Menuju konten utama

Curhat Pedagang Warteg Merugi Akibat Harga Beras Terus Naik

Kenaikan harga beras membuat para pedagang warteg merugi. Mereka putar otak demi tetap berjualan makanan.

Curhat Pedagang Warteg Merugi Akibat Harga Beras Terus Naik
Warga makan di Warteg Subsidi Bahari kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (28/3/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama.

tirto.id - Harga beras saat ini terus merangkak naik. Terlihat dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) rata-rata nasional mencapai Rp12.850 per kilogram (kg), Kamis (2/2/2023).

Meroketnya harga beras membuat para pedagang makanan warung tegal (warteg) merugi. Ratna (48), pedagang warteg di Kawasan kemanggisan, Jakarta Barat mengakui omzetnya turun hingga 50%. Dia menjelaskan penurunan saat ini lebih besar sebelum harga beras masih stabil.

"Omzet saya sekarang saat beras naik terus harganya, turun jadi 50% dibandingkan sebelumnya saat beras harganya stabil, penurunan hanya sampai 20%. Warteg saya jujur lumayan rugi saat ini, tapi saya akan lakukan apapun untuk membuat warteg ini tetap untung," curhat Ratna saat berbincang dengan Tirto, Kamis (2/2/2023).

Ratna mengakui harus putar otak agar tetap berjualan. Mulai dari membuat perencanaan pembelian beras hingga mengurangi porsi di wartegnya.

“Beras sekarang dipasar naik terus, saya karena beras mahal harus berhemat dan mengurangi stok beras di warteg saya dan pengurangan porsi saya lakuin lagi ini seperti pada Januari lalu. Sehingga, saya sampai membuat rencana pembelian beras untuk warteg saya sendiri agar bisa berhemat pada saat beras lagi mahal,” cerita Ratna.

Berbeda dengan Ratna, Hadi pedagang warteg di Kawasan Tebet mengakui menaikkan sedikit harga makanan. Itu dilakukan untuk menutupi kerugian akibat naiknya harga beras.

“Saya pasrah aja jujur saat harga beras sekarang naik terus, saya mau enggak mau coba naikkan harga makanan di warteg saya sedikit, biar pelanggannya masih ada yang datang ke warteg saya,” ucap Hadi.

Bukan cuma Ratna yang mengalami kerugian, Hadi juga mengakui omzetnya merosot hingga 70%. Angka tersebut lebih besar dibanding sebelumnya saat harga beras stabil, penurunan omzet hanya sekitar 20%.

“Omzet saya turunnya drastis sampai 70% sekarang karena beras naik, sebelumnya saya mengalami penurunan omzet 20%. Itu saja bahkan pada saat beras masih stabil harganya,” bebernya.

Sementara itu, dia berharap harga beras turun secepatnya sehingga tidak merasakan kerugian yang lebih besar. Tidak hanya itu, dia berharap pemerintah perlu memperhatikan usaha warteg para warga kelas menengah kebawah.

"Kalau bisa beras nanti harganya turun, biar para pengusaha warteg tidak resah dan nggak perlu itu yang namanya pengurangan atau menaikkan harga makanan di warteg, supaya pelanggan tetap ramai yang datang," pungkas Hadi.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA BERAS atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin