Menuju konten utama

Ciri Khas Batik Jogja dari Segi Warna, Motif, dan Maknanya

Berikut adalah ciri khas batik Jogja dari segi warna, motif, hingga makna simbol-simbolnya.

Ciri Khas Batik Jogja dari Segi Warna, Motif, dan Maknanya
Pengunjung melihat koleksi kain batik saat pameran bertajuk “Adisastra Narawita” di Taman Pintar, Yogyakarta, Jumat (28/10/2022). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah/wsj.

tirto.id - Ciri khas batik Yogyakarta bisa diidentifikasi dari berbagai aspek. Dari segi warna dasar misalnya, hitam dan putih sering kali digunakan di batik Jogja.

Sebagian besar motif batik Jogja juga menggambarkan pola geometris tertentu yang mengandung makna mendalam. Motif-motif batik Jogja pun berfungsi dikenakan di beberapa acara khusus.

Teguh Prayitno melalui karyanya, Mengenal Produk Nasional Batik dan Tenun (2020) menerangkan perkembangan batik Jogja tidak terlepas dari pengaruh Keraton Kesultanan Yogyakarta.

Karena itu, motif batik Jogya pun secara umum mencerminkan visi Kesultanan Yogya yang hendak mendorong harmoni di kehidupan masyarakat.

Menurut Teguh, hal itu bisa dilihat salah satunya dari gambaran umum motif batik Jogja yang tidak menyisakan ruang kosong sebagai gambaran ikatan kuat masyarakat di Yogyakarta.

Ciri Khas Batik Jogja di Warna, Motif, dan Maknanya

Setidaknya terdapat 3 aspek yang dapat menunjukkan ciri khas batik Jogja. Ketiganya adalah jenis warna, pemilihan warna, dan motif.

Dalam hal warna, ada beberapa keunikan dari batik Jogja. Warna dasaran atau latar belakang batik gaya Yogya umumnya adalah putih atau hitam (biru kehitaman).

Lantas, dalam pewarnaan, batik Jogja didominasi oleh cokelat (soga) yang melambangkan tanah, putih bersih (pethak) yang menjadi simbol kesucian, biru tua (wedel) yang memberi ketenangan, serta hitam (cenderung biru pekat kehitaman) yang mencerminkan kekuatan dan kemewahan.

Secara keseluruhan, kelir khas batik Jogja cenderung mengarah pada warna-warna tanah. Pilihan warna tadi dipengaruhi oleh kondisi geografis Yogyakarta dan masyarakatnya yang sejak berabad-abad silam mempunyai hubungan erat dengan pertanian di tanah subur.

Selanjutnya, pemilihan warna batik Jogja kerap terkait dengan makna filosofis tertentu. Misalnya, warna coklat dipilih sebagai simbol tanah lempung subur, yang bisa menggambarkan kebahagiaan, kesederhanaan, sekaligus kerendahan hati dan keterikatan dengan alam.

Contoh lainnya, warna biru yang diyakini dapat memberikan rasa ketenangan, merupakan simbol dari sikap kepercayaan, kelembutan, keikhlasan, dan kesetiaan.

Demikian pula putih yang dianggap melambangkan kesucian, ketenteraman hati, keberanian, serta sinar kehidupan. Adapun kelir hitam atau gelap mencerminkan kekuatan, kemisteriusan, sekaligus keanggunan dan kemewahan.

Karakteristik khas batik Jogja yang selanjutnya dari segi motif yang memuat makna filosofis dalam budaya masyarakat Jawa di Yogyakarta.

Jika dikategorisasikan, motif batik Jogja bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yakni geometris dan non-geometris. Dua jenis motif batik Jogja tadi memiliki banyak variasi, bahkan hingga ratusan varian turunan.

Salah satu contoh motif geometris batik Jogja adalah yang terdiri dari pola-pola simetris berbentuk lingkaran, kotak, bintang, dan garis-garis miring. Pola ini sering kali disebut sebagai batik ceplok.

Ada banyak varian turunan dari pola tersebut, seperti motif kawung. Motif ini terinspirasi dari buah aren (kolang-kaling) yang menyimbolkan makna kesempurnaan, kesucian, serta kemurnian.

Kawung juga menjadi wujud harapan agar menjadi manusia berguna, layaknya pohon aren yang semua bagiannya bermanfaan (mulai dari akar, batang, ijuk, nira, hingga buah buah).

Mengutip kajian A. Rosanto dalam Jurnal Brikolase, motif batik kawung termasuk dalam jenis motif tua (kuno) yang mempunyai kriteria batik ceplok. Kawung pun termasuk salah satu dari tujuh jenis batik larangan (hanya digunakan oleh para raja, bangsawan istana, dan abdi dalem).

Kawung termasuk motif batik Jogja dengan banyak varian turunannya. Adi Kusrianto di buku Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya (2021) mencatat, pada awal abad 20 saja, sudah terdapat 45 turunan motif batik Kawung.

Bentuk geometris yang lain terdapat di motif parang yang membentuk pola mirip huruf S dengan kemiringan diagonal 45 derajat. Ada pula motif lereng yang mempunyai pola serupa dengan motif parang, tetapi tanpa ornamen pemisah (mlinjon).

Di kategori non-geometris, batik Jogja memiliki motif semen (berasal dari kata semi). Motif semen melambangkan pertumbuhan dan perkembangan.

Pola motif semen ini sering kali menggambarkan bentuk tanah, gunung, serta flora dan fauna. Ada pula motif lung-lungan yang terinspirasi dari sulur-sulur pohon yang merambat.

Varian non-geometris lainnya ialah motif boketan yang menggambarkan bentuk pohon utuh mulai dari batang, daun, ranting, bunga, hingga hewan-hewan di sekitarnya.

Ciri khas batik Jogja juga dapat dilihat dari seret-nya atau bagian putih di pinggir kain. Seret batik khas Yogya memiliki keunikan karena berwarna putih terang.

Menukil ulasan Pandansari Kusumo dkk. dalam Jurnal Seni Kriya: Corak (2013), berikut beberapa contoh motif khas batik Jogja dan makna simboliknya:

1. Motif Geometris

  • Motif Parang Rusak: simbol air dan api yang merupakan elemen hidup manusia.
  • Motif Grompol: simbol harapan agar Tuhan melimpahkan rahmat dan anugerahnya.
  • Motif Kawung: Simbol harapan agar menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat.
  • Motif Truntum: Simbol harapan agar selalu harmonis dalam berkeluarga.
  • Motif Cakar Ayam: simbol harapan agar si pemakai pandai mencari rejeki.
  • Motif Slobok: Simbol harapan agar diberi kemudahan dalam meraih cita-cita.
  • Motif Tambal: Simbol harapan kebahagiaan lahir batin bagi si pemakai.

2. Motif Non-geometris

  • Motif Semen Sidaluhur: Simbol harapan agar hidup bahagia, berbudi luhur, dan tabah.
  • Motif Semen Sida Mukti: Simbol harapan hidup bahagia, sejahtera, berkedudukan tinggi.
  • Motif Semen Huk: Simbol harapan jadi pemimpin berbudi luhur dan menyejahterakan rakyat.
  • Motif Sida Asih: Simbol harapan hidup bahagia dalam berkeluarga serta dicintai masyarakat.

Baca juga artikel terkait BATIK atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Addi M Idhom