tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri terus mengantisipasi para penyusup dari kelompok radikal pada demonstrasi yang bakal digelar pada 2 Desember mendatang. BNPT dan Polri mensinyalir kelompok radikal ini akan menjadi "penumpang gelap" dalam demo yang menuntut penahanan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama Islam.
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius kepada wartawan disela "Seminar dan Sosialisasi Rekomendasi Kebijakan dan Mempromosikan Kerukunan Sosial-Keagamaan" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/11/2016) menyampaikan pihaknya terus berkoordinasi dengan ormas-ormas Islam untuk mengantisipasi penyusupan kelompok radikal dalam aksi bela Islam III yang direncananya bakal digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI).
"Kita memberikan pemahaman mengenai masalah kebangsaan kepada ormas Islam. Kita juga memberikan arahan kepada Kanwil I Pemuda Muhammadiyah, kita berikan pemahaman kepada mereka bahwa banyak masalah kebangsaan yang menjadi urusan kita semua dan mudah-mudahan kita bisa mempertahankan NKRI dengan baik," kata Suhardi Alius.
BNPT, kata dia, telah menurunkan petugas serta terus berkoordinasi dengan Polri untuk menjaga agar situasi tetap kondusif, karena indikasi untuk menyebarkan paham radikalisme sudah terlihat.
"Ya kalau lihat seperti itu memang potensi ada saja. Kelompok-kelompok yang keras itu semoga tidak mengambil momentum. Itu yang kita takutkan. Sekarang hasil dari Densus 88 memang mereka ikut seperti itu. Meskipun tidak bersenjata, mereka berencana melakukan langkah-langkah yang negatif seperti mendekati petugas," jelas Suhardi.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian pada Minggu (27/11) menyatakan lagi bahwa demo 2 Desember memungkikan adanya para pendompleng yang ingin melakukan makar sebagaimana demo pada 4 November silam. Ia juga mengaku tak menuding peserta unjuk rasa yang menuntut proses hukum terhadap Ahok hendak berbuat makar.
"Saya tidak pernah sekalipun menuduh pengunjuk rasa dalam aksi tersebut makar," katanya.
Menurut Tito, Polri menengarai ada kelompok-kelompok pendompleng yang membawa agenda sendiri pada saat demo 4 November, di luar tuntutan dugaan penistaan agama oleh Ahok, seperti pendirian khilafah, menggulingkan presiden sah.
Bahkan, lanjutnya, ditengarai ada kelompok yang ingin membuat teror dan kekacauan sehingga pihaknya saat itu juga menyiagakan Densus 88 untuk mengantisipasi kejadian-kejadian tak diinginkan.
Hal itu, kata dia, juga sudah dikomunikasikan dengan pemimpin Gerakan Pengawal Fatwa MUI selaku penanggung jawab aksi, di antaranya Rizieq Shihab.
Pada Senin (28/11) Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Ketua MUI Pusat KH Maruf Amin dan Ketua Ormas Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta juga telah menyepakati demonstrasi
pada pada 2 Desember 2016 berlangsung damai di Monas.
"Akhirnya disepakati bahwa aksi 2 Desember akan dilaksanakan di Monas (Monumen Nasional) dari pukul 08.00 hingga 13.00 WIB," kata Kapolri.
Sumber: Antara
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH