tirto.id - Kuldesak! Motor bongsor ini awalnya hendak kami tinggal barang semalam "menginap" di jalan berkapur dengan kubangan lumpur di salah satu sudut di Gunung Kapur Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat akhir Juni lalu. Ban "tahu" yang ambles separuh, dengan rantai-gear mem-blesek jauh ke dalam tanah liat bercampur kapur, rasanya tak ada harapan segera menyudahi jebakan lumpur di hari yang mulai gelap.
Beberapa kali betotan gas yang disertai raungan mesin CRF250 Rally bertorsi maksimal 22,6 Nm ini gagal menaklukkan medan lumpur. Setelah berulang kali menggenjot putaran ban, aliran air yang menggenangi lubang lumpur turut membantu mempercepat ban menjejak lebih dalam ke dasar lumpur. Menit-menit CRF250 Rally dalam jebakan lumpur akhirnya berkesudahan, dengan beberapa kali hentakan gas.
Honda CRF250 Rally, dengan kaki-kaki jenjangnya, adalah motor off-road tulen. Tampangnya yang mengusung windshield minimalis, dilengkapi handguard, dan headlight asimetris jadi tampang dominan CRF250 Rally. Pada panel meter, CRF250 Rally mengadopsi sistem digital, yang menampilkan indikator umum, seperti speedometer, tachometer, odometer, indikator bahan bakar, dan jam digital. Ukuran layarnya cukup memudahkan pengendara untuk membaca informasi.
Di balik kemudi CRF250 Rally, terasa sekali sensasi mengendarai motor petualang. Stang lebar, jok ramping, dan kaki-kaki jangkung seolah memacu kami untuk memacu adrenalin di jalur dalam dan luar kota.
Jalan Berbatu
Kondisi jalan berbatu jadi lawan sepadan untuk kaki-kaki Honda CRF250 Rally. Mengandalkan ban kasar di kedua roda, ditopang perangkat suspensi depan upside down diameter 43 mm serta suspensi belakang tipe pro-link Showa, membuat siapapun pengendaranya akan percaya diri menarik tuas gas.
Jalan berbatu di kawasan Hambalang, Bogor dengan mudah ditaklukkan. Berjalan di antara bebatuan ukuran besar sampai sedang, kami tidak menemui selip di kedua roda. Pun begitu ketika masuk ke jalanan tanah.
Garpu tipe inverted diameter 43 mm di garda CRF250 Rally berperan besar untuk menjamin kualitas handling motor ini. Jenis suspensi inverted memposisikan stanchion atau batang as di bawah. Sementara, ukuran tabung menjadi lebih lebar dan panjang.
Mengutip Motorcyclenews, dengan mengaplikasi suspensi upside down, posisi tabung besar berhubungan langsung dengan triple clamp (segitiga atas) sehingga guncangan yang sampai ke tangan pengendara lebih kecil. Konstruksi garpu upside down mampu menghasilkan rigiditas lebih baik karena ukuran stanchion yang bersinggungan dengan tabung lebih besar, sehingga pantulan suspensi semakin padat.
Aplikasi ban kasar berukuran 3.00-21 di depan dan 120/80-18 di belakang bisa dikatakan faktor kunci keperkasaan Honda CRRF250 Rally di jalur berbatuan dan tanah. Konstruksi ban mampu membuat motor menapak dengan baik sekalipun di permukaan yang tidak stabil.
Performa mesin juga mumpuni untuk melalui jalur perbukitan dengan tanjakan curam. Mesin kapasitas 249cc mampu melontarkan torsi hinga 22,6 Nm pada 6.750 rpm. Dengan ancang-ancang yang tepat agar bisa mendapatkan momentum mendaki, kami berhasil melalui beberapa tanjakan tanpa harus bersusah payah. Memang dalam usaha pendakian, memaksimalkan torsi harus dilakukan agar motor bisa melaju dengan tenaga dorong maksimal. Satu-dua-tiga tanjakan curam sanggup kami taklukan meskipun adrenalin semakin terpacu.
Dari sekian keunggulan Honda CRF250 Rally di atas trek non-aspal, kami tetap menemui kesulitan saat berkendara dengan motor jangkung ini. Postur tubuh kami yang tidak lebih dari 175cm beberapa kali terhuyung saat menahan motor dalam keadaan berhenti.
Tinggi jok atau seat height CRF250 Rally ke tanah mencapai 895 mm (89,5 cm), masih lebih jangkung dari rivalnya Kawasaki Versys-X 250 yang hanya 815 mm (81,5 cm). Dengan demikian tinggi CRF250 Rally relatif tinggi untuk postur orang Asia dengan tinggi badan rata-rata di bawah 180 cm. Bobot kering motor yang mencapai 155 kilogram juga cukup merepotkan untuk pengendara.
Jalan Aspal Perkotaan
Menjajal CRF250 Rally di jalanan aspal—kami tidak berekspektasi terlalu tinggi dengan motor ini karena faktor ban, kecuali motor ini jadi pusat perhatian di sepanjang perjalanan Kemang-Sentul. Rasa superioritas mengendarai si bongsor memang tak bisa dipungkiri saat mengendarainya di jalan aspal dengan ramai kendaraan.
Di atas kertas, ban tahu berbeda dengan ban pada umumnya. Tidak semua bidang ban menempel ke aspal dengan kondisi maksimal, membuat daya cengkeram lebih rendah. Saat kali pertama membetot gas dan motor melaju di jalan beraspel. Ada sensasi "bergelombang" terutama pada ban bagian depan. Namun sensasi tersebut perlahan hilang ketika kecepatan terus ditambah.
Tenaga yang dihasilkan mesin pun tersalurkan dengan baik ke ban belakang, terutama putaran bawahnya. Kecuali ketika melewati tikungan. Butuh kepercayaan diri atau tak ragu untuk melibas tikungan dengan CRF250 Rally. Bersama CRF250 Rally di perkotaan dengan kondisi jalanan penuh kendaraan dan kemacetan, panas mesin langsung terasa di paha kiri bagian dalam. Begitu pula di knalpot, penumpang yang dibonceng mengeluh berkali-kali paha kanan bagian bawahnya kepanasan.
Catatan-Catatan CRF250 Rally
Menyoal dimensi motor off-road yang bongsor, dirtbikeplanet sempat mengulas rekomendasi ukuran motor berdasarkan tinggi badan. Pada artikel berjudul “What Dirt Bike Should You Get For Your Height?” orang-orang dengan postur di bawah 182 cm disarankan tidak menunggangi motor dengan tinggi jok mencapai 952 mm. Sementara, untuk Honda CRF250 Rally yang memiliki tinggi jok 895 mm, direkomendasikan untuk pengendara berpostur di atas 178 cm.
Tinggi jok CRF250 Rally memang tidak ramah untuk orang Indonesia. Data yang dihimpun website www.averageheight.co, dikutip dari Telegraph, menunjukkan rata-rata tinggi orang Indonesia hanya 158 cm.
Selain itu, bentuk jok datar kurus pada CRF250 Rally terasa menyiksa saat keperluan untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Bentuk jok seperti itu memang menjadi ciri khas motor off-road, menyesuaikan dimensi bodi ramping demi memudahkan manuver di trek ekstrem. Namun, untuk pemakaian harian desain jok ini perlu dievaluasi. Sang kompetitor Kawasaki Versys-X 250 punya jok lebih lebar.
Tangki bahan bakar juga ikut terdampak oleh desain bodi ramping CRF250 Rally. Kapasitas tangki bahan bakar sangat minim untuk motor 250cc, hanya 10,1 liter. Dengan daya tampung BBM terbatas, akan menyulitkan ketika CRF250 Rally dipacu menempuh perjalanan jarak jauh. Lebih repot lagi jika bahan bakar habis di tengah hutan, jauh dari stasiun pengisian BBM. Sedangkan pesaingnya, punya tangki hingga 17 liter.
Selain itu, perangkat engine cover menyimpan persoalan. Sebagai motor petualang dengan harga Rp 64,995 juta (on the road Jakarta) yang akrab dengan kondisi jalanan ekstrem, penutup mesin CRF250 Rally berbahan plastik jadi tak sebanding. Jalanan berlubang dan bebatuan terjal sangat mudah membuat engine cover koyak.
Pemasangan knalpot di posisi atas memberikan keuntungan sekaligus menjadi kekurangan. Dengan posisi knalpot seperti itu, CRF250 Rally leluasa untuk menembus jalur lumpur maupun sedikit berspekulasi masuk ke aliran sungai tanpa risau mesin mogok. Di lain sisi, knalpot menjadi mudah tersenggol dan membuat kaki penumpang kepanasan. Sebaiknya dipasang penuh penutup knalpot.
Pengendara juga kerap dibuat kepanasan di bagian kaki. Penyebabnya, udara panas dari mesin dialirkan ke arah belakang oleh kipas radiator. Kondisi ini dirasakan pada kondisi jalanan padat. Gejala tersebut tidak terlalu mengganggu saat mulai menjelajah ruang terbuka di perbukitan.
Sebagai motor adventure produk global, CRF250 Rally punya banyak keunggulan yang mampu melibas segala medan. Namun, Astra Honda Motor (AHM) nampaknya perlu melakukan penyesuaian untuk seri keluaran produk motor ini berikutnya.
Editor: Suhendra