tirto.id - Seorang lelaki berkostum badut duduk di atas traktor. Tak jauh dari traktor itu, tampak seorang lelaki sedang tengkurap. Beberapa detik kemudian, seorang pemuda melintas. Seketika itu juga sang badut mengarahkan traktornya melindas pria yang tengkurap. Badan pria itu terbelah dan darahnya muncrat.
“Hei! Apa yang kau lakukan?” teriak si pemuda yang melihat kejadian itu. Sang badut hanya tertawa dan mengarahkan traktornya ke arah pemuda itu. Ia pun lari kalang kabut.
Kejadian itu hanyalah lelucon yang diunggah akun DmPrankProduction di Youtube. Badut yang duduk di traktor adalah bagian dari tim pemilik akun, pria yang dilindas traktor bukanlah manusia betulan. Ia hanya patung yang mengenakan pakaian manusia. Si pria yang melintas adalah target lelucon, warga biasa yang tak tahu menahu tentang rekayasa kejadian itu.
Di akhir video, lelucon itu berubah malapetaka. Target yang ditakut-takuti tak takut dan malah memukuli si badut. Video itu diunggah pekan lalu dan kini sudah ditonton oleh 4,8 juta orang dan mendapat 7.333 komentar. Sebanyak 10.351 orang tak menyukai video itu.
Hampir seluruh komentar bernada negatif. Ada yang bilang itu lelucon yang tidak lucu, ada yang meminta mereka berhenti melakukan lelucon apapun dengan kostum badut, banyak juga yang senang dengan aksi pemukulan sang badut di akhir video.
Di Youtube, video-video lelucon yang menakut-nakuti dengan kostum badut seperti ini banyak sekali. Jika mengetik kata kunci killer clown prank di kolom pencarian Youtube, akan muncul sekitar dua juta hasil pencarian.
Kini, ia bukan sekadar lelucon. Ia menjadi fenomena yang menakutkan bagi anak-anak dan meresahkan para orang tua. Di Inggris misalnya, banyak sekali laporan tentang penampakan orang berpakaian badut yang membawa senjata dan mengancam.
Ketika sebagian orang masih menganggap ini lucu, anak-anak di Inggris tercatat mengalami trauma. Selang waktu antara 5 hingga 11 Oktober ini, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) di Inggris menerima 120 panggilan telepon dari anak-anak yang ketakutan akibat fenomena killer clown ini.
Birmingham menjadi kota dengan sumber telepon terbanyak. Ada 26 anak dari kota itu membutuhkan konseling untuk mengatasi ketakutan akan badut-badut ini.
Ketakutan akan lelucon badut ini dikarenakan tak semua badut-badut yang muncul di jalanan adalah bagian dari lelucon. Beberapa memang penjahat. Dan masyarakat tentu tak tahu yang mana yang lelucon, dan mana yang memang kriminal.
Seorang psikolog dari Kanada, Rami Nader mencoba menjelaskan mengapa badut menakutkan bagi banyak orang. Rami adalah psikolog yang mempelajari coulrophobia, yaitu ketakutan irasional terhadap badut. Menurutnya, ketakutan akan badut dikarenakan kostum dan dandanan yang digunakan.
Ia membuat badut sebagai sosok yang tak jelas identitasnya, juga perasaannya. Sebab segala tetek bengek kostum itu mengaburkan dua hal penting yang membuat seorang manusia, adalah manusia. Kita tak pernah tahu siapa yang ada di balik kostum badut itu.
Sejarah juga membuktikan bahwa kostum badut sering digunakan para kriminal untuk melakukan kejahatan. Mereka yang hidup di Amerika tahun 1970-an tentu familiar dengan sosok John Wayhe Gacy, Jr. Dari sosok inilah istilah killer clown populer.
Gacy adalah seorang lelaki yang memerkosa dan membunuh setidaknya 33 remaja pria di Illinois, Amerika Serikat tahun 1972 hingga 1978. Ia mengubur 26 korban di rumahnya. Korban lainnya dikubur di lokasi yang berbeda, yang notabene juga merupakan properti miliknya.
Ia dijuluki killer clown karena dalam kehidupan sosial masyarakat, Gacy aktif di kegiatan-kegiatan sosial seperti penggalangan dana, parade, dan pesta anak-anak di mana ia akan menggunakan kostum Pogo the Clown, karakter yang diciptakannya sendiri.
Gacy dijatuhi hukuman mati atas kejahatan yang dilakukannya itu. Ia dieksekusi pada 10 Mei 1994. Kisah tentang Gacy ini cukup fenomenal hingga banyak yang menuliskannya dalam buku dan mengangkat ceritanya ke layar lebar. Ada sepuluh buku dan empat film yang menceritakan kejahatannya
Gacy bukanlah satu-satunya penjahat yang menggunakan kostum badut. Pada 27 September lalu, seorang anak lelaki berusia 16 tahun mati ditikam seorang berkostum badut di Pennsilvania, Amerika Serikat. Petugas kepolisian negara bagian itu tengah mencari pelaku pembunuhan yang memakai topeng badut itu.
Fenomena "killer clown" ini merembet dari AS, ke Inggris, dan beberapa negara di Eropa termasuk Jerman. Negara-negara ini kemudian dengan tegas melarang penggunaan kostum badut dengan niatan untuk menakut-nakuti orang lain.
Otoritas di Jerman membuat aturan yang memungkinkan para “killer clown” mendekam di penjara selama satu tahun. “Siapapun yang ingin menakut-nakuti orang lain dengan ancaman kematian bukanlah sesuatu yang lucu, itu adalah kriminal,” ujar Thomas Kutschaty, Menteri Hukum Jerman, seperti dukutip dari Telegraph.
Fenomena killer clown sejatinya merugikan orang-orang yang memang berprofesi sebagai badut. Jika anak-anak takut pada badut, maka siapa lagi yang akan menganggap badut-badut ini makhluk yang lucu?
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra