tirto.id - Kultum tentang gerhana bulan dapat disampaikan pada beragam kesempatan, salah satunya setelah shalat berjamaah. Kultum ini dapat menjelaskan bahwa fenomena gerhana bulan bukan sekadar peristiwa alam biasa, melainkan tanda kebesaran Allah SWT yang patut direnungkan.
Kultum (kuliah tujuh menit) merupakan bentuk ceramah yang disampaikan dalam waktu singkat. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, inspirasi, atau nasihat dengan cara yang padat dan mudah dipahami oleh pendengar.
Kultum sering kali dibawakan saat acara-acara keagamaan seperti Ramadan, pengajian, atau setelah salat berjamaah. Topiknya pun bisa sangat beragam, salah satunya kultum tentang gerhana bulan.
Gerhana bulan adalah peristiwa ketika bumi berada di antara matahari dan bulan. Hal ini membuat sinar matahari yang seharusnya menerangi bulan justru terhalang oleh bayangan bumi.
Akibatnya, bulan yang biasanya terlihat terang akan tampak gelap, bahkan kadang berwarna kemerahan. Fenomena ini hanya terjadi saat bulan purnama dan bisa dilihat dengan mata telanjang tanpa alat khusus.
Gerhana bulan termasuk fenomena alam yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Sementara dalam Islam, gerhana bulan dipandang sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah SWT.
Peristiwa ini menjadi momen bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah, mulai dari berdoa, zikir, istighfar, hingga melaksanakan salat khusuf sebagai bentuk ketundukan.
Gerhana bulan mengingatkan manusia bahwa segala yang ada di alam semesta berada dalam genggaman Allah. Fenomena ini seharusnya menumbuhkan rasa kagum sekaligus dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Contoh Teks Kultum Singkat tentang Gerhana Bulan

Gerhana bulan merupakan peristiwa yang menakjubkan dan sarat akan makna. Gerhana bulan adalah tanda kekuasaan Sang Pencipta yang mengatur alam semesta dengan begitu sempurna.
Kultum tentang gerhana bulan bisa menjadi sarana untuk mengingatkan umat Islam akan tanda kebesaran Allah SWT tersebut. Berikut contoh kultum singkat gerhana bulan yang bisa dijadikan referensi:
1. Contoh Kultum tentang Gerhana Bulan sebagai Tanda Kebesar Allah SWT
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhAlhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya dengan begitu sempurna. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Malam ini kita berkesempatan menyaksikan fenomena alam yang cukup langka, yaitu gerhana bulan. Bagi sebagian orang, gerhana bulan mungkin dianggap sekadar peristiwa astronomi biasa.
Bagi kita sebagai umat Islam, gerhana adalah tanda kebesaran Allah SWT, sebuah pengingat agar kita semakin tunduk kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS. Fussilat: 37).
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh isi alam semesta, termasuk terjadinya gerhana, semuanya berada di bawah kekuasaan Allah SWT. Bukan karena hal-hal mistis, bukan pula karena meninggalnya seseorang sebagaimana dulu pernah diyakini masyarakat di zaman jahiliyah.
Hadirin sekalian,
Di zaman Nabi, peristiwa gerhana pernah terjadi beberapa kali, salah satunya adalah gerhana matahari yang terjadi bertepatan dengan meninggalnya putra Rasulullah SAW, yaitu Ibrahim bin Muhammad.
Saat itu, orang-orang mengira bahwa gerhana itu terjadi karena wafatnya putra Nabi. Namun, Rasulullah SAW dengan tegas meluruskan keyakinan tersebut. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat, dan bersedekahlah." (HR. Bukhari).
Hadis ini memberikan pelajaran berharga bahwa gerhana, termasuk gerhana bulan, bukanlah pertanda terjadinya musibah, melainkan tanda kekuasaan Allah yang seharusnya membuat kita semakin ingat kepada-Nya.
Maka ketika gerhana terjadi, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk melaksanakan salat gerhana, memperbanyak doa, zikir, istighfar, serta memperbanyak amal kebajikan lainnya.
Hadirin yang berbahagia,
Fenomena gerhana bulan menyiratkan bahwa betapa kecil dan terbatasnya manusia di hadapan alam semesta ciptaan Allah. Bayangkan, benda langit yang begitu besar, seperti bumi, bulan, dan matahari, semuanya tunduk pada hukum Allah dan bergerak sesuai takdir-Nya.
Jika benda langit saja tunduk kepada Allah, bagaimana mungkin kita sebagai manusia yang lemah ini justru lalai dari ketaatan?
Marilah kita jadikan peristiwa gerhana bulan ini sebagai momentum untuk mempertebal iman, memperbanyak amal kebaikan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jangan sampai kita hanya terpukau pada keindahan fenomena alamnya, tapi lupa pada pesan spiritual di baliknya. Mari kita perbanyak istighfar, doa, dan amal saleh, agar kita senantiasa termasuk hamba yang diridai-Nya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Contoh Kultum tentang Gerhana Bulan dan Amalannya
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengatur peredaran matahari dan bulan dengan penuh kesempurnaan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat beliau yang istiqamah di jalan Islam hingga hari akhir.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Malam ini kita menyaksikan gerhana bulan yang menjadi salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Peristiwa ini menunjukkan betapa agungnya kekuasaan Allah dalam mengatur jagat raya sekaligus mengingatkan kita betapa kecilnya manusia di alam yang luas ini.
Tak bisa dipungkiri bahwa fenomena gerhana sering dikaitkan dengan berbagai mitos atau hal-hal buruk. Bahkan, terdapat tradisi memukul lesung, kentongan, atau membuat bunyi-bunyian saat terjadi gerhana dengan tujuan mengusir “kekuatan jahat”.
Hal serupa juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, tepatnya ketika putranya yang bernama Ibrahim meninggal saat terjadi gerhana matahari. Hal itu membuat masyarakat percaya bahwa gerhana terjadi akibat meninggalnya Ibrahim bin Muhammad.
Rasulullah SAW pun langsung membantah kepercayaan tersebut. Beliau menegaskan bahwa alam semesta dan gerhana adalah tanda kebesaran Allah, bukan terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada umatnya untuk memperbanyak ibadah. Lalu, amalan apa saja yang harus dilakukan saat terjadi gerhana bulan?
Pertama, melaksanakan shalat gerhana atau salat khusuf. Shalat ini dapat dilakukan dua rakaat dengan masing-masing rakaat memiliki dua kali rukuk. Amalan ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi:
"Dari Aisyah RA, Nabi SAW menjahrkan bacaannya dalam shalat khusuf, beliau shalat dua rakaat dengan empat rukuk dan sujud.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua adalah memperbanyak zikir, istighfar, dan berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT. Ketiga, dianjurkan untuk bersedekah dalam bentuk apa pun dan tentunya sesuai dengan kemampuan. Jangan lupa pula berbuat kebajikan lain yang disukai oleh Allah SWT.
Hadirin yang berbahagia,
Peristiwa gerhana hendaknya menjadi pengingat bahwa hidup di dunia ini sangat singkat dan kita tidak boleh lalai dari ibadah. Mari kita jadikan fenomena gerhana bulan ini sebagai momen untuk merenungi kebesaran Allah.
Gerhana bukan sekadar keunikan alam, melainkan panggilan untuk kita menyadari betapa kecilnya kita di hadapan-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu bersyukur dan senantiasa beribadah kepada-Nya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian contoh teks kultum tentang gerhana bulan yang bisa dijadikan referensi. Semoga dengan adanya kultum ini, kita semua dapat mengambil pelajaran berharga bahwa setiap fenomena alam, termasuk gerhana bulan, adalah tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Temukan informasi lebih lengkap tentang gerhana bulan, baik itu penjelasan secara ilmiah, pandangan Islam, hingga tata cara shalat gerhana melalui tautan di bawah ini:
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































