Menuju konten utama

Bahaya di Balik Bubble Tea: Penyebab Obesitas dan Diabetes

Segelas Bubble Tea mengandung sekitar 300-400 kalori serta kandungan gula yang tinggi.

Bahaya di Balik Bubble Tea: Penyebab Obesitas dan Diabetes
Ilustrasi Bubble Tea. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Meneguk segelas penuh Bubble Tea dengan tapioka pearl memang sangat nikmat, apalagi di cuaca yang panas.

Perpaduan tekstur kenyal dan rasa yang sedikit manis membuat bubble pearl digemari banyak lidah.

Saat ini, Bubble Tea sangat menjamur di Indonesia dan kian populer dengan berbagai macam varian rasa serta topping.

Minuman ini berbahan dasar teh, susu, gula merah, dan ‘bubble’ atau tapioka pearl yang merupakan jeli berbahan dasar tapioka. Di Indonesia, minuman yang juga disebut ‘boba'.

Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari akar singkong, komposisi gizinya terdiri dari karbohidrat murni dan sedikit protein.

Namun, ternyata ada bahaya yang mengintai di balik nikmatnya meneguk manisnya segelas penuh Bubble Tea.

Sebelumnya, banyak yang percaya bahwa minuman ini sehat, karena mengandung teh dan juga ‘bubble’ yang dibuat dari tepung tapioka berbahan dasar akar singkong.

“Tapioka mengandung pati resisten yang tidak dapat dicerna tubuh,” demikian laman Healthline mengungkapkan.

Jika dikonsumsi secara wajar, pati resisten pada tapioka bisa membawa manfaat kesehatan bagi usus.

Pati menjadi makanan bakteri baik yang memproduksi lapisan lendir pada usus untuk memecah makanan.

Dilansir dari Insider, tapioka pearls sendiri sebelum ditambahkan gula atau madu sebagai perasa – mengandung 160 kalori dalam setiap gelasnya. Belum lagi dengan menambahkan bahan-bahan lainnya seperti susu dan teh.

Dalam satu gelas penyajian ‘Boba’ setidaknya mengandung 300-400 kalori. Sesuai dengan perhitungan dari Fat Secret, jumlah kalorinya sama dengan dua mangkok nasi putih.

Meskipun kalorinya tinggi, minuman ini mengesampingkan nutrisi lainnya, seperti mineral, vitamin, dan fiber. Ditambah minuman ini juga memiliki kandungan gula yang tinggi.

Bahan dasar bubble yang terdiri dari tepung-tepungan banyak mengandung karbohidrat. Laman Universitas California Berkeley merangkum jumlah kalori secangkir bubble bahkan bisa mencapai angka 540.

Jika menambahkan seperempat bubble pada segelas minuman, artinya ada 135 kalori tambahan masuk ke dalam tubuh, setara kalori dalam sepiring nasi.

“Terlalu sering mengonsumsi bubble tea dapat merusak pola makan sehat,” tulis Keng Lam, seorang dokter sekaligus dosen di Fakultas Kesehatan di universitas tersebut.

Menurut wawancara Insider dengan Bonnie Taub-Dix penulis dari Read It Before You Eat It — Taking You from Label to Table, minuman ini bukanlah teh, melainkan gula yang diberi teh. Minuman ini mengandung 18,5 sendok teh gula.

Padahal rekomendasi jumlah asupan gula per hari yang ideal menurut American Heart Association (AHA) adalah 9 sendok teh per hari untuk laki-laki dan 6 sendok teh per hari untuk perempuan.

Sebagaimana yang ditulis oleh Medical News Today makanan yang mengandung gula berlebih akan memicu diabetes tipe 2.

Dalam sebuah meta analisis berjudul Sugar-Sweetened Beverages and Risk of Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes (2010) yang dirilis oleh Care Diabetes Journal, dari 310.819 orang yang banyak mengonsumsi minuman manis memiliki risiko 26 persen lebih besar terkena diabetes tipe 2 dibanding mereka yang mengonsumsi sedikit.

Dalam studi ini, konsumsi tinggi yang dimaksud adalah antara satu atau dua gelas minuman manis per hari.

Rumor bisa jadi pemicu kanker?

Sebuah laporan dari Jerman pada 2012 lalu sempat membikin heboh para pecinta bubble tea.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa bubble dapat memicu kanker. Media kemudian ramai-ramai mengangkat penelitian tersebut sebagai laporan utama. Termasuk media di Taiwan, karena sampel penelitian diambil dari pasar Taiwan.

Para peneliti dari Rumah Sakit Universitas Aachen menguji bola-bola tapioka itu dan menemukan stirena, asetofenon, serta zat tertentu yang melekat pada unsur bromin.

Peneliti utama studi ini mengidentifikasi zat-zat tersebut sebagai bagian dari senyawa bifenil poliklorinasi (PCB), mikro-polutan yang beracun. U.S. Environmental Protection Agency juga menyatakan bahwa paparan PCB bisa membikin kanker pada hewan.

Para peneliti juga bertumpu pada studi lain yang menyebut hubungan antara paparan PCB pada pekerja dengan kanker hati dan melanoma ganas.

Sesaat setelah membuat gempar dunia dengan temuannya, The Consumer Protection Committee Taiwan langsung melakukan uji tandingan.

Lembaga ini mengumpulkan 22 sampel bubble dari tujuh pabrik dan tidak menemukan stirena.

Namun, mereka menemukan unsur bifenil dan asetofenon brominasi, tapi jumlahnya terlalu kecil untuk menimbulkan masalah kesehatan.

“Asetofenon dan stirena adalah senyawa aromatik, ia tak serta merta bersifat toksikologis [beracun] ketika berdiri sendiri,” ungkap Noah Bartolucci, juru bicara The U.S. Food and Drug Administration (FDA), seperti dipacak laman Universitas California Berkeley.

Untuk menentukan tingkat kemanisan pada minuman Anda, pilihlah kadar gula paling rendah, atau jika memungkinkan, tanpa pemanis.

Gunakan susu biasa, bukan krim atau susu kental manis, dan yang terpenting tetap hitung kalori yang masuk.

Infografik SC Bahaya Boba

Infografik SC Bahaya Boba. tirto.id/Quita

Baca juga artikel terkait DIABETES atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo