tirto.id - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menjelaskan perihal cuitannya di platform media sosial X soal "Ojo adigang, adigung, adiguna. Ada yang tau artinya?" yang diunggah usai debat keempat capres-cawapres Pemilu 2024, Minggu (21/1/2024). Dia menuturkan, cuitan melalui akun @ganjarpranowo itu tidak ditujukan kepada pasangan calon tertentu.
"Dalam suasana politik seperti ini, jangan merasa jemawa, paling hebat, diri lebih menguasai. Ini untuk semua. Jangan tersinggung kalau ada yang nge-tweet gitu, jangan baperan (gampang terbawa perasaan). Enggak, dong (ditujukan ke salah satu pasangan calon)," kata Ganjar dikutip dari Antara, Senin (22/1/2024).
Sementara itu, Ganjar pun merespons terkait debat cawapres semalam. Dia menilai masyarakat bisa menilai substansi, cara penyampaian, dan gestur calon wakil presiden (cawapres). Ganjar mengakui merindukan suasana debat dan bukan suasana tanya jawab. Dia menjelaskan, mekanisme debat memungkinkan seseorang untuk langsung memotong pembicaraan pada hal yang tidak jelas.
"Apakah itu klarifikasi, diksi, substansi, atau konsepsi; maka publik menjadi semakin yakin. Jadi, pendalamannya di situ, bukan yang sifatnya lain-lain," imbuhnya.
Arti Adigang Adigung Adiguna
Adigang Adigung Adiguna termasuk salah satu peribahasa dalam bahasa Jawa.
Frasa ini terdiri dari 3 kata, yakni Adigang, Adigung, dan Adiguna.
Mereka juga mempunyai pengertian yang berbeda-beda hingga diperoleh satu makna atau sebuah pesan tersendiri. Dengan demikian, "Ojo Adigang, Adigung, Adiguna" berarti jangan melakukan 3 perbuatan tersebut. Menurut pepeling, adigang adalah kekuatan.
Adigung berarti kekuasaan. Sedangkan adiguna merupakan kepandaian. Frasa berupa Adigang Adigung Adiguna dapat ditemukan dalam Serat Wulangreh karya Sri Sunan Pakubuwana IV Pupuh ke 3 (Sekar Gambuh) bait ke 4-10.
Bait 4 berbunyi sebagai berikut:
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku Telu pisan mati sampyoh
Pada baik ke-7, bunyinya sebagai berikut:
Adiguna puniku
Ngandelaken kapinteranipun
Samubarang kabisan dipundheweki
Sapa pinter kaya ingsun
Tuging prana nora injoh
Sementara bait ke-10 dituliskan:
Dene katelu iku Si kidang suka ing patinipun
Pan si gajah alena patinereki
Si ula ing patinipun
Ngandelaken upase mandos
Nur Syam dalam "Adigang, Adigung, Adigun: Filsafat Hidup Orang Islam Jawa (Bagian Satu) menuturkan, adigang adalah rasa, pikiran, dan tindakan yang mengagungkan dirinya sendiri karena kekuatan yang dimiliki.
Orang yang adigang seolah mampu menguasai dunia lewat kekuatan. Ia akan merasa pasti menang dalam berbagai hal, baik secara fisik maupun yang lainnya. "Ojo Adigang" mengusung pesan jangan sampai dimabukkan oleh kekuasaan, kedudukan, kekuatan, dan kewenangan.
Dalam Babad.id, orang yang meninggikan kekuasaan dianggap sedang tidak percaya diri. Ia menempatkan kekuasaan di atas dirinya. Oleh karena itu, manusia hendaknya jangan dikendalikan sebuah kesombongan. Sementara adigung digambarkan sebagai perasaan, sikap, dan tindakan seseorang yang memiliki kekuasaan tiada tara.
Ia menganggap kekuasaan bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk menguasai dunia dan isinya. Kekuasaan sesunguhnya mempunyai batasan, tidak abadi, dan hanya bersifat sementara. Kekayaan hendaknya dijadikan untuk fasilitas kehidupan, bukan dengan cara menyia-nyiakan dan mengejar ambisi.
Pesan lain adalah jangan terhasut kesombongan hingga terus-terusan mengumpulkan harta kekayaan. Sementara adiguna menjadi ciri bagi orang yang tergila-gila oleh kepandaian, kecendekiaan, dan kecerdikan. Hasrat untuk mengejar ilmu memang boleh. Akan tetapi, hendaknya tidak tinggi hati alias sombong. Alasannya, masih banyak orang yang lebih berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang lebih besar.
Editor: Intan Umbari Prihatin