tirto.id - Bagaimana cara penulisan angka dan bilangan yang benar menurut ejaan Bahasa Indonesia?
PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai kaidah penulisan termutakhir bahasa Indonesia. PUEBI ini menggantikan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Penggunaan bahasa Indonesia pun semakin luas dan beragam, baik secara lisan maupun tulis. Oleh sebab itu, masyarakat memerlukan buku rujukan sebagai pedoman dan acuan dalam penggunaan bahasa Indonesia, terutama dalam pemakaian bahasa tulis, secara baik dan benar.
Pedoman ini disusun untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). PUEBI juga diharapkan dapat mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat
Dikutip dari Panduan Terlengkap PUEBI oleh Munnal Hani'ah (2018), penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunannya, PUEBI mengatur beberapa aturan penulisan. Salah satu dari aturan tersebut adalah, tentang penulisan angka dan bilangan.
1. Cara Penulisan Angka Arab atau angka Romawi
Sistem penulisan angka romawi didasarkan pada sistem pengulangan, penjumlahan, serta pengurangan. Sedangkan untuk membacanya dimulai dari kiri ke kanan. Angka romawi biasa digunakan sebagai lambang bilangan ataupun nomor.
Penulisan angka Romawi menggunakan huruf alfabet untuk melambangkan angka. Angka yang lebih besar dari 5000, di atas simbol diberikan garis horizontal. Garis tersebut berarti perkalian terhadap angka 1.000.
Cara mudah untuk menulis angka romawi adalah dengan menulis angka ribuan terlebih dahulu, dilanjutkan dengan ratusan, puluhan, serta satuan.
Sistem angka Romawi yang saat ini digunakan merupakan modernisasi sistem adisi dari sistem yang lama. Sejak tahun 260 SM sistem romawi telah terbentuk. Namun sistem romawi yang berkembang saat ini masih belum lama ada.
Misalnya dalam penulisan angka lima adalah “V” yang menggantikan penulisan “IIIII”, serta angka seratus yang ditulis dengan huruf “C”.
Berikut adalah contoh penulisan angka romawi sesuai dengan PUEBI:
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
Angka romawi: I, II, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000).
Mengutip dari Rumus Super Lengkap Matematika kelas 4, 5, dan 6. Terdapat beberapa aturan dalam penulisan angka romawi, di antaranya adalah:
Caranya adalah nilai L= 50, ditambah dengan nilai X= 10, llau ditambahkan dengan bilangan romawi I = 1. Maka hasilnya dalah L+X+I= 50+10+1= 61
Caranya adalah angka romawi X=10, harus dikurangi dengan bilangan romawi I yang bernilai 1. Maka masilnya adalah X-I atau 10-1= 9.
2. Tentang penulisan angka
- Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
- Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
- Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
- Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
- Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
3. Tentang penulisan bilangan
- Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
- Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
- Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
- Penulisan bilangan dengan huruf dibagi menjadi dua kategiri, yaitu bilanga utuh dan bilangan pecahan. Penulisannya, dilakukan dengan cara:
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
- Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
- Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
- Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
- Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai kaidah penulisan termutakhir bahasa Indonesia. PUEBI ini menggantikan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Penggunaan bahasa Indonesia pun semakin luas dan beragam, baik secara lisan maupun tulis. Oleh sebab itu, masyarakat memerlukan buku rujukan sebagai pedoman dan acuan dalam penggunaan bahasa Indonesia, terutama dalam pemakaian bahasa tulis, secara baik dan benar.
Pedoman ini disusun untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). PUEBI juga diharapkan dapat mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat
Dikutip dari Panduan Terlengkap PUEBI oleh Munnal Hani'ah (2018), penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunannya, PUEBI mengatur beberapa aturan penulisan. Salah satu dari aturan tersebut adalah, tentang penulisan angka dan bilangan.
Aturan Penulisan Angka dan Bilangan Sesuai PUEBI
1. Cara Penulisan Angka Arab atau angka Romawi
Sistem penulisan angka romawi didasarkan pada sistem pengulangan, penjumlahan, serta pengurangan. Sedangkan untuk membacanya dimulai dari kiri ke kanan. Angka romawi biasa digunakan sebagai lambang bilangan ataupun nomor.
Penulisan angka Romawi menggunakan huruf alfabet untuk melambangkan angka. Angka yang lebih besar dari 5000, di atas simbol diberikan garis horizontal. Garis tersebut berarti perkalian terhadap angka 1.000.
Cara mudah untuk menulis angka romawi adalah dengan menulis angka ribuan terlebih dahulu, dilanjutkan dengan ratusan, puluhan, serta satuan.
Sistem angka Romawi yang saat ini digunakan merupakan modernisasi sistem adisi dari sistem yang lama. Sejak tahun 260 SM sistem romawi telah terbentuk. Namun sistem romawi yang berkembang saat ini masih belum lama ada.
Misalnya dalam penulisan angka lima adalah “V” yang menggantikan penulisan “IIIII”, serta angka seratus yang ditulis dengan huruf “C”.
Berikut adalah contoh penulisan angka romawi sesuai dengan PUEBI:
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
Angka romawi: I, II, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000).
Mengutip dari Rumus Super Lengkap Matematika kelas 4, 5, dan 6. Terdapat beberapa aturan dalam penulisan angka romawi, di antaranya adalah:
- Bila angka romawi diikuti dengan bilangan yang sama atau lebih kecil daripada bilangan romawi tersebut, maka nilai bilangan romawi yang mengikutinya harus ditembah dengan nilai bilangan yang diikuti.
Caranya adalah nilai L= 50, ditambah dengan nilai X= 10, llau ditambahkan dengan bilangan romawi I = 1. Maka hasilnya dalah L+X+I= 50+10+1= 61
- Bila angka romawi diikuti dengan bilangan yang nilainya lebih besar, maka bilangan yang mengikuti harus dikurangi dengan bilangan yang diikuti tersebut.
Caranya adalah angka romawi X=10, harus dikurangi dengan bilangan romawi I yang bernilai 1. Maka masilnya adalah X-I atau 10-1= 9.
- Sistem pengulangan angka romawi hanya dapat dilakukan sebanyak tiga kali. Misalnya adalah VIII=8 dan IX=9.
- Pengulangan angka romawi tidak berlaku untuk bilangan V, L, dan D.
2. Tentang penulisan angka
- Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
- Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
- Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10 triliun rupiah.
- Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
- 0,5 sentimeter
- 5 kilogram
- 4 hektare
- 10 liter
- 2 tahun 6 bulan 5 hari
- 1 jam 20 menit
- Rp5.000,00
- US$3,50
- £5,10
- ¥100
- Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
- Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15
- Jalan Wijaya No. 14
- Hotel Mahameru, Kamar 169
- Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
- Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
- Bab X, Pasal 5, halaman 252
- Surah Yasin: 9
- Markus 16: 15—16
- Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
- Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
- Tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ra-tus lima puluhan)
- Uang 5.000-an (uang lima ribuan)
3. Tentang penulisan bilangan
- Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
- Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
- Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
- Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15
- orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
- Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri
- atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
- Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
- Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
- Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
- 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
- 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
- Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
- Panitia mengundang 250 orang peserta.
- Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
- 250 orang peserta diundang panitia.
- 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
- Penulisan bilangan dengan huruf dibagi menjadi dua kategiri, yaitu bilanga utuh dan bilangan pecahan. Penulisannya, dilakukan dengan cara:
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
- dua belas (12)
- tiga puluh (30)
- lima ribu (5.000)
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
- setengah atau seperdua (½)
- seperenam belas (⅟16)
- tiga perempat (¾)
- dua persepuluh (²∕₁₀)
- tiga dua-pertiga (3⅔)
- satu persen (1%)
- satu permil (1‰)
- Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
- abad XX
- abad ke-20
- abad kedua puluh
- Perang Dunia II
- Perang Dunia Ke-2
- Perang Dunia Kedua
- Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
- Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
- Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
- Kelapadua
- Kotonanampek
- Rajaampat
- Simpanglima
- Tigaraksa
(tirto.id - Pendidikan)
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Yulaika Ramadhani
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Yulaika Ramadhani