tirto.id - Nama KH Ahmad Hanafiah masuk dalam daftar tokoh yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.
Penetapan KH Ahmad Hanafiah sebagai pahlawan nasional diumumkan melalui Surat Sekretariat Militer Presiden Kementerian Sekretariat Negara nomor R-09/KSN/SM/GT.02.00/11/2023, ditandatangani pada 3 November 2023.
Bagi beberapa orang, terutama di kalangan masyarakat Jawa, nama KH Ahmad Hanafiah mungkin terdengar asing. Namun, di wilayah Sumatra, terlebih Lampung, ia terkenal sebagai sosok penting yang mengobarkan semangat juang laskar rakyat Hizbullah Sabilillah melawan penjajahan Jepang.
Biografi KH Ahmad Hanafiah Pahlawan Nasional
Ahmad Hanafiah adalah seorang pemuda yang dilahirkan di Sukadana, Lampung Timur, pada 1905. Ayahnya merupakan pengampu Pondok Pesantren Istishodiyah Sukadana, KH Moehammad Noer.
KH Ahmad Hanafiah sejak belia tumbuh di lingkungan agamis. Pada usia 5 tahun, Ahmad Hanafi sudah khatam membaca Al-Qur'an.
Di bawah didikan sang ayah, Ahmad Hanafiah mulai belajar ilmu agama. Di samping itu, Hanafiah juga mengenyam pendidikan umum di sekolah Guverment di Sukadana pada 1916.
Setelah lulus dari Guverment, Ahmad Hanafiah melanjutkan pendidikannya di Pesantren Jamiatul Chair di Jakarta (1916-1919). Sepulang dari pesantren, dia mengabdi sebagai guru ilmu agama di Sukadana. Dari situlah gelar 'kiai' diperolehnya.
Usai menjadi pengajar selama lima tahun (1920-1925), Ahmad Hanafiah mendalami ilmu agama lagi di Pesantren Kelantan Malaysia sejak 1925. Tidak berhenti di situ, KH Ahmad Hanafiah Lampung melanjutkan kuliah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, sejak 1930 hingga 1936.
Sekembalinya ke tanah air, KH Ahmad Hanafiah aktif sebagai mubaligh di Lampung. Di samping misi penyebaran ilmu agama, dia menjadi ketua Serikat Dagang Islam (SDI) wilayah Kewedanaan Sukadana (1937-1942).
Memasuki era penjajahan Jepang, perjuangan KH Ahmad Hanafiah lebih banyak di bidang pendidikan. Salah satunya dengan memimpin Pondok Pesantren Al Ikhsan Sukadana. Ia juga sempat mengarang dua kitab, yakni Al Hujjah dan Tafsir Ad Dohri.
Puncak perlawanan KH Ahmad Hanafiah dilakukan ketika Belanda berusaha menguasai Indonesia lagi setelah kemerdekaan pada 1945. Sang kiai berperan sebagai koordinator para pejuang Laskar Hizbullah Sabilillah di wilayah Lampung. Ia juga pernah memimpin perang gerilya melawan Belanda dalam peristiwa Agresi Militer Belanda 1 pada 1947.
Perjuangan KH Ahmad Hanafiah hingga Akhir Hidupnya
Dalam peristiwa Agresi Belanda 1 yang terjadi pada 1947, KH Ahmad Hanafiah memimpin laskar rakyat. Mereka menghadapi serangan Belanda yang menginvasi melalui jalur darat dari Palembang.
Laskar rakyat yang dipimpin KH Ahmad Hanafiah kala itu hanya bersenjatakan golok. Oleh sebab itu, pasukan tersebut disebut sebagai Laskar Golok.
Namun, saat pertempuran berlangsung di area hutan belukar dekat Baturaja arah Martapura, KH Ahmad Hanafiah beserta pasukannya terkepung. Mereka akhirnya kalah. Kekalahan tersebut tidak lain disebabkan senjata Belanda yang lebih modern sedangkan pejuang rakyat hanya bermodal golok.
KH Ahmad Hanafiah ditangkap hidup-hidup, tetapi kemudian dieksekusi pada 17 Agustus 1947. KH Ahmad Hanafiah meregang nafas terakhir setelah dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditenggelamkan ke Sungai Ogan. Jasad KH Ahmad Hanafiah tidak pernah ditemukan oleh para pejuang.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin