Menuju konten utama

Apa Itu Golongan Ifrath dan Bagaimana Ciri-Cirinya?

Apa yang dimaksud dengan golongan ifrath dan bagaimana ciri-cirinya? Berikut penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Golongan Ifrath dan Bagaimana Ciri-Cirinya?
Apa Itu Golongan Ifrath dan Bagaimana Ciri-Cirinya? tirto.id/Quita

tirto.id - Golongan ifrath termasuk kelompok orang yang menyimpang dalam hal beragama sehingga patut diwaspadai. Lalu apa yang dimaksud dengan golongan ifrath?

Ifrath mengacu pada sikap yang berlebihan atau melampui batas. Padahal, Islam sendiri sudah mengingatkan umatnya bahwa sifat atau sikap yang berlebihan itu tidak mendatangkan kebaikan, tapi justru akan menghancurkan diri sendiri dan orang sekitarnya.

Dalam konteks beragama, ifrath merupakan sifat yang bisa menciptakan munculnya sikap anti toleransi. Golongan ifrath menganggap diri mereka lebih baik, berpikir bahwa mereka sedang menjalankan syariat agama dengan sempurna atau menegakkan agama Islam.

Padahal, perbuatan mereka yang berlebihan inilah yang dapat memecah persatuan, bahkan di antara sesama muslim sekalipun. Nama Islam juga bisa mendapat citra buruk sehingga sangat merugikan agama dan muslim lainnya.

Apa yang Dimaksud dengan Golongan Ifrath dalam Islam?

Sebelum mengetahui pengertian golongan ifrath, maka Anda harus memahami ifrath itu sendiri. Ifrath adalah sifat berlebihan atau melampaui batas, khususnya dalam hal kemarahan.

Golongan ifrath adalah golongan orang yang memiliki sikap ifrath atau golongan orang yang tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Ia seolah kehilangan akal sehat dan tidak mampu berpikir jernih sehingga tidak bisa membedakan hal yang benar dan salah.

Saat marah, golongan ifrath biasanya akan menaikkan nada suara, berteriak, atau membentak. Bahkan, tak jarang melibatkan kekerasan fisik seperti melakukan pemukulan dan sebagainnya.

Dalam Islam, ifrath dapat dikaitkan dengan berlebihan dalam beragama atau kerap disebut ekstrem. Golongan ifrath biasanya menjalankan ajaran agama melebihi batas kecukupan sesuai yang Allah SWT perintahkan.

Sebagai contoh, ketika ada seorang muslim melakukan kesalahan atau memiliki pendapat berbeda dalam hal beragama, golongan ifrath marah besar secara berlebihan, menyebutnya kafir, syirik, atau sampai berkata kasar dan melakukan kekerasan fisik terhadap muslim tersebut.

Ifrath juga bisa mendorong seseorang untuk merasakan kebencian luar biasa hingga menimbulkan dendam terhadap orang yang menjadi sumber kemarahannya. Bahkan, tak jarang golongan ifrath akan melakukan pembalasan untuk memenuhi hasrat dendamnya tersebut.

Sementara itu, Rasulullah SAW sudah mewanti-wanti bahwa kemarahan yang membuat hati lekas panas sebenarnya datang dari setan yang tercipta dari api. Hal ini sesuai dengan hadis yang artinya:

“Dari Nenekku ‘Athiyyah RA, dia memiliki sahabat dan dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya marah itu datangnya dari setan, dan setan diciptakan dari api dan sesungguhnya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang di antara kamu marah, maka hendaklah dia berwudhu.” (HR. Abu Daud).

Ciri-Ciri Golongan Ifrath

Umat Islam perlu mewaspadai dan menghindari ifrath. Adapun ciri-ciri golongan ifrath antara lain:

  • Sulit mengendalikan emosi atau amarahnya.
  • Berlebihan dalam menjalankan agama hingga keluar dari batas syariat yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.
  • Menganggap dirinya lebih baik atau lebih suci sehingga mudah menghakimi dan memandang rendah orang-orang di luar golongannya.
  • Sulit menerima pendapat dari orang lain, tapi memaksakan pendapatnya sendiri kepada orang lain karena menganggap pemikiran dialah yang paling benar.
  • Anti toleransi atau intoleran

Cara Menghindari Ifrath

Sifat marah tidak selalu buruk, justru harus ada pada setiap muslim ketika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Misalnya saat melihat kejahatan, ketidakadilan, atau ketika agamanya diinjak-injak.

Akan tetapi, kemarahan yang baik adalah kemarahan yang sesuai dengan porsinya, tidak berlebihan, dan tetap membuat seorang muslim mampu berpikir jernih untuk melakukan tindakan yang semestinya.

Lalu, bagaimana cara menghindari ifrath? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Memperluas wawasan agama

Beragama tanpa ilmu bisa menghancurkan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, seorang muslim wajib belajar tentang segala hal, termasuk ilmu agama.

Dengan mempelajari Islam, seseorang akan tahu aturan atau batasan apa saja yang wajib dilakukan serta yang tidak boleh dilanggar. Tentunya belajar agama pun harus berguru pada orang yang tepat, bukan kepada orang-orang yang ekstrem atau golongan ifrath.

2. Belajar kontrol diri

Dalam Islam, kontrol diri disebut juga dengan mujahaddah an-nafs. Kontrol diri artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengendalikan diri atau menahan nafsu dari hal-hal yang melanggar hukum agama yang ditetapkan Allah SWT.

Kemarahan yang berlebihan atau ifrath termasuk hal yang menyimpang dari syariat Islam. Itulah kenapa seorang muslim harus mampu mengendalikan emosi dan nafsu amarahnya agar tidak kehilangan akal sehat dalam menyikapi sesuatu.

3. Tidak menganggap diri sendiri lebih baik dari orang lain

Golongan ifrath cenderung merasa sombong atau menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Maka, cara untuk menghindari ifrath adalah dengan menanamkan pola pikir bahwa tidak ada manusia yang sempurna kecuali Rasulullah SAW.

Seorang muslim harus sadar bahwa dirinya sendiri memiliki banyak kekurangan dan dosa sehingga tidak mudah bersikap sombong. Ketika rasa sombong hilang, maka ia tidak akan mudah menghakimi atau merendahkan orang lain.

4. Menerapkan sikap wasathiyah

Jika golongan ifrath adalah kelompok orang yang berlebihan, maka lawannya adalah tafrith. Golongan tafrith adalah orang-orang yang acuh tak acuh, cuek, tidak peduli, dan tidak marah terhadap hal apa pun, termasuk saat melihat kejahatan atau ketika agamanya diinjak-injak.

Sementara itu, sikap yang baik adalah wasathiyah yang berada di tengah-tengah antara ifrath dan tafrith. Wasathiyah berasal dari kata wasth atau wasath yang jika diartikan secara harfiah adalah tengah atau pertengahan.

Wasathiyah merupakan sikap yang seimbang, adil, sekaligus menjaga agar tidak berlebihan (ifrath) maupun tidak mengurangi ajaran agama (tafrith). Dilansir dari laman Muhammadiyah, wasathiyah dapat diartikan sebagai perilaku yang penuh keseimbangan, baik antara dunia dan akhirat, kebutuhan fisik dan jiwa, serta keseimbangan antara akal dan hati.

Dalam bahasa Indonesia, sikap wasathiyah juga dapat disebut dengan moderasi beragama, yaitu sebuah sikap dalam memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama dengan baik dan benar, serta tidak terlalu melenceng ke kutub yang berlebihan/ekstrem (ifrath) atau yang terlalu longgar (tafrith).

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno