 37).

3. HR. Bukhari dan Muslim

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu diterima dengan niat (ikhlas). Dan seseorang itu akan diberi balasan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. HR. Muslim

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu dan tidak pula kepada rupa kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati kamu,” (HR. Muslim).

5. QS. Al-A'raf Ayat 29

قُلۡ اَمَرَ رَبِّىۡ بِالۡقِسۡطِ‌ وَاَقِيۡمُوۡا وُجُوۡهَكُمۡ عِنۡدَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَّادۡعُوۡهُ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ ؕ كَمَا بَدَاَكُمۡ تَعُوۡدُوۡنَؕ

Qul amara Rabbii bilqisti wa aqiimuu wujuuhakum 'inda kulli masjidin wad'uuhu mukhlisiina lahud diin; kamaa bada akum ta'uuduun

"Katakanlah: 'Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan'. Dan (katakanlah): 'Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)'," (QS. Al-A'raf: 29).

6. QS. Ghafir: 65

هُوَ الۡحَىُّ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَادۡعُوۡهُ مُخۡلِصِيۡنَ لَهُ الدِّيۡنَؕ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَ

Huwal Hayyu laaa ilaaha illaa Huwa fad'uuhu mukh lisiina lahudiin; alhamdu lillaahi Rabbil 'aalamiin

Artinya: "Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam." (QS. Ghafir: 65).

Dalil di atas menunjukkan betapa pentingnya ikhlas dalam beramal sehingga setiap muslim harus melandasi amal ibadahnya dengan rasa ikhlas murni menghamba pada Allah.

Dikutip dari laman NU Online, Prof. Dr. M. Qurais Shihab sering menyampaikan perumpamaan mengenai ikhlas dengan sebuah gelas yang penuh air putih.

Tidak ada sedikit pun yang ada dalam gelas itu selain murni air putih belaka, tanpa tercampuri apa pun.

Menurut Prof. DR. Qurais Shihab, itulah gambaran ikhlas, yakni seseorang melakukan satu amalan hanya karena Allah semata, tak ada satu pun motivasi lain yang mencampurinya. Semua murni karena menghamba kepada Allah saja.

Baca juga artikel terkait AYAT-AYAT AL QURAN atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Dhita Koesno