Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Penggunaan Masker Kurangi Masuknya Oksigen dalam Tubuh?

Penggunaan masker dengan benar tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen.

Benarkah Penggunaan Masker Kurangi Masuknya Oksigen dalam Tubuh?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada awal Januari 2022, beredar klaim yang menyebut penggunaan masker dapat mengurangi masuknya oksigen ke dalam otak dan paru-paru. Klaim itu berasal dari cuplikan video Ichsanuddin Noorsy dan disebarkan oleh akun Facebook bernama "Berita Terbaru23" pada 3 Januari. Cuplikan video tersebut bertajuk “Bongkar Tuntas!! Dampak Pakai Masker oleh Ichsanuddin Noorsy.”

Dalam cuplikan video, Ichsanuddin Noorsy berseru “tahu nggak kalau bermasker apa yang nggak masuk dalam hidung lo? Apa yang kurang dari yang dibutuhkan paru-paru dan dada? Untuk jangka lama, ke kepala dampaknya kayak apa? Pengurangan proses pencerdasan pada tiap otak pada manusia karena kurangnya kualitas oksigen yang tinggi, baik ke dada dan kepala, itu mengurangi kecerdasan.”

Periksa Fakta Masker Kurangi Masuknya Oksigen dalam Tubuh

Periksa Fakta Hoaks Penggunaan Masker Kurangi Masuknya Oksigen dalam Tubuh. facebook/Berita Terbaru23

Lantas, benarkah klaim penggunaan masker dapat mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam otak dan paru-paru?

Penelusuran Fakta

Kami mengecek video tersebut dengan mencari ulang rekaman utuh dari cuplikan video. Rupanya, video ini bersumber dari rekaman acara deklarasi Majelis Penderitaan Rakyat (MPR) di kanal YouTube Ekonomi Politik Islam.

Per Januari 2022, kanal Ekonomi Politik Islam ini memiliki 133 ribu pengikut. Kanal ini biasa membagikan konten bernuansa 'ekonomi dan politik Islam, berisi liputan curent issue, liputan seminar dan diskusi, feature dan vlog, dan kajian Islam', seperti yang disampaikan akun tersebut pada deskripsi kanalnya.

Video utuh Ichsanuddin Noorsy yang lantas dikutip itu berjudul “Cerdas! Rp 1000 Tiap Pekan untuk Bantu Saudara Kita yang Terimbas Krisis, Bang Noorsy di MPR Babeh Aldo.” Rekaman itu tayang pada 5 September 2021 dan berdurasi sekira 27 menit. Selain dampak penggunaan masker, Ichsanuddin juga membicarakan pelbagai isu, mulai dari kemiskinan, sosial, politik, hingga agama. Sementara persoalan masker sendiri dapat ditemukan di menit-menit akhir, yaitu dari menit 25:00.

Cuplikan video serupa juga dapat ditemukan di kanal YouTube Sambas News (tautan) dan Salwa Media Channel (tautan).

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Ichsanuddin Noorsy dikenal sebagai seorang ekonom dan pengamat ekonomi politik. Pada Juli 2020 lalu, Ichsanuddin sempat membagikan hoaks tentang termometer thermal gun. Alat yang berfungsi untuk mengukur suhu tubuh dengan paparan sinar inframerah tersebut ia katakan dapat merusak otak, sebab punya kandungan radioaktif di dalamnya.

Tentu saja informasi tersebut salah. Seperti yang telah diperiksa Tirto, termometer pistol atau thermal gun tidak berbahaya terhadap tubuh; mata, otak, dan bagian tubuh lainnya. Sejauh ini, penggunaan termometer inframerah dianggap aman karena tidak memancarkan radiasi.

Kemudian, untuk mengklarifikasi kebenaran klaim Ichsanuddin tentang masker, Tirto menghubungi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi yang juga Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto.

Melalui pesan teks, Agus bicara kepada Tirto, Senin (17/01/2022), bahwa pernyataan Ichsanuddin terkait efek penggunaan masker terhadap minimnya oksigen yang masuk dalam tubuh bersifat kurang tepat.

Perlu diketahui bahwa Ichsanuddin tidak menyebutkan jenis masker apa yang ia maksud.

Agus turut melampirkan penelitian dari jurnal Plos One. Penelitian Shein, dkk (2021) tersebut melibatkan 50 orang dewasa dengan 16 di antaranya memiliki penyakit bawaaan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah masker kain atau masker bedah mengganggu oksigenasi atau ventilasi udara saat istirahat atau selama aktivitas fisik.

Hasilnya, penggunaan masker tidak mengganggu proses oksigenasi maupun ventilasi, baik saat beristirahat maupun melakukan aktivitas fisik.

Shein, dkk juga tidak menemukan terjadinya hipoksemia dan hiperkarbia akibat penggunaan masker kain maupun masker bedah. Indikator hipoksemia dalam penelitian Shein, dkk adalah kondisi saturasi oksigen turun sebanyak lebih dari sama dengan 3% dari rentang normal (saturasi oksigen normal berkisar antara 95 – 100%). Sementara hiperkarbia adalah saat tekanan karbon dioksida meningkat sebesar lebih dari sama dengan 5 mmHg dari rentang normal (tekanan karbon dioksida normal berkisar antara 35-45 mmHg).

Senada, sebuah penelitian yang dilakukan Samannan et al. (2021) kepada 15 dokter dan 15 veteran militer penderita penyakit paru-paru berat juga tidak menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas akibat penggunaan masker bedah. Pertukaran gas sendiri adalah proses penambahan oksigen ke dalam darah saat tubuh mengeluarkan karbon dioksida.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui laman Mythbuster/klarifikasi hoaks pun menyatakan bahwa penggunaan masker, misalnya pada masker bedah, dengan benar tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen, betapa pun masker memberikan sensasi tidak nyaman. Ketidaknyamanan mengenakan masker kemungkinan diakibatkan oleh iritasi pada wajah yang sensitif, kehangatan udara yang dihirup, dan perasaan klaustrofobia atau ketakutan terhadap ruang sempit

Masih dari WHO, penting untuk mengenakan masker bedah atau masker medis yang pas dan memiliki kekencangan yang cukup agar pengguna dapat tetap bernapas secara normal. WHO pun mengingatkan untuk tidak menggunakan kembali masker sekali pakai dan menggantinya segera setelah dirasa lembab.

Menurut Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (FDA), ada dua jenis masker yang umumnya digunakan, yaitu masker bedah dan respirator N95. Masker bedah didesain longgar untuk melindungi mulut dan hidung dari kontaminasi di lingkungan sekitar. Sedikit berbeda dengan respirator N95 yang menawarkan penyaringan partikel udara lebih efisien karena sisi respirator didesain rapat menutupi mulut dan hidung.

Kendati masker N95 lebih efektif dalam menyaring udara, sebuah penelitian pada 2010 menemukan bahwa masker jenis ini dapat menghalangi pernapasan bila digunakan dalam jangka waktu lama, utamanya ketika pengguna memiliki riwayat penyakit pernapasan. Lagipula, berdasarkan arahan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), respirator N95 diutamakan bagi petugas kesehatan.

Lebih lanjut, dampak signifikan secara klinis pada pernapasan atau pertukaran gas dari penggunaan masker juga tidak ditemukan dalam keterangan resmi CDC, kecuali untuk aktivitas olahraga yang intens. Dengan begitu, penggunaan masker di kalangan dewasa dan anak-anak didukung oleh data eksperimental maupun epidemiologis untuk mengurangi penyebaran virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2.

Kesimpulan

Penggunaan masker bedah dengan benar tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen. Namun, untuk jenis respirator N95, penggunaan dalam jangka waktu lama memungkinkan menghalangi pernapasan, utamanya ketika pengguna memiliki riwayat penyakit pernapasan. Pernyataan Ichsanuddin Noorsy tentang dampak penggunaan masker mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh dalam unggahan akun Facebook Berita Terbaru23 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Baca juga artikel terkait MASKER atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Mild report
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Nuran Wibisono