Menuju konten utama

Contoh Kumpulan Puisi 17 Agustus untuk HUT RI ke-78 Tahun 2023

Contoh puisi untuk menyemarakkan peringatan HUT RI ke-78 pada 2023.

Contoh Kumpulan Puisi 17 Agustus untuk HUT RI ke-78 Tahun 2023
Sejumlah warga memasang hiasan berbahan gelas plastik bekas di ruas jalan Desa Meranti, Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (12/9/2019). Antaranews/Adiwinata Solihin)

tirto.id - Contoh kumpulan puisi 17 Agustus bertema kemerdekaan berikut cocok digunakan untuk menyemarakkan perayaan Hari Ulang Tahun atau HUT RI ke-78 tahun 2023 dengan kata-kata puitis yang penuh makna.

Menjelang perayaan HUT RI ke-78 tahun 2023 ini, seluruh masyarakat tengah mempersiapkan diri untuk memeriahkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati setiap 17 Agustus.

Banyak kegiatan yang biasa diadakan masyarakat dalam rangka menyemarakkan Hari Proklamasi Kemerdekaan seperti mengadakan berbagai perlombaan hingga menggelorakan semangat gotong royong untuk sebuah kemajuan bersama sejalan dengan tema HUT RI.

Kementerian Sekretariat Negara sendiri telah merilis logo resmi HUT RI ke-78 lengkap dengan tema yang diusung untuk tahun ini yakni “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”.

Tema yang diusung kali ini secara tidak langsung mengajak seluruh elemen bangsa agar bergerak harmoni bersama demi sebuah pembangunan dan kemajuan.

Untuk semakin menggelorakan semangat kemerdekaan, masyarakat juga biasanya menuangkannya lewat bait-bait puisi bertema kemerdekaan. Puisi dinilai dapat menjadi media yang sederhana dalam menyampaikan pesan yang penuh makna.

Puisi kemerdekaan juga dapat menjadi pengingat sekaligus pemicu semangat bagi masyarakat agar semakin mencintai Tanah Air seperti yang dilakukan Ir. Soekarno saat membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 silam.

Puisi kemerdekaan juga biasanya dapat berisi tentang ajakan hingga pengingat terhadap jasa para pahlawan yang senantiasa memperjuangkan kemerdekaan sekaligus membawa perubahan bagi kehidupan bangsa.

Sebagai pelengkap, berikut contoh kumpulan puisi 17 Agustus untuk HUT RI ke-78 tahun 2023 yang dapat digunakan untuk memeriahkan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.

Kumpulan Puisi 17 Agustus untuk HUT RI ke-78 Tahun 2023

Puisi “GUGUR”

Karya W.S. Rendra

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya.

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya.

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya.

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

lima pemuda mengangkatnya

di antaranya anaknya

Ia menolak

dan tetap merangkak

menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya.

Belum lagi selusin tindak

maut pun menghadangnya.

Ketika anaknya memegang tangannya

ia berkata :

“Yang berasal dari tanah

kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah

tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah

Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita

dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.

Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.

Ia adalah bumi waris yang sekarang.

Ia adalah bumi waris yang akan datang.

Hari pun berangkat malam

Bumi berpeluh dan terbakar

Kerna api menyala di kota Ambarawa.

Orang tua itu kembali berkata:

“Lihatlah, hari telah fajar!

Wahai bumi yang indah,

kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu

seorang cucuku

akan menancapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

“Alangkah gembur tanah di sini!

Hari pun lengkap malam

ketika ia menutup matanya

Diponegoro

Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Padang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang.

Hari Kemerdekaan

Karya: Sapardi Djoko Damono

Akhirnya tak terlawan olehku

tumpah dimataku, dimata sahabat-sahabatku

ke hati kita semua

bendera-bendera dan bendera-bendera

bendera kebangsaanku

aku menyerah kepada kebanggan lembut

tergenggam satu hal dan kukenal

Tanah dimana kuberpijak berderak

awan bertebaran saling memburu

angin meniupkan kehangatan bertanah air

semat getir yang menikam berkali

makin samar

mencapai puncak kepecahnya bunga api

pecahnya kehidupan kegirangan

Menjelang subuh aku sendiri

jauh dari tumpahan keriangan dilembah

memandangi tepian laut

tetapi aku menggengam yang lebih berharga

dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku

makin bercahaya makin bercahaya

dan fajar mulai kemerahan

Persetujuan dengan Bung Karno

Karya: Chairil Anwar

Ayo Bung Karno kasih tangan,

Mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu,

dipanggang di atas apimu, digarami oleh lautmu

Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno, Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh.

Di bawah Kibaran Merah Putih

Karya M. Taufiq Affandi

Aku tersimpuh

di bawah kibaran merah putih

bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak

melekuk, meliuk, menggelora

Aku tersimpuh

di bawah naungan merah putih

yang enggan turun, enggan layu

setelah lama badai menghujamnya

Mencari pijakan, aku harus bangkit

menepis debu yang menggelayutiku

menebalkan lagi tapak kakiku

ini waktuku berdiri!

Tak lagi aku lengah, takkan

ini tanah bukan tanah tanpa darah

ia terhampar bukan tanpa tangis

terserak cecer tiap partikel mesiu di sana

Jika pada patahan waktu yang lalu

aku bersembunyi, berkarung

pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin

aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok

Aku terhuyung

memegang erat tiang merah putih

aku memanjat asa, memupuk tekad

Indonesia, pegang genggam beraniku!

Genggam… genggam erat

akan kusongsong duri, kutapak tebing

perjuangan ini belum pudar

aku akan mengawalmu, merah putihku!

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra