tirto.id - Sebagai respons atas tindakan Amerika Serikat yang dirasa telah melanggar kesepakatan atom tahun 2015, pemerintah Iran memerintahkan para ilmuwannya pada Selasa untuk mulai mengembangkan pranata kapal bertenaga nuklir.
Jika Presiden Hassan Rouhani sungguh-sungguh melancarkan hal itu, pakar nuklir mengatakan bahwa Iran kemungkinan perlu mengembangkan uranium hingga ke tingkat di atas yang ketentuan yang disepakati dalam kesepakatan untuk menenangkan kekhawatiran terkait pengembangan bom atom Teheran.
Pengumuman Rouhani itu menandai tanggapan nyata pertama Teheran terhadap keputusan Kongres AS pada bulan lalu untuk memperluas sejumlah hukuman terhadap Teheran, yang juga akan membuat AS lebih mudah menjatuhkan kembali hukuman terhadap Iran yang sesungguhnya telah dicabut.
Rouhani menuduh AS dalam sebuah surat yang dikeluarkan oleh kantor berita IRNA yang menyebut mereka tidak memenuhi komitmennya dalam kesepakatan itu. "Dengan adanya keputusan kongres AS terbaru untuk memperluas Langkah Sanksi Iran itu, Saya memerintahkan Organisasi Energi Atom Iran untuk merencanakan desain dan pembangunan penggerak nuklir untuk digunakan dalam kendaraan laut," katanya.
Anggota Kongres AS sendiri mengatakan perluasan langkah itu tidak menyalahi kesepakatan nuklir yang telah dibuat. Langkah tersebut, lanjutnya, hanya memberikan wewenang kepada Washington untuk kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran jika mereka melanggar pakta yang ada.
Washington mengatakan bahwa mereka telah mencabut seluruh sanksi yang diperlukan di bawah kesepakatan Juli 2015 lalu yang ditandatangani oleh Iran dengan sejumlah negara kuat di dunia.
Di sisi lain, Gedung Putih mengatakan bahwa mereka mengetahui akan rencana Rouhani dan menyatakan bahwa Rouhani mengatakan segala pekerjaan terkait kapal itu akan dilakukan dalam batasan kesepakatan Iran. "Pengumuman dari pihak Iran hari ini tidak melanggar kesepakatan internasional untuk mencegah Iran memiliki sebuah senjata nuklir," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest dalam pengarahan berita.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan bahwa AS meyakini Lembaga Energi Atom Internasional, yang memantau lokasi nuklir Iran, akan mampu menganalisa kepatuhan Iran terhadap kesepakatan itu.
Pernyataan Rouhani dapat memicu ketegangan dalam hubungan mereka dengan Washington, yang saat ini tengah memanas dikarenakan Presiden terpilih Donald Trump berjanji untuk menyingkirkan kesepakatan yang mencabut sanksi terhadap Iran jika Iran menghentikan aktivitas nuklirnya.
Rouhani, sementara itu, juga memerintahkan perencanaan produksi bahan bakar untuk kapal-kapal bertenaga nuklir "yang sejalan dengan pengembangan program nuklir damai Iran."
Namun, di bawah kesepakatan Nuklir yang dicapai oleh Iran dengan AS, Perancis, Jerman, Inggris, Rusia dan China, mereka tidak diperbolehkan untuk mengembangkan uranium di atas tingkat kemurnian 3,67 persen selama 15 tahun, sebuah tingkat yang diperkirakan cukup untuk menjalankan kapal.
"Dengan dasar pengalaman internasional, jika Iran menjalankan proyek [penggerak nuklir] itu, mereka perlu meningkatkan tingkat pengembangannya," kata Mark Hibbs, pakar nuklir dan petinggi dari Sumbangan untuk Perdamaian Internasional Carnegie.
Belum ada tanggapan langsung dari Badan Tenaga Atom Dunia di Wina, yang memantau kegiatan nuklir Iran.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara