Menuju konten utama

Seberapa Luas Padang Mahsyar?

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim: 47-48)

Seberapa Luas Padang Mahsyar?
ilustrasi padang mahsyar. foto/shutterstock

tirto.id - Agama-agama samawi di dunia ini percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian. Di Islam, percaya kepada Hari Akhir jadi bagian dalam rukun iman. Jika tak percaya maka keimanannya tak sempurna.

Percaya pada hari akhir berarti berkeyakinan setiap manusia yang sudah mati pasti akan dihidupkan kembali. Lalu mereka akan digiring ke sebuah tempat yang disebut Padang Mahsyar. Manusia akan dituntut untuk memperhitungkan semua perbuatannya selama di dunia. Inilah hari yang disebut Hari Perhitungan.

Lantas seperti apakah gambaran Padang Mahsyar? “Kelak manusia di hari kiamat akan dihimpunkan di bumi yang putih lagi tandus seperti perak yang putih bersih, tiada suatu tanda pun bagi seseorang padanya,” kata Nabi Muhammad kepada Sahl ibnu Sa’d yang dicatat dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hazim.

“Pada hari Kiamat, manusia dikumpulkan di atas tanah yang rata seperti roti putih yang bundar dan pipih,” ucap Rasulullah dalam kumpulan hadist yang dihimpun Al-Bukhari.

Dari apa yang diucapkan Rasulullah ini akan muncul sebuah pertanyaan: Apakah mungkin bumi yang ukurannya kecil dan hanya sebutir atom di antara luasnya semesta mampu menampung seluruh manusia yang pernah hidup dari zaman Nabi Adam ‘Alaihi Salam hingga manusia terakhir?

Kontroversi Bermula dari Adam

Untuk memprediksikan berapa banyak manusia yang pernah hidup di muka bumi, banyak referensi akan kita dapatkan. Masalah akan muncul saat perdebatan sengit tentang kapan Adam dan Hawa turun ke muka bumi ini? Tak akan ada jawaban pasti, yang ada hanya asumsi.

Pada 2014, tim ilmuwan dari Inggris yang dipimpin Dr Eran Elhaik dari University of Sheffield dan Dr Dan Graur dari University of Houston mengklaim bahwa Adam tinggal di Bumi sekitar 209.000 tahun yang lalu -- sekitar 9.000 tahun lebih awal dari perkiraan saat ini.

Tim menebak masa hidup Adam menggunakan data genetika yang ada. Yakni menebak umur kromosom Y dari Adam (Y-MRCA) dan DNA mitokondria dari Hawa. Dua hal ini diyakini merupakan nenek moyang genetik manusia.

Mereka mengkalkulasi usia kromosom Y, lalu mengalikan data usia rata-rata seorang ayah memiliki anak pertama dengan jumlah mutasi genetika yang mereka temukan. Hasilnya kemudian dibagi dengan tingkat mutasi kromosom Y -- atau berapa tahun rata-rata yang dibutuhkan untuk mutasi. "Tentu saja kami bisa memanipulasi masing-masing variabel ini untuk membuat temuan terlihat lebih muda atau lebih tua," kata Dr Elhaik kepada Daily Mail.

Pendapat berbeda dihasilkan dari penelitian Stanford University School of Medicine. Dalam penelitian mereka, diprediksikan Adam tinggal di suatu tempat antara 120.000 dan 156.000 tahun yang lalu, dan Hawa hidup sekitar 99.000 hingga 148.000 tahun yang lalu.

Terlepas dari kontroversi awal mula Adam memulai kehidupannya di Bumi, yang jelas populasi manusia kala itu sangatlah sedikit dan bisa diterka – meskipun prediksi angka-angka ini lagi-lagi bukan hal yang pasti.

Carl Haub seorang ahli demografi senior di Population Referance Bureau - sebuah organisasi nirlaba yang mempelajari tren populasi - sempat memberikan data spekulatif terkait manusia yang pernah lahir di bumi ini. Pada 2015, Muncul angka 108.252.727.918, jika dibulatkan menjadi 108,2 miliar jiwa. Angka ini sudah termasuk 7,4 miliar orang yang hidup saat ini.

Benarkah Bumi tak sanggup menampung semua manusia yang pernah hidup?

Dari angka ini kita sedikit bisa menerka seberapa luas areal yang dibutuhkan untuk menampung seluruh manusia di Padang Mahsyar kelak – tentunya dengan syarat kita harus berkhayal membuat dunia ini kiamat sekarang agar angka-angka 108,2 miliar jiwa itu tak akan bertambah.

Di Padang Mahsyar, manusia akan berbaris menunggu perhitungan. Ruang yang dibutuhkan manusia berdiri adalah 50cm x 70cm atau 3500 cm2 – angka ini membuat barisan lebih renggang dan tak terlalu rapat serta berdesakan.

Ukuran 50cm x 70cm tentunya disesuaikan untuk ukuran manusia di era modern saat ini. Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad sempat berujar bahwa tinggi manusia di era dahulu amatlah tinggi dan besar.

Beliau bahkan menyebut tinggi Nabi Adam mencapai 60 hasta atau 27,4 meter. Berhubung populasi manusia 5000 tahun sebelum masehi tak sebanyak seperti sekarang, maka kita bisa mengabaikan postur manusia-manusia raksasa di zaman dahulu kala dan fokus kepada angka 3500cm2 atau 0,35 m2.

Angka 3500cm2 lalu kemudian dikalikan dengan 108,2 miliar jiwa. Maka ruang yang dibutuhkan untuk menampung orang sebanyak itu adalah 37.870.000.000.000 cm2, jika dibulatkan menjadi lebih besar adalah 3.787 Km2. Angka 3.787 Km2 sama dengan gabungan dari luas Provinsi DKI Jakarta ditambah daerah penyangganya, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Tangerang/Selatan.

Angka ini tentunya teramat kecil, jauh dari bayangan prediksi kita yang membayangkan bahwa saat hari penghakiman nanti bumi tak akan sanggup menampung seluruh umat manusia yang pernah hidup.

Dengan luas yang mencapai 520.072.000 km2, bumi sebenarnya bisa menampung barisan manusia hingga 16.378.091 miliar orang atau 151.368 kali lipat dari 108,2 miliar manusia yang pernah hidup sekarang dan di masa lalu.

Saat ini, populasi manusia mencapai 7,4 miliar dengan dengan pertumbuhan populasi per tahun mencapai 1,13 persen. Melalui perhitungan anuitas dengan pertumbuhan populasi tetap 1,13 persen tiap tahun, maka agar mencapai angka 16 juta miliar itu, kita memerlukan 1.300 tahun lagi kehidupan.

Baru pada saat itulah limit daya tampung bumi bisa dipertanyakan. Jika kehidupan mencapai periode itu, baru kita bisa bertanya sinis “Mungkinkah bumi sanggup menampung seluruh manusia di Padang Mahsyar nanti?”

Perbedaan Ulama

Dalam konteks letak Padang Mahsyar para ulama sebenarnya terbagi menjadi dua pendapat. Ada ulama yang meyakini bahwa Padang Mahsyar akan berada di Bumi yang kita tempati sekarang. Keyakinan itu berdasarkan firman Allah di Surat Al Insyiqaq ayat 1 -5.

“Apabila langit terbelah dan patuh pada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)”

Hal ini sejalan dengan Hadist Rasulullah. “Pada hari kiamat kelak, bumi akan diratakan bagaikan kulit yang disamak dan seluruh makhluknya akan dikumpulkan.”

Selain argumen di atas, ada pula yang meyakini akan ada bumi lain yang dipersiapkan untuk menjadi Padang Mahsyar. Dalil yang menguatkannya terdapat dalam Al Quran surat Ibrahim ayat 48, seperti di kutip pada awal tulisan ini. “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.”

Argumen ini diamini pula oleh penafsir kesohor Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Padang Mahsyar akan berada di sebuah tempat yang baru.

Soal lokasi di mana Padang Mahsyar berada itu tidaklah penting. Demikian pula angka-angka terkaan luas yang dijabarkan di atas. Pasalnya, yang dikumpulkan di Padang Mahsyar kelak tentunya tidak manusia saja, tetapi seluruh makhluk hidup termasuk jin dan syaitan – makhluk tak kasat mata yang tidak bisa kita terka secara angka.

Membayangkan dan menebak-nebak seperti apa Padang Mahsyar nanti bukanlah sesuatu hal yang perlu. Yang lebih esensial adalah bagaimana persiapan kita kelak untuk menghadapi hari penghakiman itu.

Baca juga artikel terkait PADANG MAHSYAR atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Humaniora
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti