tirto.id - Plastik merupakan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah modern. Materi ini diciptakan pertama kalinya untuk mengurangi penggunaan kantong kertas karena proses produksinya yang mengancam keberlanjutan. Sejalan dengan kegunaannya, materi plastik ini semakin banyak dirasakan manfaatnya karena elastisitasnya dan dapat membantu kebutuhan manusia seperti untuk bahan baku vital bagi alat-alat kesehatan, hingga pembungkus makanan dan kantong belanja.
Tak ada yang bisa menyangkal kalau plastik berperan besar dalam kehidupan manusia. Kebutuhan akan plastik ini juga semakin tinggi disertai dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin banyak. Sayangnya, semakin tinggi tingginya konsumsi masyarakat ini tidak disertai dengan kesadaran dalam pengelolaan sampah yang membuat masalah baru di kehidupan bumi.
Maka sejak setidaknya tiga windu terakhir, kita bisa menyaksikan bagaimana dunia semakin gencar mencari solusi atas limbah plastik. Perdebatannya bukan lagi tentang apakah plastik itu material yang baik atau tidak, melainkan: bagaimana kita bisa menangani persoalan sampah plastik yang tidak terkelola ini?
Di Indonesia, banyak pihak telah berupaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan sampah plastik baik dari sisi kebijakan, pelayanan sampah serta berbagai inovasi yang diprakarsai oleh produsen. Sampah plastik ditengarai dapat terkelola dengan baik dan bahkan dapat memberikan nilai ekonomis bagi ekosistemnya.
Namun, kunci penting dari pengelolaan sampah adalah di tingkat rumah tangga di mana di setiap rumah mulai dilakukan pemilahan sampah sesuai jenisnya. Dengan terpilahnya sampah, maka akan mempermudah dalam pengolahannya kembali sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi yang lain. Pengelolaan sampah ini kemudian mengundang banyak pihak turut serta berpartisipasi di dalamkegiatan ini.
Ada banyak gerakan, baik yang disponsori oleh perusahaan swasta, organisasi nirlaba, komunitas, hingga negara, kerap mengkampanyekan pentingnya daur ulang plastik. Ada juga banyak gerakan bersih-bersih sampah plastik di sungai dan pantai. Bahkan ada Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) yang beranggotakan lebih dari 500 lembaga nirlaba dan berupaya membentuk ekosistem daur ulang plastik.
Ini juga dilakukan oleh Chandra Asri Group, perusahaan solusi kimia dan solusi infrastruktur terkemuka di Indonesia.
Komitmen yang Lahir dari Riset Panjang
Pada 2017, Chandra Asri Group mengadopsi penelitian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengenai pengembangan aspal dengan campuran plastik. Chandra Asri Group melihat penelitian ini akan memberikan dampak bagi sampah low value seperti kantong belanja plastik (kresek) yang belum terkelola secara maksimal.
Dari sana, Chandra Asri Group kemudian mencoba menerapkan hasil penelitian dan uji coba mandiri di kawasan pabrik petrokimia mereka. Setelah melalui berbagai proses uji coba, akhirnya didapat hasil yang baik.
“Kami tergerak berkomitmen mendorong implementasi teknologi aspal plastik ini ke pemangku kebijakan yang lain. Harapannya agar semakin banyak pihak yang mengimplementasikan aspal plastik ini, maka semakin banyak sampah plastik yang bisa dikelola lebih lanjut,” tutur Direktur Legal, External Affairs, and Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai.
Dari sana, Chandra Asri Group kemudian menggandeng Kementerian PUPR untuk memberikan pendampingan teknis dan transfer teknologi. Sedangkan untuk penyediaan cacahan sampah plastik yang jadi bahan penting bagi aspal plastik, Chandra Asri Group berkolaborasi dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI). Ini untuk memastikan ketersediaan material, baik soal volume maupun kualitas sampah plastiknya.
Komitmen Chandra Asri Group dimulai pada 2018. Targetnya: berhasil menggelar aspal plastik sepanjang 100 kilometer. Aspal plastik ini bisa ditemui di Cilegon, Tegal, Semarang, hingga Garut. Target ini bahkan terlampaui dengan akumulasi gelaran aktual mencapai titik 120,8 kilometer (km), atau setara dengan mengalihkan 1.086 ton sampah plastik kresek dari TPA.
Di sepanjang perjalanan itu, Chandra Asri Group mendapatkan banyak mitra baru. Niat baik memang selalu mengundang orang-orang untuk turut serta bergerak. Maka Chandra Asri Group berkolaborasi dengan banyak pihak swasta dan asosiasi. Mulai dari Djarum, Sinar Mas Land, Nippon Shokubai Indonesia, hingga Universitas Indonesia dan Universitas Dian Nuswantoro.
Tentu saja, sama seperti cerita di manapun, niat baik tidak selalu berjalan dengan mulus. Ada banyak keraguan di sana-sini, di mana pembuatan aspal plastik masih menjadi sesuatu yang asing kala itu. Apalagi ini diterapkan dalam skala besar. Namun akhirnya, seiring waktu dan komitmen yang terbukti, maka jalan semakin terbuka.
Meski begitu, tantangan masih ada dan akan terus ada. Menurut Chandra Asri Group, tantangan utama dalam mendapatkan bahan baku cacahan sampah plastik ini adalah belum populernya pemilahan jenis sampah. Hasilnya, sampah plastik masih sering tercampur dengan sampah lain. Ketidakbiasaan memilah sampah membuat proses pengelolaan sampah plastik jadi lebih panjang dan butuh biaya pengelolaan sampah yang lebih besar. Selain itu, ekosistem pengumpulan sampah plastik kresek belum popular di Indonesia. Ini membuat pengolahan sampah plastic menjadi lebih menantang untuk dikerjakan.
Lantas, seperti apa pembuatan aspal plastik ini?
Pertama, sampah plastik yang dipasok oleh ADUPI dan IPI adalah jenis low-value, yakni sampah dari kantong kresek yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang diterbitkan oleh Kementerian PUPR.
Sampah ini kemudian akan dipilah, dicacah, dan dikeringkan. Setelah kering betul dan sesuai dengan spesifikasi teknis dari Kementerian PUPR, maka plastik akan dicampur dengan bahan aspal pada saat proses dry mix. Caranya: setelah batuan dipanaskan dengan temperatur 160° C, cacahan plastik dimasukkan lebih dulu sehingga dapat menyelimuti agregat panas. Setelahnya baru dicampur dengan aspal dan bahan lain.
Apakah penambahan sampah plastik ini berpengaruh pada kualitas aspal?
Ternyata iya. Menurut penelitian Kementerian PUPR, teknologi aspal plastik ini bisa meningkatkan stabilitas jalan hingga 40 persen. Selain itu, aspal plastik ini punya beberapa kelebihan lain, mulai dari tingkat kekerasan aspal yang lebih baik, tidak mudah meninggalkan jejak roda kendaraan, dan daya tahan yang lebih kuat ketimbang aspal biasa.
Hasil dari uji klinis Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR juga menyebut penggunaan limbah plastik untuk aspal ini aman dan bebas dari racun.
Setelah mencapai target 100 kilometer penerapan aspal plastik, Chandra Asri Group tentu tidak akan berhenti di sini. Mereka paham bahwa untuk mencapai hasil terbaik, komitmen dan konsistensi adalah kunci. Maka mereka masih akan terus mencari mitra dan menggandeng berbagai pihak untuk menerapkan aspal plastik ini.
“Yang menjadi landasan kami dalam menggiatkan inisiatif pengelolaan sampah adalah prinsip ekonomi sirkular. Selain Aspal Plastik, kami juga membina proyek percontohan yaitu IPST ASARI (Industri Pengelolaan Sampah Terpadu Atasi Sampah - Kelola Mandiri) dan SAGARA yang mengelola sampah plastik menjadi bahan bakar setara minyak tanah, solar, dan bensin. Kami berharap model pengelolaan sampah ini bisa diboyong ke wilayah lain. Sedangkan untuk aspal plastik ini, kami menargetkan ada lebih banyak kemitraan strategis untuk memperpanjang aspal plastik yang kami anggap bisa jadi solusi bagi permasalahan sampah plastik di Indonesia,” ujar Edi, perwakilan Chandra Asri.
Pengelolaan sampah plastik ini memang upaya yang harus dikerjakan terus menerus. Hal ini butuh komitmen dan konsistensi dari banyak pihak. Mulai dari pihak swasta, negara, sampai ke tingkat personal.
Memang tak mudah, tapi harus dilakukan agar kita bisa meninggalkan dunia yang lebih baik untuk anak dan cucu.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis