tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan pemerintah akan menggelontorkan sejumlah stimulus ekonomi untuk mencapai target ekonomi 5,2 persen di tahun 2025. Adapun stimulus yang dikeluarkan berkaitan melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2024 yang hanya mencapai 5,03 persen atau lebih rendah daripada tahun 2023 yang mencapai 5,05 persen.
“Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di 2025, pemerintah terus menyiapkan berbagai kebijakan pendorong ekonomi pada kuartal I-2025,” ungkap Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Rabu (05/02/2025).
Airlangga menyebutkan beberapa kebijakan yang akan diterapkan seperti diskon tiket pesawat, diskon tarif jalan tol, stabilitas harga pangan hingga penyelenggaraan Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 2025 dalam rangka menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Kebijakan tersebut mencakup program stimulus HKPN, kelanjutan program di Ramadhan dan Idul Fitri, diskon tarif tol stabilitas harga pangan, serta berbagai insentif bagi sektor properti, kendaraan listrik, dan industri padat karya,” bebernya.
Selain itu, paket stimulus yang tengah berjalan di kuartal I tahun 2025 juga diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2025. Airlangga mengatakan, sejumlah paket stimulus yang sudah berjalan seperti bantuan pangan beras, diskon tarif listrik 50 persen untuk periode Januari hingga Februari, dan program makan bergizi gratis (MBG).
“Demikian pula dilanjutkannya dengan PPN Ditanggung Pemerintah terhadap pembelian properti, otomotif sektor electric vehicle, maupun yang terkait dengan hybrid dan juga motor. Kemudian juga PPh DTP untuk sektor padat karya dengan gaji Rp10 juta per bulan yang ditanggung oleh pemerintah,” katanya.
Kendati demikian, Airlangga mengakui meski pertumbuhan ekonomi 2024 lebih melambat dibandingkan 2023, realisasi capaiannya masih lebih tinggi daripada negara-negara ASEAN lainnya.
“Indonesia masih mencapai pertumbuhan sebesar 5,02 persen secara year on year. Ini masih lebih tinggi dibandingkan peer country di ASEAN. Seperti Singapura di 4,3 persen dan Malaysia 4,8 persen, juga seperti Arab Saudi yang masih 4,4 persen” ucap Airlangga.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher