tirto.id - Para pengamat bintang di Argentina bertepuk tangan ketika gerhana spektakuler bernama “cincin api” terjadi di antara mereka pada Minggu (26/2/2017). Para astronom dan penyuka astronomi di Argentina menyaksikan gerhana annular tersebut mengunakan teleskop khusus. Peristiwa alam itu melintasi belahan bumi Amerika Selatan dan Afrika sesaat setelah pukul 12.00 GMT.
Dilansir dari Antara, para penyaksi itu tidak hanya menggunakan teleskop khusus, tapi juga mengenakan kaca mata pelindung, atau perangkat lubang jarum kardus buatan sendiri. Sekitar 300 pengamat bintang berkumpul di lokasi terpencil dekat kota Sarmiento, titik di bagian selatan Argentina di mana gerhana nampak seperti cincin terang di langit gelap. Mereka menyaksikan matahari sesaat sebelum gernana menghilang hampir seluruhnya.
Dilaporkan bahwa gerhana itu terlihat lebih jelas di sepanjang jalur Chile, Argentina, Angola, Zambia dan Republik Demokratik Kongo.
Beberapa penonton membunyikan "erkes", terompet panjang tradisional Amerika Selatan.
"Saya sudah menyaksikan enam gerhana annular dan masing-masing berbeda," kata Josep Masalles Roman, penggemar astronomi yang datang jauh-jauh dari Barcelona di Spanyol, seperti dilansir dari Antara, Senin, (27/2/2017).
Tontonan itu kemudian berlanjut ke Angola selatan, di kota Benguela, kemudian Zambia dan Kongo sebelum matahari terbenam.
Di ibu kota Angola, Luanda, sedikit yang tampaknya menyadari kejadian luar biasa di langit, tapi mereka yang mengetahuinya sempat menyaksikan gerhana sekitar 15 menit dari 1630 GMT.
"Ini pertama kalinya saya menyaksikan fenomena ini -- Saya benar-benar senang," kata pengamat bintang Providencia Luzolo. "Hanya saja saya tidak bisa menyaksikannya dengan baik karena itu membuat mata saya sakit,” ungkapnya.
Gerhana matahari cincin api atau annular terjadi ketika Bumi, bulan, dan matahari dalam keadaan sejajar. Namun, ketika mereka sejajar sempurna, bulan berada di posisi yang terlalu jauh dari Bumi untuk sepenuhnya menutupi matahari, sehingga menciptakan kesan cincin berapi.
Terry Moseley dari Irish Astronomical Association memperingatkan penonton supaya tidak menyaksikan gerhana itu dengan mata telanjang.
Menurut Astronomical Society of Southern Africa (ASSA), gerhana seperti itu bisa lebih aman disaksikan menggunakan proyektor lubang jarum dasar, yang dibuat dengan membuat lubang kecil pada kertas menggunakan pensil, dan digunakan dengan memegangnya ke arah matahari dan memproyeksikan gambarnya pada lembar kedua.
Sela dedaunan di pohon juga punya efek yang sama di tanah menurut situs ASSA, yang menyebutnya sebagai cara aman paling keren untuk menyaksikan gerhana matahari.
"Karena sekitar 90 persen matahari tertutupi, kau akan merasakan dengan jelas penurunan suhu dan keterangan, dan perubahan dalam kualitas cahaya yang sulit digambarkan," kata Moseley.
Di puncak gerhana, bulan tepat berada di tengah matahari, menyisakan cincin cahaya sempurna.
Butuh sekitar dua jam bagi bulan untuk bergerak melintasi wajah matahari, tapi puncak "cincin api" hanya berlangsung dalam satu menit.
Peristiwa ini bermula di tenggara Samudra Pasifik saat matahari terbit, gerhana bergerak menuju bagian selatan Chile kemudian Argentina sebelum melintasi Atlantik Selatan.
Di laut, puncak gerhana berlangsung 44 detik dan "hanya kelihatan dari kapal yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat," kata Moseley.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh