tirto.id - Pekan lalu, Pantai Bondi di Sydney dipenuhi orang yang berpose di instalasi seni telanjang untuk sebuah badan amal. Entah bagaimana korelasinya, fotografer Spencer Tunick yang memiliki ide ini lalu memutuskan berkampanye dengan gimik kesadaran tentang kanker kulit.
Padahal jika ditelaah, kampanye telanjang ini justru kontradiktif dengan anjuran mencegah kanker kulit, yakni dengan menghindari sinar matahari dan menggunakan tabir surya. Paparan sinar matahari berlebihan meningkatkan risiko kanker kulit dan penuaan dini, apalagi di pantai dengan tingkat paparan yang lebih tinggi.
Center for Disease Control (CDC) Amerika menyebut sebagian besar kanker kulit terjadi akibat paparan sinar ultraviolet (UV) yang terlalu banyak. Sinar UV merupakan jenis radiasi tak terlihat yang dipancarkan matahari. Sinar UV juga dipakai pada alat penggelap kulit (tanning bed), dan lampu jalan (sunlamps).
“Sinar UV merusak sel-sel kulit bahkan ketika cuaca berawan dan dingin. Pasalnya ia bisa menembus kaca jendela dan air serta memantul pada permukaan semen, pasir, dan salju,” demikian tulis CDC.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker paling umum di dunia. Pada 2018, tercatat sekitar 1,04 juta kasus penyakit ini secara global. Sementara itu di Indonesia, kanker kulit masuk 15 besar jenis kanker terbesar. Pada 2018, terdapat sekitar 6.170 kasus kanker kulit non-melanoma dan 1.392 kasus kanker kulit melanoma.
Orang-orang yang memiliki kulit terang punya risiko lebih tinggi terkena kanker kulit. Namun, bukan berarti orang berkulit gelap bebas risiko kanker kulit. Meski lebih rendah, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mengatakan, orang berkulit gelap tetap berisiko terkena kanker kulit, terutama jika banyak beraktivitas di luar ruang dan sering terpajan sinar matahari.
“Paparan radiasi ultraviolet diperkirakan mempengaruhi 80-90 persen kanker kulit,” tulis Canadian Cancer Society.
Jadi, terang sudah soal cara paling rasional meminimalisir kanker kulit. Tentu bukan dengan kampanye berjemur ala Spencer Tunick, tapi sebaliknya, berlindung dari sinar matahari berlebihan.
Satu Gelas Tabir Surya untuk Proteksi Kanker Kulit
Untuk melindungi diri dari sinar matahari berlebih, idealnya Anda harus menutup semua permukaan kulit. Tak terkecuali bagian telinga, punggung, atau leher—yang sering terlupakan.
Bahkan bentuk perlindungan semacam itu harus tetap diterapkan meski tengah berada di tempat teduh. Kiwari, beberapa pakaian memiliki sertifikasi perlindungan UV, terutama pakaian renang. WHO juga sudah merekomendasikan penggunaan tabir surya untuk menghindari kanker kulit.
Food and Drug Administration (FDA) mengatur penjualan tabir surya di Amerika sebagai obat sebab fungsinya mencegah kulit terbakar, mengurangi risiko kanker kulit, dan penuaan kulit dini akibat matahari.
“Gunakan tabir surya 15-30 menit sebelum terpapar matahari, ulangi aplikasi setiap 2 jam atau kurang jika berenang, berkeringat, atau terkena air,” terang FDA.
FDA menganjurkan anak-anak maupun dewasa menggunakan tabir surya spektrum luas dengan SPF 30 hingga 50. Salah satu misalnya Hanasui Collagen Water Sunscreen.
Jenis tabir surya seperti Hanasui punya proteksi untuk kulit yang bernama Blue Oléoactif berbahan dasar tumbuhan mugwort. Blue Oléoactif berguna untuk meningkatkan perlindungan kulit dari bahaya sinar biru dari sinar matahari, gawai, serta polusi lingkungan.
Sementara itu, bayi berusia 6 bulan harus dijauhkan dari sinar matahari sebisa mungkin. Jadi, praktik menjemur bayi, apalagi tanpa menggunakan baju dan hingga kulitnya gosong, tentu dilarang.
Nah, pertanyaan selanjutnya, berapa jumlah aplikasi tabir surya yang tepat untuk mencegah kanker kulit?
Megan Sander dkk. dalam studinya yang terbit di Canadian Medical Association Journal (2020) menyebut kebanyakan orang kurang mengaplikasikan tabir surya mereka. Ada kekurangan 20-50 persen dari dosis yang direkomendasikan. Padahal ada penurunan efektivitas perlindungan saat tabir surya dipakai. Tabir surya SPF 50, misalnya, hanya memberi perlindungan setara SPF 25 secara faktual.
Uji coba terkontrol acak dalam studi tersebut menunjukkan penggunaan tabir surya mengurangi risiko sel skuamosa dan kanker kulit melanoma. Namun dengan catatan, dosis penggunaan sebesar 2 mg/cm2 luas kulit.
Takaran itu setara dengan satu ons alias satu gelas tabir surya untuk seluruh tubuh.
Ukurannya 1 sendok makan untuk wajah dan leher, 2 sendok makan untuk setiap lengan atas, 1 sendok makan untuk aplikasi di setiap lengan bawah, lalu bagian kaki bawah masing-masing butuh 2 sendok makan.
“Jadi penggunaan tabir surya sebanyak dua jari (telunjuk dan jari tengah) mulai dari lipatan telapak tangan ke ujung jari hanya untuk wajah dan leher,” demikian tertulis dalam sebuah studi yang terbit di British Medical Journal (BMJ).
Editor: Fadrik Aziz Firdausi