tirto.id - Apa saja ciri-ciri kehidupan masyarakat praaksara masa berburu dan mengumpulkan makanan?
Kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu termasuk bagian dari zaman pra-sejarah. Di masa itu, manusia belum mengenal tulisan. Mereka yang berada di zaman pra-aksara itu dikenal sebagai manusia purba.
Satu-satunya cara menengok kehidupan di masa itu adalah dengan melihat peninggalan mereka berupa fosil, alat-alat kehidupan, fosil tumbuhan maupun hewan, dan lainnya, seperti dikutip dari buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia (2017) yang diterbitkan Kemendikbud.
Sistem sosial, budaya, dan ekonomi manusia pada masa berburu dan meramu amat sederhana, serta sesuai dengan kebutuhan mereka di masa itu yang belum kompleks.
Pada masa berburu dan meramu, manusia menggunakan tradisi lisan yang menjadi fondasi untuk kehidupan zaman sekarang. Keterampilan dan alat-alat yang digunakan pada masa itu juga masih dalam proses perkembangan dan penyempurnaan.
Sebagai misal, awalnya mereka membuat kapak genggam, yang di masa berikutnya berkembang menjadi kapak lonjong yang lebih fleksibel dan efektif digunakan.
Kehidupan awal sejarah manusia atau zaman praaksara mempengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan masa kini seperti aspek kepercayaan, sosial, budaya, dan teknologi.
Zaman praaksara dikenal sebagai masa di mana manusia belum mengenal tulisan. Zaman tersebut terjadi pada kurun 3,3 juta tahun yang lalu saat manusia purba jenis Hominini mulai memanfaatkan perkakas dari batu.
Dikutip dari bukuSejarah Indonesia: Rekam Jejak Peradaban Indonesia (2017:3), cara mengenal kehidupan praaksara adalah dengan mempelajari sumber-sumber peninggalannya berupa fosil manusia purba, alat-alat kehidupan, fosil tumbuhan, dan fosil hewan yang hidup sezaman.
Manusia pada masa awal sejarah melewati beberapa corak kehidupan seperti masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Manusia purba pada masa berburu dan meramu belum memiliki kebudayaan yang begitu kompleks. Mereka cenderung menggunakan tradisi lisan yang terus berkembang menjadi kebudayaan manusia masa kini.
Manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mulai menetap dan hidup lebih teratur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tradisi tersebut juga terus mengalami perkembangan dan menjadi kebudayaan manusia masa kini.
Kehidupan manusia pada masa perundagian sudah lebih sejahtera lantaran banyaknya kebutuhan yang tercukupi. Selain itu, kehidupan sosial semakin kompleks dan muncul desa-desa serta mulai mengenal tata kehidupan dengan adanya sistem pemimpin yang membentuk keteraturan. Masa perundagian lebih mendekatkan kepada corak kebudayaan manusia modern.
Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu
Ciri-ciri kehidupan di masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan ini terdiri dari ciri kepercayaan, ciri sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan sebagainya.
Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari buku Sejarah (2020) yang ditulis Irma Samrotul Fuadah.
A. Ciri Kepercayaan
Ciri utama kepercayaan manusia masa berburu dan meramu ada;ah masih meyakini kemampuan mistis dari benda-benda dan alam yang dianggap memiliki kekuatan supranatural. Kepercayaan yang dianut masyarakat berburu meramu terdiri dari keyakinan animisme, dinamisme, dan totemisme
1. Animisme
Kepercayaan animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda memiliki roh atau jiwa, seperti pohon, batu, gunung, dan lain sebagainya.
2. Dinamisme
Kepercayaan dinamisme meyakini bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya usaha manusia.
Orang-orang di masa berburu dan meramu percaya bahwa kekuatan itu dapat menolong dan membantu mereka. Kekuatan itu bersemayam pada benda-benda magis seperti keris, jimat, pohon besar, dan lain sebagainya.
Untuk meraih kekuatan dan pertolongan dari benda-benda itu, lumrahnya, mereka menghaturkan sesaji atau ritus tertentu pada benda-benda tersebut.
3. Totemisme
Orang yang berpaham totemisme meyakini bahwa ada hewan tertentu yang dianggap sakral dan berkekuatan magis. Hewan yang dianggap suci itu misalnya adalah sapi, ular, dan lain sebagainya.
B. Ciri Sosial
Ciri utama kehidupan sosial masyarakat masa berburu dan meramu adalah dengan berkelompok dalam lingkup kecil sekitar 10-15 orang. Setiap kelompok kecil itu memiliki pemimpin yang ditaati oleh anggotanya.
Hidup mereka masih nomaden, berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memperoleh sumber daya, guna memenuhi kebutuhan akan makanan dan tempat tinggal. Adapu sejumlah ciri sosial lainnya dari masyarakat berburu meramu adalah sebagai berikut.
1. Tidak bisa bercocok tanam
Manusia di masa berburu dan meramu belum bisa bercocok tanam, mereka hanya mengandalkan keterampilan berburu dan mengumpulkan makanan.
2. Hidup dengan cara nomaden dalam kelompok kecil
Dengan cara nomaden, mereka mengumpulkan makanan dari sumber alam langsung, seperti buah-buah liar, ikan, kerang, dan sebagainya.
Bila sumber makanan habis, mereka akan berpindah ke tempat baru yang menawarkan sumber alam lainnya.
3. Tidak ada pembagian kerja dan stratifikasi sosial
Sistem sosial pada masa berburu dan meramu masih sangat sederhana. Tidak ada batasan antara pemimpin dan pekerja. Cara bersosialisasinya amat fleksibel, cair, dan tidak bersekat.
Berbeda halnya ketika manusia sudah menetap, mereka hidup di pemukiman tertentu dan ada stratifikasi sosial antara kalangan atas dan kalangan bawah, kelompok pekerja, ahli tertentu, masyarakat awam, dan sebagainya.
4. Alat kerja sehari-hari adalah batu besar dan kasar
Alat yang digunakan adalah batu besar dan kasar, seperti yang ditemukan dalam peninggalan manusia masa berburu dan meramu, yaitu kapak batu, kapak penetak, dan sebagainya.
Salah satu alat di masa berburu dan meramu adalah kapak genggam. Bentuknya kasar dan primitif, serta cocok di tangan.
Berbeda halnya dengan kapak lonjong dari zaman cocok tanam di masa Neolithikum yang lebih maju. Bentuk kapak lonjong lebih halus dan dapat diikat di batang kayu sehingga lebih efektif digunakan.
C. Ciri Budaya
Ciri budaya masyarakat berburu dan meramu bisa dilihat dari cara mereka memenuhi kebutuhan pokoknya untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan berkelompok. Berikut ciri-ciri budaya di masyarakat berburu dan meramu.
1. Peralatan sangat sederhana
Peralatan yang digunakan manusia di masa berburu dan meramu sangat sederhana. Awalnya mereka membuat rakit, namun lambat-laun mereka membuat perahu.
2. Belum mengenal ragam teknik memasak
Manusia di masa berburu dan meramu belum mengenal ragam teknik memasak. Masyarakat pada masa berburu dan meramu biasa mengonsumsi makanan secara mentah atau dibakar saja.
3. Perhiasan sangat primitif
Manusia di masa berburu dan meramu sudah mengenal perhiasan, kendati sangat primitif, yaitu merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4. Alat-alat langsung dari alam
Untuk membantu penghidupan, mereka membuat alat-alat dari alam, seperti batu, tulang, kayu, dan sebagainya. Sebagai misal, peninggalan alat-alat dari masa berburu dan meramu ialah kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan alat-alat dari tulang.
5. Tinggal di gua-gua
Masyarakat berburu dan meramu lebih memilih tinggal di gua-gua untuk berlindung dari hempasan alam. Mereka belum bisa membuat rumah. Selain itu, mereka sering kali tinggal berpidah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
D. Ciri Ekonomi
Manusia di masa berburu dan meramu menggunakan sistem ekonomi yang amat sederhana, yaitu dengan cara barter. Artinya, mereka melakukan tukar-menukar barang untuk memperoleh barang yang berbeda.
Untuk memperoleh sumber daya tertentu, mereka akan saling bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup dengan bergantung dari alam. Jika sumber daya di suatu wilayah habis, mereka pindah ke lokasi lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
E. Ciri Teknologi
Ciri teknologi manusia di masa berburu dan meramu sangatlah sederhana. Peninggalannya adalah batu-batu yang diruncingkan sebagai senjata berburu.
Selain itu, sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengembangkan teknologi baru dengan memakai teknik yang sangat rendah, seperti teknik tangan, teknik pukulan, teknik goresan, roda berputar, serta teknik tatap batu.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani