tirto.id - Kebakaran besar di Pulau Maui, Hawaii, telah menyebabkan korban meninggal setidaknya 101 orang sejak 8 Agustus 2023 hingga saat ini, Rabu (16/8/2023). Pihak otoritas setempat berusaha mengidentifikasi para korban tersebut. Selain itu, banyak warga yang masih berstatus hilang.
Di sisi lain, kehancuran bangunan terjadi di mana-mana. Situs NBC menyebutkan, kebakaran hutan di Lahaina turut merusak 78 unit tempat penampungan Hale A Ke Ola Homeless Resource Centers. Kebakaran yang sangat besar dan liar menjadikan sebagian besar bangunan menjadi puing-puing.
Banyak masyarakat Maui yang saat ini menjadi tunawisma. Gubernur Hawaii, Josh Green, telah melakukan mengidentifikasi hotel yang ada di Hawaii dan mengatakan ada lebih dari 500 kamar yang siap dijadikan tempat penampungan sementara.
"Ratusan keluarga dan ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal yang mereka miliki atau tempat yang mereka sewa," kata Green.
Maui adalah pulau terbesar kedua yang menjadi bagian dari Kepulauan Hawaii. Penduduknya menurut data 2010 lebih dari 15.834 jiwa dan menjadi terpadat ketiga dari seluruh pulau di Hawaii. Di sana terdapat kota-kota penting seperti Kīhei, Lahaina, Makawao, Pā'ia, Kula, Haʻikū, Hāna, Kā'anapali, Wailea, Makena, dan Kapalua.
Kronologi Kebakaran Maui
Kebakaran Maui pertama kali terjadi pada Selasa (8/8/2023) pukul 06.37 pagi waktu setempat. Terpaan angin dari Badai Dora telah menyulut api di area Jalan Lahainaluna, sebelah timur kota yang ada di tepu pantai Lahaina. Api dapat dipadamkan 2,5 jam kemudian.
Api ternyata tersulut lagi sekira pukul 11.00 di sekitar Kula. Api membesar dan membakar rumah salah satu warga. Kelamaan, api mulai tampak tersulut di berbagai lokasi di Lahaina. Petugam pemadam kebakaran diturunkan untuk mengatasi api di Kula dan Lahaina hingga sore hari.
Tidak disangka api terus membesar dan pihak otoritas setempat memutuskan melakukan evakuasi warga. Api mulai melahap berbagai bangunan, termasuk pelabuhan Lahaina yang menimbulkan ledakan. Lusinan orang tewas dan mayatnya mengambang di air.
Kobaran terus berlanjut hingga keesokan harinya, Rabu (9/8/2023). Pada Kamis (10/8/2023) pagi, kebakaran di Lahaina dilaporkan 80 persen sudah bisa diatasi dan di daerah Pulehu/Kihei tertangani 70 persen. Kondisi saat itu ditemukan banyak bangunan hancur, pohon palem hangus, jalanan penuh debu, dan tepi laut dipenuhi kabut.
Pencarian korban turut dilakukan sampai sekarang. Kebakaran juga sebagian besar terkendali. Sabtu (12/8/2023) lalu, kobaran api di Pulehu/Kihei yang pertama kali 100 persen sudah tertangani.
Penyebab Kebakaran di Pulau Maui, Hawaii
Penyebab pasti kebakaran besar di Maui belum ditemukan. Kendati demikian, sebelumnya sebagian besar wilayah Kepulauan Hawaii telah mendapatkan peringatan red flag (bendera merah) dari National Weather Service. Red flag menandakan suatu wilayah memiliki risiko kebakaran yang tinggi.
Komandan Jenderal Garda Nasional Angkatan Darat Hawaii, Mayo Jenderal Kennet Hara, mengungkapkan, ada kemungkinan pemantik kebakaran di Maui terkait red flag tersebut. Ketika wilayah sudah terindikasi red flag, keadaannya telah mengalami kekeringan yang panjang dan selanjutnya pepohonan, dedaunan, dan lainnya ibarat bahan bakar dalam memantik api lebih besar. Selain itu, kelembaban udara di sana rendah dan angin bertiup kencang,
"(Hal itu) menyebabkan kondisi kebakaran hutan", kata Hara seperti dikutip CBS.
Gubernur Hawaii, Josh Green, juga meyakini keadaan cuaca turut berkontribusi menyalanya api dan penyebarannya ke berbagai lokasi di Maui. Di samping itu, angin kencang sebagai efek Badai Dora telah sampai ke Hawaii dan memperparah kebakaran. Badai ini berak melintasi Samudra Pasifik sepanjang ratusan mil di selatan Kepulauan Hawaii.
"Ini adalah produk, menurut perkiraan saya, dari pemanasan global yang dikombinasikan dengan kekeringan, dikombinasikan dengan badai super, lalu kami mengalami badai lepas pantai beberapa ratus mil yang menghasilkan angin kencang," ujar Green.
Menurut catatan National Weather Service, sebelum kebakaran Maui terjadi, terdapat perbedaan signifikan pada tekanan atmosfer antara badai dan kondisi udara di utara Hawaii. Tekanan atmosfer tersebut membentuk gradien tekanan di atas pulau-pulau Hawaii. Jika hal itu dipadu dengan kondisi kering, bisa menimbulkan ancaman kebakaran serius karena angin tersebut bersifat merusak.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dipna Videlia Putsanra