Menuju konten utama
Periksa Fakta

Apa Benar Mendidihkan Air dengan Panci Tertutup Berbahaya?

Kominfo telah menyatakan bahwa klaim mendidihkan air mesti dilakukan dengan panci tertutup, karena memicu kanker, tidak benar.

Apa Benar Mendidihkan Air dengan Panci Tertutup Berbahaya?
Header Periksa Fakta Mendidihkan Air. tirto.id/Fuad

tirto.id - Belum lama ini, di jagat maya, beredar tips soal cara mengukus makanan yang “benar”. Akun Facebook bernama “Rismawani Daeng Puji” menyebut, waktu mengukus makanan makanan yang tepat adalah ketika air sudah mendidih. Lebih lanjut, proses pendidihan air mesti dilakukan tanpa menutup panci terlebih dahulu.

Menurut unggahannya, hal itu disebabkan karena air kran mengandung klorin. Oleh karena itu, jika dipanaskan dengan panci tertutup, maka klorin akan tetap tinggal di panci dan menyelimuti makanan yang dikukus. Akun tersebut juga menguraikan, klorin mengandung Tri Hallow Metan (THM) yang bisa memicu kanker.

“Jadi pastikan untuk menggunakan air matang untuk mengukus atau Anda dapat menghilangkan Klorin dengan mendidihkan air terlebih dahulu beberapah saat," begitu bunyi potongan keterangan akun pengunggah.

Ia juga mengutip seorang figur bernama Professor Qi dari Rumah Sakit Xuanwu di Beijing, China.

Foto Periksa Fakta Mendidihkan Air

Foto Periksa Fakta Mendidihkan Air. foto/Hotline periksa fakta tirto

Informasi serupa rupanya ditemukan berseliweran di Facebook sejak 2017, lalu muncul lagi pada 2018.

Sejak mencuat pada Sabtu (20/4/2024) hingga Kamis (2/5/2024), unggahan akun “Rismawani Daeng Puji” sudah memperoleh dua tanda suka. Meski tidak terlalu ramai dibicarakan, isu ini tetap perlu diperiksa karena berkaitan dengan kesehatan dan bisa menimbulkan keresahan publik.

Lantas, bagaimana faktanya?

Penelusuran Fakta

Untuk memverifikasi informasi ini, Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google dengan kata kunci “merebus air dengan panci tertutup mengandung klorin”. Hasilnya, kami menemukan klaim ini sudah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Ahli kimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)—kini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Agus Haryono, menegaskan bahwa air hasil proses Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah diawasi wajib memenuhi standar.

"Termasuk kandungan klorin atau total senyawa kloridanya tidak boleh melampaui baku mutu batas maksimum. Oleh karena itu tidak perlu menunggu air mendidih sebelum merebus atau mengukus makanan," kata Agus kepada Detik Health, Rabu (14/8/2019).

Laporan Jawa Pos pada 2017 juga menyatakan hal yang sama. Agus, yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, telah membantah klaim tersebut dan memastikan bahwa itu hoaks.

Masih bersumber dari Jawa Pos, dikatakan bahwa Profesor Qi yang disebut dalam klaim nyatanya fiktif. Rumah Sakit Xuanwu pada 2013 menyatakan pihaknya tidak pernah menyebarkan kabar tersebut.

Lalu, apa itu klorin beserta risikonya?

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), klorin diproduksi sebagai disinfektan dan pemutih, baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Klorin juga banyak digunakan untuk mendisinfeksi air minum dan air kolam renang, serta untuk mengendalikan bakteri dan bau dalam industri makanan.

Klorin yang terdapat di sebagian besar air minum yang didesinfeksi, konsentrasinya yakni 0,2–1 miligram (mg) per liter. Kadar klorin hingga 4 mg dalam air minum ini dianggap aman dan tidak mungkin menimbulkan dampak kesehatan yang berbahaya.

Dalam hal karsiogenik atau memicu pertumbuhan sel kanker, WHO menyebut, peningkatan risiko kanker kandung kemih tampaknya terkait dengan konsumsi air keran yang mengandung klorin dalam studi kasus-kontrol berbasis populasi terhadap orang dewasa yang mengonsumsi air yang mengandung klorin atau non-klorin selama separuh hidup mereka.

Paparan klorin, asam hipoklorit, dan ion hipoklorit melalui konsumsi pemutih rumah tangga paling sering terjadi pada anak-anak. Asupan pemutih dalam jumlah kecil umumnya menyebabkan iritasi pada kerongkongan, sensasi terbakar di mulut dan tenggorokan, dan muntah spontan. Namun dalam kasus ini, tidak jelas apakah natrium hipoklorit atau sifat pemutih yang sangat kaustik lah yang menyebabkan cedera jaringan.

Sementara itu, seperti dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), trihalomethanes atau THM (bukan Tri Hallow Metan), terbentuk ketika klorin atau brom berinteraksi dengan bahan organik alami yang ditemukan dalam air. Produknya disebut sebagai produk yang terdisinfeksi (DBP)

Dampak DBP terhadap kesehatan manusia pada dosis lingkungan yang rendah atau pada tingkat biomonitoring dari paparan lingkungan yang rendah masih belum jelas atau belum diketahui. Sejumlah penelitian epidemiologi mengenai hubungan antara sumber air yang mengandung klorin dan berbagai jenis kanker, dampak buruk pada reproduksi, dan penyakit kardiovaskular disebut masih belum meyakinkan.

Kesimpulan

Hasil penelusuran fakta menunjukkan kalau klaim mendidihkan air mesti dilakukan dengan panci tertutup karena memicu kanker telah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Pun, ahli kimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)—kini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Agus Haryono, menegaskan bahwa air hasil proses Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah diawasi wajib memenuhi standar.

Hasil dari penelitian epidemiologi mengenai hubungan antara sumber air yang mengandung klorin dan berbagai jenis kanker, dampak buruk pada reproduksi, dan penyakit kardiovaskular masih belum konklusif.

Jadi, klaim yang beredar di Facebook soal mendidihkan air harus dengan panci tidak ditutup beersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty