Menuju konten utama

Cara Mengatasi Kecemasan dengan Teknik Thought Stopping, Apa Itu?

Thought stopping merupakan teknik untuk membantu mengelola pikiran negatif yang mengganggu, mengkhawatirkan, dan mengakibatkan gangguan panik, kecemasan, serta agrofobia.

Cara Mengatasi Kecemasan dengan Teknik Thought Stopping, Apa Itu?
Ilustrasi berpikir. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Kecemasan merupakan suatu gejala yang digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Rasa cemas bisa dialami oleh siapa saja, jika seseorang sedang tidak stabil secara emosi.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan. Salah satunya disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut, yang kemudian dapat mengubah alur komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak.

Sebenarnya, setiap orang yang mengalami kecemasan harus bisa mengendalikan diri untuk dapat kembali stabil. Karena apabila rasa cemas terus meningkat dan menjadi berlebihan, dampaknya dapat mengganggu kesehatan, baik fisik maupun mental.

Seseorang dengan kecemasan yang berlebihan akan mengalami beberapa gejala. Seperti merasa gugup, takut, tegang, panik, detak jantung yang cepat, hiperventilasi, gemetar, lemah, lesu, pusing, mual, susah berkonsentrasi, hingga kesulitan tidur atau insomnia, demikian seperti dilansir Medical News Today.

Selain itu, seperti dilansir Healthline, kecemasan juga dikategorikan menjadi beberapa bagian, seperti kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, gangguan stres paska-trauma, fobia, obsesif-kompulsif, serta kecemasan karena panik.

Beberapa terapis pun merekomendasikan beberapa metode untuk mengatasi kecemasan. Salah satunya yang dikenal dalam dunia konseling adalah teknik thought stopping.

Laman Psychology Today menuliskan, thought stopping merupakan teknik untuk membantu mengelola pikiran negatif yang mengganggu, mengkhawatirkan, dan mengakibatkan gangguan panik, kecemasan, serta agrofobia.

Dasar dari teknik ini adalah mampu secara sadar mengeluarkan perintah, “stop!” atau “berhenti!” ketika mengalami pikiran negatif yang berulang, tidak perlu atau terdistorsi. Pikiran negatif itu kemudian diganti menjadi sesuatu yang positif.

Semisal, kita berpikir sebagai seseorang yang tidak produktif, dengan menjustifikasi diri sebagai “tidak punya relasi”; atau, “tidak punya pekerjaan bagus”. Menjustifikasi diri sebagai seseorang yang tidak produktif hendaknya dihentikan, dan diganti dengan pikiran positif, seperti “aku harus memperluas pertemanan agar punya relasi”; atau, “aku harus memperbaiki portofolio agar mendapat pekerjaan yang bagus”.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam teknik thought stopping, agar kita berhasil mengatasi kecemasan, sebagaimana dilansir Very Well Mind.

Pertama, identifikasikan pikiran negatif yang membuat kita stres dan cemas. Kemudian, pilih salah satu yang menurut kita paling rasional untuk dilakukan.

Selanjutnya, buat pernyataan positif dan afirmasi di samping pikiran negatif. Semisal kita berpikir, “aku begitu cemas karena akan melakukan ujian” diganti dengan, “saya baik-baik saja, karena saya sudah belajar dan pernah melakukannya.”

Kemudian, tutup mata dan mulai bayangkan pikiran tersebut seakan-akan itu benar-benar terjadi. Lakukan berulang hingga tiga menit, kemudian teriak, “berhenti!”.

Lakukan hal tersebut secara berulang, hingga pikiran kita menjadi rileks. Setelah itu, mari ganti dengan pikiran stress dengan pernyataan positif dan afirmasi.

Terakhir, yang tak kalah penting, agar thought stopping efektif maka harus dilakukan selama beberapa hari. Meski demikian, sebenarnya thought stopping sendiri tak bisa berhasil untuk semua orang.

Dilansir dari Psychology Today, dalam beberapa kasus sebenarnya teknik ini justru memperburuk masalah. Jika kita mendapati bahwa pikiran stres menjadi lebih sering, hendaknya untuk segera menghubungi dokter atau terapis.

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGIS atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto