tirto.id - Afrika Selatan disebut mengalami kemarau terburuk dalam 35 tahun terakhir akibat badai El Nino, setelah gagalnya dua musim hujan secara berturut-turut berdasarkan laporan Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), kata seorang juru bicara PBB pada Jumat (15/7).
Hampir 40 juta orang di wilayah tersebut menghadapi kondisi rawan pangan, kata Juru Bicara PBN Stephane Dujarric dalam satu taklimat harian di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat.
Asisten Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan Khung-wha Kang dijadwalkan mengunjungi Malawi dan Madagaskar pada 16-22 Juli untuk melihat dampak El Nino di Afrika Selatan, kata Dujarric, sebagaimana diberitakan Xinhua, Sabtu (16/7/2016).
Selama kunjungannya, Kang direncanakan bertemu dengan wakil masyarakat yang terpengaruh, pejabat pemerintah dan wakil oraganisasi kemanusiaan di Malawi dan Madagaskar guna membahas dampak dari kemarau serta upaya yang saat ini dlancarkan untuk menangani kebutuhan rakyat, ia menambahkan.
El Nino tahun ini berlangsung di belahan dunia yang sudah secara dramatis dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Peristiwa cuaca yang lebih ekstrem diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan fenomena alam itu melanda masyarakat yang paling miskin, mereka yang sebenarnya tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim. Masyarakat miskin juga mengalami pukulan lebih dulu dan paling keras akibat dampak dari perubahan iklim tersebut.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara