tirto.id - Zaman pra-sejarah di Indonesia sampai saat ini masih menyimpan banyak misteri yang patut untuk ditelusuri lebih jauh. Hal ini dilakukan agar semakin banyak pengetahuan baru yang muncul, sehingga memberi khazanah keilmuan yang luas bagi para penikmat sejarah.
Dalam pembelajaran sejarah, kronologi (waktu) menjadi hal penting, sehingga diperlukan periodesasi untuk mengulas zaman pra-sejarah di Indonesia.
Sudrajat dalam Diktat Kuliah Prasejarah Indonesia (2012) yang mengutip pendapat R. Soekmono, menjelaskan terdapat dua periode waktu pada masa pra-sejarah yaitu zaman batu dan zaman logam.
Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum
Dikutip dari Tsabit Azinar Ahmad dalam Jurnal Paramita (Volume 20, 2010), Zaman batu tengah ditandai dengan digunakannya alat yang telah diupam, sudah dikenal konsep tempat tinggal, pengolahan makanan, timbulnya struktur sosial dalam masyarakat, kondisi lingkungan yang stabil, serta kemunculan Homo Sapiens.
Konsep tempat tinggal yang ada pada masa ini, dapat diketahui dari penemuan Kjokkenmondinger di tepi pantai daerah Bintan atau tinggal di dalam gua dan ceruk-ceruk batu padas.
Pengolahan makanan yang dilakukan oleh manusia pada zaman mesolitikum sudah lebih maju dari sebelumnya, dimana mereka sudah mengenal sistem bercocok tanam.
Amurwani Dwi, dkk dalam Sejarah Indonesia Kelas X (2014), menuliskan kegiatan bercocok tanam dilakukan setelah mereka memiliki tempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara.
Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram air hujan. Hal tersebut yang mendorong mereka untuk bercocok tanam sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup.
Struktur masyarakatnya mulai teratur. Sehingga mereka melakukan pembagian pekerjaan dimana kaum laki-laki berburu, sedangkan kaum wanita mengurusi anak dan membuat kerajinan berupa anyaman dan keranjang.
Koentjoroningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi (1990), menyebutkan bahwa pada zaman mesolitikum sistem religi dan kesenian sudah ditemukan. Masyarakat zaman itu juga mengenal sistem sedekah laut sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang.
Sudrajat menambahkan, berkaitan dengan kesenian salah satu bukti yaitu ditemukannya lukisan tapak tangan berwarna merah dan gambar babi hutan di sebuah goa yang berada di Maros, Sulawesi Selatan.
Peninggalan Zaman Mesolitikum
Berdasarkan ciri-ciri yang telah terdapat dalam pembahasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa zaman mesolitikum memiliki peninggalan kebudayaan. Mengutip kembali dari Amurwani Dwi, dkk zaman mesolitikum memiliki peninggalan berupa Kjokkenmondinger (tempat tinggal), Kapak Genggam atau Kapak Sumatera.
Selain itu, ditemukan juga kapak pendek atau sejenis batu pipisan (batu alat penggiling). Di Jawa alat tersebut biasanya digunakan untuk menumbuk atau menghaluskan jamu. Kemudian, ditemukan juga alat serpih dan alat tulang. Van Stein Callenfels menyebut alat tulang dengan sebutan Sampung Bone Culture.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Dipna Videlia Putsanra