tirto.id - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, mengungkapkan bahwa kontribusi pembiayaan syariah ke perbankan hanya sebesar 8 persen. Angka kontribusi itu relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan syariah yang sampai saat ini sebesar 12 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp598 triliun.
"Walaupun pembiayaan syariah sudah tumbuh 12 persen, share terhadap perbankan secara total masih relatif kecil, baru 8 persen," kata Destry saat membuka Opening Ceremony FESyar Jawa 2024, dikutip dari akun Youtube Bank Indonesia, Jumat (13/9/2024).
Masih rendahnya kontribusi pembiayaan syariah ke perbankan disebabkan oleh terbatasnya instrumen keuangan berbasis syariah di Indonesia.
Hal itu patut disayangkan, mengingat besarnya potensi pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk muslim. Apalagi, menurut catatan Destry, saat ini terdapat sekitar 235 juta penduduk muslim di Indonesia.
Selain itu, dari keseluruhan penduduk Indonesia, 70 persen di antaranya adalah pemuda yang sangat ramah terhadap perkembangan digital.
"Anyway, muslim itu sangat dominan di kita [Indonesia]. Selain itu, potensi juga ditopang oleh tren digitalisasi. Kita beruntung 70 persen dari populasi Indonesia itu adalah kalangan anak muda yang sangat digital savy. Bahkan, Gen Z dan Alpha bangun itu sudah langsung kenal digital," ujar dia.
Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE), perekonomian syariah Indonesia sekarang berada di peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Arab Saudi. Ini meningkat 1 peringkat dibanding tahun sebelumnya.
"Namun demikian, tentu masih ada tantangan. Kita enggak boleh puas dengan pencapaian ini. Masih banyak tantangan yang dihadapi ekonomi syariah kita dan masih banyak yang sifatnya struktural," imbuh Destry.
Sementara itu, untuk meningkatkan jumlah instrumen syariah di pasar keuangan Indonesia, Deputi Gubernur Senior BI itu meminta agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dapat bersama-sama dengan BI untuk menciptakan produk unggulan syariah.
Ini juga sebagai respons dari para pembuat regulasi dan pengawas pasar keuangan terhadap permintaan akan produk syariah yang sebetulnya sangat kuat.
"Dan kebetulan kami di BI itu untuk open market operation, kami itu kadang sampai bingung ini kurang nih uderlaying-nya. Sampai kami akhirnya ambil global sukuk sebagai underlying kita karena di Indonesia masih kurang. Ini jadi tantangan buat kami, juga ajak Bapak, Ibu, Kiai, MUI, DSN ayo kita bersama berpikir bersama apa nih instrumen keuangan yang bisa kita kembangkan ke depan," tegas Destry.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi