tirto.id - Festival film tahunan Europe on Screen (EoS) resmi mengakhiri perhelatan edisi ke-25 pada Minggu, 22 Juni 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Mengusung semangat pertukaran budaya antara Eropa dan Indonesia, EoS 2025 menghadirkan 55 film dari 27 negara Eropa yang diputar secara serentak di tujuh kota: Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan, Surabaya, Sidoarjo, dan Yogyakarta.
Edisi tahun ini menampilkan ragam sinema khas Eropa yang reflektif, humanis, dan menggugah pemikiran, sekaligus tetap ramah dan menghibur bagi publik luas.
Acara penutupan dihadiri oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Denis Chaibi, Duta Besar Italia untuk Indonesia Roberto Colaminè, serta Ko-Direktur Festival EoS 2025 Meninaputri Wismurti dan Nauval Yazid. Dalam sambutannya, para pembicara menyampaikan refleksi atas perjalanan festival yang tahun ini menandai dua setengah dekade kontribusi budaya EoS di Indonesia.
“Europe on Screen telah menjadi ajang budaya unggulan Uni Eropa di Indonesia, yang menawarkan kepada para penonton jendela untuk melihat kekayaan dan keragaman budaya serta perspektif Eropa. Festival ini tidak hanya berfokus pada narasi besar, tetapi juga isu sosial dan nilai-nilai fundamental yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyampaikan kisah-kisah individual yang sederhana tetapi menyentuh dan bermakna, itulah yang membuat sinema Eropa berbeda dan sangat relevan,” ungkap Denis.
Film yang dipilih sebagai penutup festival adalah The Boy with Pink Pants (Il Ragazzo dai Pantaloni Rosa) karya Margherita Ferri, sebuah drama dari Italia yang terinspirasi dari kisah nyata remaja Andrea Spezzacatena. Film ini menyentuh isu perundungan dan identitas, dan tercatat sebagai salah satu film terlaris di Italia pada 2024. Karya ini juga masuk dalam Official Selection di Tallinn Black Nights Film Festival 2024 serta meraih nominasi Best Adapted Screenplay di David di Donatello Awards 2025.
“Terpilihnya film The Boy with Pink Pants sebagai penutup adalah sebuah kehormatan bagi kami,” ujar Colaminè.“Kami berharap film ini membuka ruang refleksi dan memperluas pemahaman tentang pentingnya empati dan penerimaan terhadap keberagaman.”
Penutupan EoS 2025 juga menjadi panggung apresiasi bagi para sineas muda Indonesia melalui pengumuman pemenang Short Film Pitching Project (SFPP). Program ini bertujuan mendukung pengembangan ide film pendek dan memberikan ruang ekspresi kreatif untuk generasi baru perfilman Indonesia.
Para dewan juri untuk SFPP adalah:
● Damar Ardi, produser film Aum! (2021), Romantik Problematik (2022), Susuk: Kutukan Kecantikan (2023), dan Pernikahan Arwah (2025);
● Ibu Marlina Machfud, Pamong Budaya Perfilman dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia; dan
● Ibu Sammaria Sari Simanjuntak, sutradara film Cin(T)a (2009), Demi Ucok (2012) and Tulang Belulang Tulang (2024).
“Saya senang bisa terlibat dalam proses penjurian 10 finalis SFPP EoS 2025 karena banyak finalis yang berasal dari luar ibukota, dimana mereka mempresentasikan ide cerita yang segar dan berani, serta mengangkat isu-isu sosial untuk film pendek mereka. Ini membuktikan bahwa industri perfilman kita semakin berkembang dan tidak hanya berpusat di Jakarta,” ujar Sammaria.
Tahun ini, kompetisi SFPP mendapat respons luar biasa dengan 367 proposal masuk—meningkat 86% dari tahun sebelumnya. Sekitar 30% di antaranya berasal dari luar Indonesia, menandakan meningkatnya daya tarik program ini secara internasional.
Tiga pemenang SFPP 2025 yang diumumkan adalah:
Juara Pertama
Sang Penjaga (Echoes of The Universe) karya Sesarini dan Lyza Anggraheni (Yogyakarta)Total Hadiah: Rp64 juta
Termasuk dana produksi dari EoS, Kementerian Kebudayaan RI, SAE Indonesia, fasilitas pascaproduksi, pelatihan video editing dan penulisan skenario, serta voucher menginap dan merchandise.
Juara Kedua
Pool Party karya Aisyah Aulia dan Adrian Fauzi (Sumedang)Total Hadiah: Rp40 juta
Dengan kombinasi dana produksi, pelatihan, akomodasi hotel, dan paket kenangan.
Juara Ketiga
In The Name of Me karya Teresa Katarina dan Jonathan Gradiyan (Jakarta)Total Hadiah: Rp30 juta
Disertai dukungan produksi, kursus penulisan skenario, akomodasi hotel, dan hadiah kenangan.
Special Recommendation
Waktu Indonesia Bagian Pasifik karya Dicky Karunia Abdi dan M. Ilham Mustain Murda (Jayapura)Ketiga film pemenang mendapat pujian dari dewan juri. Mereka menilai bahwa karya-karya yang dipresentasikan tidak hanya memiliki narasi kuat, tetapi juga menawarkan pendekatan visual dan pesan sosial yang orisinal dan menyentuh.
Meninaputri Wismurti, Ko-Direktur EoS 2025, mengatakan, “Short Film Pitching Project EoS merupakan medium inklusif nan kreatif untuk ekspresi keberagaman bagi pembuat film Indonesia, sekaligus menjadi wadah bertukar pengetahuan antara industri film Eropa dan Indonesia. Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2018, program SFPP di EoS sudah melahirkan 20 film pendek dalam 7 angkatan. Kami berharap program ini bisa terus didukung baik oleh penonton, media dan mitra festival kami.”
Nauval Yazid, Ko-Direktur EoS 2025, menambahkan, “Film-film pendek pemenang program SFPP ini telah diputar di berbagai festival film di Indonesia dan mancanegara. Ini berarti kami harus meningkatkan dan menjaga kualitas ide cerita yang masuk dan film-film pendek yang dibuat dalam program ini. Film-film pemenang SFPP terbukti mampu menarik perhatian dan apresiasi publik. Kami ingin memastikan program ini terus berlanjut sebagai bagian dari komitmen EoS untuk membangun ekosistem sinema yang berkelanjutan.”
EoS 2025 lebih dari sekedar festival film–ini adalah platform publik yang merayakan kekuatan sinema sebagai medium berbagi pengalaman hidup, menjalin empati lintas budaya, dan mengangkat kisah-kisah yang layak untuk dilihat dan didengar.
Editor: Siaran Pers
Masuk tirto.id


































