tirto.id - Dalam Islam, ibadah salat dapat dikerjakan berjemaah atau sendirian. Ketika ibadah salat dikerjakan sendirian, kondisi salat itu dikenal sebagai salat munfarid. Sementara itu, apabila dikerjakan bersama-sama, ia dikenal sebagai salat berjemaah.
Kata "Munfarid" dan "Jemaah" berasal dari bahasa Arab. Karena kerap digunakan umat Islam Indonesia sehari-hari, ia diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, "Munfarid" artinya orang yang sendirian. Sementara itu, "Jemaah" adalah berkelompok.
Kendati diperbolehkan sendirian atau munfarid, secara umum ibadah salat dalam Islam dianjurkan untuk dikerjakan bersama-sama atau berjemaah bersama orang lain.
Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Salat berjamaah lebih afdal daripada salat sendirian dengan perbandingan dua puluh tujuh derajat," (H.R. Muslim).
Akan tetapi, tidak semua salat selalu dikerjakan berjemaah. Ada salat yang lazimnya dikerjakan sendirian dan tidak bersama orang lain.
Sementara itu, ada juga salat yang hanya bisa dikerjakan berjemaah, serta batal jika dikerjakan sendirian.
Dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2020) yang diterbitkan Kemenag, berikut ini tabel ringkasan mengenai macam-macam salat yang dikerjakan munfarid saja, harus berjemaah, dan salat yang bisa dilakukan berjemaah atau munfarid.
Macam-macam salat dari cara mendirikannya | ||
Salat yang hanya dikerjakan berjemaah | Salat yang bisa dikerjakan berjemaah dan munfarid | Salat yang hanya dikerjakan munfarid |
Salat Idulfitri | Salat Tarawih | Salat Rawatib |
Salat Istiska | Salat Witir | Salat Tahiyatul Masjid |
Salat Kusuf | Salat Duha | Salat Istikharah |
Salat iduladha | Salat Tahajud | - |
Salat Khusuf | Salat Tasbih | - |
Salat Jumat | Salat Lima Waktu | - |
Keutamaan Salat Berjemaah daripada Salat Munfarid
Sebagian besar salat dianjurkan untuk dikerjakan dalam kondisi berjemaah, bukan sendirian. Sebagai misal, ibadah salat lima waktu sebaiknya dikerjakan bersama umat Islam yang lain di masjid.
Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18 yang menyatakan bahwa salah satu indikator keimanan kuat diukur dari kedisiplinan mendirikan salat berjemaah, bukan salat munfarid.
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut selain kepada Allah,” (QS. At-Taubah [9]: 18).
Saking pentingnya salat berjemaah daripada salat sendirian, sahabat tunanetra Abdullah bin Ummi Maktum pernah meminta keringanan untuk tidak salat jemaah karena ia buta, tidak melihat. Lantas, Rasulullah SAW bertanya:
"Apakah engkau mendengar seruan salat [azan]?". Abdullah bin Ummi Maktum kemudian menjawab, "Iya". Rasulullah menanggapi, "Maka jawablah [pergi ke masjid!]"
Salat munfarid seyogyanya didirikan pada salat-salat yang memang hanya lazim dikerjakan sendirian, seperti salat tahiyatul masjid, salat rawatib, atau salat istikharah.
Sementara itu, salat wajib lima waktu sebaiknya dikerjakan berjemaah di masjid karena termasuk kesempurnaan kolektivitas dan ukhuwah Islam, sebagaimana tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Tidak sempurna salat seseorang yang bertetangga kecuali dengan berjemaah di masjid," (H.R. Ahmad).
Editor: Addi M Idhom